,5,

6.8K 550 27
                                    

~~~

Coba di denger lagunya ya. Terus baru baca next nya. Perhatiin artinya. Apa kah itu sama dengan kehidupan kalian. Chim ambil next ini dapet inspiration dari kehidupan sehari hari chim juga yang lain. Dan salah satunya lagu ini juga menginspirasi chim. Semoga suka. Kamsahamnida.

___________________





Hidup ini memang sangat sulit untuk di terima. Karena pada kenyataannya apa yang kita dapat tak sesuai apa yang kita harap. Apa yang kita bayangkan tak seindah apa yang menjadi kenyataan. Walau berbagai cara, berbagai trik licik-mungkin- yang sudah di lakukan demi usaha yang menjadi mimpi. Hingga pada akhirnya kan jatuh juga. Hei, ingatlah kawan. Apa yang kau tanam itu yang kau tuai-dapatkan- jangan pernah berfikir jika semua yang kau ingin harus selalu menjadi milik mu. Semua tak semutlak itu. Bahkan meski kau menangis darah pun, jika tuhan mengatakan tidak. Maka tetap lah tidak. Jadi jangan memaksa.

Semua masih terngiang di telinga jimin, pipi itu sudah tak mulus lagi sebab air mata yang membuatnya terlihat kacau. Oh, tidak. Sebenarnya bukan air mata jimin yang salah. Melainkan ucapan jungkook yang tak bisa jimin proses hingga detik ini. Ayo lah jim, hidup ini hanya untuk menumpang makan minum saja. Jangan sia sia kan waktu mu. Itu, juga yang jimin rasa, jimin pikirkan. Semua sangat kacau. Sungguh kacau.

.

.

15 tahun lalu jeon kecil yang baru saja selesai mandi terlihat begitu bersemangat ketika mengetahui hyung tercinta telah pulang dari sekolah. Sejak pagi jeon kecil selalu bertanya pada sang eomma. "Eomma, dimana chim hyungie, tuti lindu chim hyung, tuti inin main tama chim eomma." Sang ibu hanya bisa mengulas senyum, senyum yang sulit di artikan bagi orang dewasa namun bisa di mengerti oleh bocah berusia 5 tahun itu. 'mungkin eomma senang karena kuki menjadi anak yang baik hari ini'. Setelah berjam jam menunggu akhirnya jimin pulang. Mengetahui adik termanisnya tengah berlari kearahnya dengan senyum yang begitu lebar. Hingga gigi kelinci yang kentara. Jimin membuka tangan memberu akses sang adik agar mampu memeluknya. "hyungie!" Jungkook memeluknya erat. Jimin tersenyum mendapati sang adik yang begitu lucu. "kuki ada apa?" Tanya nya. "Tuti lindu hyungie. Linduuu cetali. Hyungie dali mana taja? Tenapa hyungie balu pulang." Dengan bibir yang mengerucut sangat imut. Jimin hanya dapat mengulas senyum gemas. "Hyung kan tadi sekolah. Jadi maaf jika sudah membuat mu menunggu." Jimin mengecup surai sang adik dan dapat jimin dengar suara kikikan dari Jungkook. "Hyungie tuti mau bobok tama hyungie ne." Pintanya. "Tentu!" Begitu antusias si jungkook hungga menarik tangan jimin menuju kamar hyungie nya. Hampir setiap malam jungkook kecil selalu meminta jimin yang menemaninya tidur. Alasannya, karena takut hyungie nya pergi lagi, padahal setiap pagi juga jimin akan pergi kesekolah-kecuali minggu- saat jungkook masih terlelap. Sebelum pergi jimin selalu mengecup pipi gembul jungkook guna berpamitan.

Sungguh itu masa masa yang begitu indah kala mereka belum memasuki fase remajanya kini. Jimin makin terisak kala mengingat masa kecilnya bersama sang adik. Kenapa kini semua berubah? Mengapa hubungan terlarang ini harus terjadi? Mengapa jungkook begitu posesif terhadap nya? Mengapa? Mengapa harus dia? Dan masih banyak lagi kata mengapa di benak jimin. Sendinya dulu jimin menolak akan sikap posesif jungkook. Seandainya jimin menolak untuk di sentuh jungkook. Senadainya jimin busa menahan diri. Seandainya bisa waktu ia putar kembali. Ingin rada hati jimin terjun dari balkon apartment nya berada di lantai 96. Sungguh Jimin tak bisa berbuat banyak untuk saat ini. Lebih baik dia menenangkan diri. Memejamkan mata sembab yang masih sesekali terdengar suara sesenggukannya.

"Hyungie, besok jika cudah besal tuti ingin menikahi hyungie."

"Mengapa kuki berbucara seperti itu eoh?" Tanya sang eomma. Sedang jimin masih fokus dengan bunga yang eommanya rangkai di vas berukuran besar.

"Kalena tutu tayang tama hyungie. Tuti inin mendadi pangelannya hyungie."

Eomma hanya bisa menahan tawa akan kepolosan jungkook. Sedang jimin meraih pipi gembul jungkook dan menatapnya sayang.

"Baiklah pangeran kuki. Chim hyungie akan menjadi putrinya. Hihihi" jungkook melimpat kegirangan saat jimin mengiyakan mimpi nya.

Peluh membasih wajah jimin. Tubuh mungil nya menggigil. Mata sayunya sulit sekali untuk terbuka. Terdengar suara ketukan dari balik pintu kamarnya. Jimin sangat sulit bergerak saat ini. Dia sungguh tak bisa bergerak. 'Oh, ada apa dengan tubuh ku?'

"Hyung!"

"Buka pintunya! Apa kau tak ke kampus?"

"Kuki"

"Apa kau masih marah padaku hyung?"

"Kookie, tolong hyungie. Kookie tolong."

Jimin tak sanggup meggerakan bibirnya. Tubuhnya semakin menggigil dan keringat membasahi tubuhnya.

Brak! Brak!

"Hyung, jika kau tak mau membuka pintunya maka akan ku dobrak!"

Brak! Brak! Brak!

Jungkook masih terus menggedor pintu itu namun tetal tak ada jawaban. Habis sudah kesabaran jungkook kali ini. Ia sungguh sungguh mendobrak pintu kamar jimin.

"Hyung!"

"Astaga hyung! Kau sakit?" Kawatir jungkook. Menyentuh kening jimin dengan punggung tangan nya. Berapa terkejutnga jungkook.

"Hyung kau panas sekali!"

"K-kookie."

"Kita harus kerumah sakit sekarang hyung." dengan cepat jungkook membopong jimin yang terus menggigil di dadanya.

"K-kookie, di-dingin." Ucap nya lemah.

"Bertahanlah hyung."

.

.

.

Semua ini salahnya. Semua ini karenanya. Jika dia tak terlalu menurut nafsu nya. Pasti keadaanya tak akan seperti ini. Jungkook tahu, sejak awal jimin lemah jika Jungkook membahas soal ini. Tapi jungkook tak bisa lagi menahan ingin nya. Semua tekat yang Jungkook miliki telah ia kumpulan kan demi mengungkapkan isi hatinya. Meski tau resikonya.

Badan membungkuk, kedua siku di letakkannya di kedua pahanya guna menopang berat wajahnya yang kini tengah ia raup dengan kasar. Sesekali bergumam, " mianhae!"

Apakah penyesalan sudah kau dapat jeon? Tapi sepertinya belum. Karena kini ia, tengah mencari benda persegi dan mencari nama "eomma" di layar itu. Mencoba menghubunginya. Dan tersambung.

"Eomma"






























"Maaf."

































"Tapi aku hanya ingin mengucapkannya sekali saja."








































"Aku."








































"Aku aman menikahi jimin hyung."











"..."


















"Aku tak butuh restu eomma. Atau ijin dari eomma. Walau eomma tak setuju bahkan membenci ku. Aku tak peduli. Aku akan tetap menikahi nya."




























Tbc

Voment jusseyeo

29mei18
Cynpark_chim

YOUNGER BROTHER OVER SEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang