*18+

10.3K 507 33
                                    

Sebelumnya tolong pengertiannya ya. Ini area 18+ jadi buat kalian yang bukan 18+ dimohonkan jangan ikut membaca. Tapi jika kalian memaksa untuk tetap membaca. Dosa di tanggung masing masing oke. Tolong kerjasamanya. Makasih





____________



Malam yang begitu tenang dengan angin yang menyapa dingin. Langit terlihat begitu gelap. 'Mengapa bulan juga tak terlihat di malam ini? Apakah bintangnya sudah tak mau menemaninya hingga bulan ikut pergi?'

Jimin tersenyum kaku, tatkala mengingat kejadian siang tadi. Seiring berjalannya waktu hingga malam ini. Ia masih belum berbicara lagi dengan jungkook. Rasa canggung dan ragu untuk sekedar menyapa kini melingkupi hatinya. Tidak, bukan berarti jimin ragu dengan perasaan nya. Melainkan dia malu untuk sekedar menatap mata sang adik tercinta.

Sebuah lengan melingkari area pinggang dan perut jimin. 'hangat' batin jimin sembari memejamkan mata. Sebuah kecupan mendarat di pipi merah jimin akibat terlalu lama menahan terpaan udara dingin yang menusuk pori pori kulit. "Apa yang kau lakukan hyung?" Tanyanya dengan memandang wajah cantik jimin. "Tidak, hanya ingin mencari udara segar." Jawabnya sembari menoleh mengarah ke wajah tampan jungkook.

Jungkook terkekeh pelan, sesekali ia akan menghirup aroma vanilla bercampur mint di area ceruk leher jimin. 'aku menyukai bau mu hyung.' batinnya. "Udara begitu dingin bagimana jika kau sakit, hmm?" Ucapnya lembut.

Jimin mengelus tangan yang masih setia melingari area perutnya itu. 'aku berharap tangan ini selalu melindungiku kookie.' jimin tersenyum menampilkan sabit matanya yang indah, sangat indah. "Tidak akan, hyung tak mungkin sakit." Ucapnya begitu percaya diri.

Jungkook lantas membalik kan tubuh yang sedari tadi ia peluk. Mengusap pipi itu dengan jari jempol dan mengapit dagunya dengan jari jempol dan telunjuk. "Begitu percaya diri sekali eoh?"

Jimin lagi lagi memasang senyum manisnya yang membuat Jungkook bisa saja tak sadarkan diri. "Karena jika aku sakit maka akan ada kamu yang merawatku. Dan jika itu terjadi aku bukan nya sembuh malah makin ingin sakit dan di manja oleh mu kookie." Dengan bibir mengerucut. 'Oh astaga imutnya.' batin jungkook.

"Mengapa harus menunggu kau sakit? Tidak sakit pun, kau akan selalu ku manjakan hyung." Ucapnya sembari mengecup kening jimin.

Jungkook menarik tubuh mungil jimin ke pelukannya. Yang begitu pas untuk ukuran tubuh jungkook yang tinggi, kekar, dan berisi. Sungguh jungkook bahagia karena bisa memiliki jimin seutuhnya. Setidaknya untuk saat ini, jimin bersetatus sebagai kekasihnya. Bukan kakak nya. Entah mengapa perasaan itu semakin lama semakin meraja lela. Tak bisa lagi di bendung dengan cara apa pun. Selama ini, jungkook sering mendapat ungapan cinta dari banyak yeoja di sekolah nya. Baik kakak kelas atau bahkan teman les. Tak jarang juga anak anak yang sering menguntit dirinya. Namun Jungkook justru risih dan jijik dengan semua yang mereka katakan. Untuk kesekian kalinya, jungkook menolak pernyataan cinta dari adik kelas yang selama 3 tahun terakhir ini selalu mengikutinya kemana pun ia pergi. Jungkook meyadari itu, namun ia tak ingin mencari masalah. Dan membuarkan saja. Toh, bukan dia yang di rugikan.

Semakin hari, jungkook semakin tak tahan dengan perasaan yang ia simpan. Jungkook selalu menahan hasrat ketika melihat jimin tertidur, memasak, bahkan megenakan piama di dalam rumah. Jungkook mati matian  mengontrol itu emosi yang ingin segera menerjang kakaknya. Itu sebelum dirinya menyatakan perasaan suka terhadap jimin.

YOUNGER BROTHER OVER SEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang