Nyam...Mham...mhm...Yo semuanya (Berbicara sambil makan kripik kentang yang dibawanya). Gimana semuanya? Apakah kalian baik-baik saja? Aku tak akan pernah lelah menanyakan kabar kalian. Karena ini juga termasuk dalam tugasku disini sebagai sosok yang menyambut kalian semua.
Bagaikan seorang tamu yang berkunjung. Aku bakal melayani kalian sebisaku sebagai tuan rumah dalam cerita ini, maaf bila sebelumnya aku menyambut kalian dengan kurang sopan. Tapi maklumi saja...aku juga hanyalah seorang manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.
Yosh...mari kita lanjutkan cerita yang sebelumnya. Dimana Rio betul-betul dimarahi habis-habisan oleh kakaknya.
***
Setelah begitu puas memarahi adiknya yang gak becus karena tidak bisa memasang gas LPG pada kompor. Gita pun kembali ke meja kerjanya. Disana masih tampak Rio menemani Gita disampingnya.
"Hmm...Kak sekali lagi terima kasih atas bantuannya...hihihi"
"Hihihi...ndas mu plentos. Setidaknya kamu mencoba untuk belajar masang sedikit keg! Jadi gak terus-terusan bergantung pada kakak" cetus Gita kesal.
"Iya ya...aku minta maaf atas ketidak mampuanku ini, setidaknya walaupun aku pintar akupun masih memiliki kelemahan"
"Itu bukanlah kelemahan melainkan kemalasan. Hal sekecil itu masih bisa di tangani dengan mudah"
"Iya...Cuma kan aku rada takut bila nanti kalo aku pasang...ntar mleduk gimana? Kan bahaya tuh" Rio mencari alasan.
"Halah...banyak alasan! Sudah, jangan ganggu kakak. Kakak banyak laporan yang perlu dikerjakan"
"Iya ya...sewot amat dah! Ntar gak mudah dapat Jodoh loh!"
"Grr...udah sana!" tegas Gita.
Rio pun mulai beranjak dari kamar Gita. Akan tetapi langkahnya terhenti, seketika melihat berkas kakaknya yang ada di layar Laptop.
"Hmm...kak, boleh aku tanya sesuatu nggak?"
"Nggak boleh!"
"Ya dalah...dingin amat nih cewe!"
"Ya napa? Apa yang ingjn ditanyakan adik ganteng lan manisku ini?" ucap Gita dengan nada halus dan dibumbui kata-kata manis.
"Hiiih...kog jadi merinding guenya!"
"Jritt...udah apa yang ingin kamu tanyain? Kakak sibuk nih?" kesal Gita.
"Itu loh...aku ingin tanya soal angka-angka yang ada di gambar foto itu?" ucap Rio sambil menunjuk salah satu foto, dimana foto tersebut memperlihatkan kode yang belum dipecahkan Gita dan juga para anggota kepolisian.
"Oh... ini kode angka! Kode yang ditinggalkan sang korban dan juga sebagai salah satu barang bukti yang bisa membantu dalam proses penyelidikan kematian pak Hassan"
"Oh...ini Kode ternyata! Kupikir ini huruf yang terbalik" ucap Rio yang sempat membuat Gita terkejut.
"Heh...? kenapa kamu bisa mengatakan bahwa ini bukanlah angka melainkan sebuah huruf?" tanya Gita penasaran.
"Hm...habisnya ini, angka ini..." tunjuk Rio pada salah satu baris angka.
"Hoh...ini! ini angka 1717...ada apa dengan angka ini"
"Jadi gini kak, aku sudah pernah melihat cara penulisan pak Hassan saat mengajar di kelas. Gambar angka (7) ini bukanlah gambar angka yang biasa di buat pak Hassan. Cara penulisan gambar angka (7) nya pak Hassan seperti ini (7) sedangkan angka (1)ini juga terlihat sedikit aneh. Tampak seperti tanda (!) dibandingkan angka (1)" jelas Rio.
"Hm...memang benar, Cuma mungkin ini memang angka (1) hanya ada sedikit percikan darah yang juga tampak terciprat hingga akhirnya terlihat mirip seperti tanda (!) dibandingkan angka. Tapi, tunggu dulu..." Gita mendapatkan penemuan baru.
YOU ARE READING
PHYSCO.PATH
Mystery / ThrillerBagaimana jadinya bila seorang pembunuh memiliki kekuatan psikis atau telekinesis? Apakah itu dapat menghentikan kegilaan didunia ini? Kurasa tidak...