2_ I don't care, what u say!

27 3 0
                                    

Jangan lupa buat
Vote

"Tai kucing sekali, kita udah diarea rumah si Razi lu minta balik" Umpatnya.

"Tinggal puter balik bego!"

°°°°

Rivat memasuki kawasan rumahnya dengan santai, memberi senyum paksanya pada salah satu pembantu yang sedang sibuk menyapu dihalaman rumah.

Tidak terasa ternyata sekarang sudah pukul 16.00 sore, jam dimana biasanya sang kepala rumah tangga dari keluarga Siregar ini sudah bersantai ria diruang keluarga sambil menyicip kopi hitam buatan sang istri.

Rivat memasuki pintu berwarna coklat tua itu dengan pandangan biasanya, cuek. Mengabaikan kedua orang tuanya yang asik menonton acara televisi berdua.

Sudah menjadi kebiasaan rutin memang jika didalam rumah itu terlihat tidak harmonis, tetapi bukan berarti broken home yang seorang anak kehilangan kedua orang tuanya, yang ada kedua orang tua yang kehilangan seorang anaknya.

Sejak acara pertentangannya dengan sang ayah waktu tempo tiga tahun yang lalu, membuat keduanya kini memilih untuk tidak saling bersapa, walau dalam satu rumah.

Sifat marak meraja lela dan seenaknya tumbuh seiring berjalannya waktu, hanya karena paksaan dari sang ayah, ia type pria yang baik, hangat pada semua orang, tapi dibalik baiknya dia masih memiliki sifat keras kepala dan pemilih.

Menurutnya, menjalani sesuatu dengan pilihan sendiri akan lebih mengasikkan dibanding dipaksa.

Pria itu melemparkan tas kecilnya kemeja yang tersudut dengan jendela yang menghadap kearah luar, dimana langsung terlihat jelas bagaimana pemandangan kota akan terlihat dari dalam kamar Rivat.

Menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang yang berukuran single bed, memejamkan matanya sesekali untuk menetralkan rasa pusing akibat minuman yang ia nikmati tadi selama diperjalanan.

Setelah dirasa tenang, ia bangun, tenaganya ia gunakan untuk mengambil ponsel yang terletak didalam tasnya. Dingin, karena sedari tadi tidak ia buka.

Membuka lockscreen yang ternyata sudah ada puluhan notifikasi yang masuk lewat ponselnya, beberapanya chat masuk dari cewek-cewek yang menyukainya.

Menyunggingkan senyum seperti menyeringai, pria itu pelan-pelan membaca satu persatu chat yang masuk, kebanyakan isinya hanya mengucapkan selamat atas kelulusannya dari sekolah menengah atas itu.

Setelah puas membaca chat masuk, kini jempolnya menggeser layar menjadi kebagian time line, jari besarnya itu asik menscroll kebawah guna melihat postingan-postingan receh yang dipost oleh orang yang satu kontak dengannya.

Atensinya ia alihkan pada salah satu postan yang membuatnya tertarik, senyumnya kini berubah menjadi tersenyum remeh kearah foto itu, seolah dirinya mengatai bahwa foto itu alay, untuk apa dipost, mau mengumbar kemesraan depan publik hn?

Madisha.

Madisha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SAN FRANCISCO //18++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang