,6?

5.8K 540 23
                                    

"Bagaimana keadaannya dok?"

"Sepertinya kakak anda mengalami stress berat. Apakah saat ini dia sedang mengalami banyak masalah?"

"Saya kurang tahu dok. Tapi apakah saya boleh melihat nya?"

"Boleh, tapi tolong jangan biarkan kakak anda semakin stres. Itu akan mebahayakan dirinya juga janinnya."

"Tunggu! A-apa? Janin?"

"Iya saat ini pasien tengah mengandung. Dan usia kandungannya masih sekisar 2 minggu."

"A-ah begitu. Baiklah, terimakasih dok."

.

.

.

.

"Itu tidak mungkin terjadi, bagaimana bisa? Hyung, mianhaeyo. Jinjja mianhae."

"Aku harus bertanggung jawab. Itu anak ku. Hasil buah cinta ku bersama mu hyung. Jadi, jangan mempersulitnya lagi."

Flashback;

.

.

"Kookie, kenapa kau selalu mengganggu acara hyungie?"

"Aku tak suka hyung dekat dengan pria aneh itu. Apa apan tadi, seenak jidatnya dia meyentuh pipi mu."

"Lalu apa masalah nya? Toh dia hanya gemas melihat ku."

"Jelas jadi masalah,karena aku benci ."

"Ck! Terserahmu saja jeon. Aku lelah, aku ingin tidur."

"Lihat saja, apa yang akan aku lakukan jika hyung terus seperti itu pada pria lain."

"Wae? Wae? Aku sungguh tak peduli jungkook!"

BLAM!


Jungkook mengeraskan rahang, sehingga begitu terlihat tegas dan garang. Tangan mengepal kuat mengahantamkan ke sisi tembok yang lebih dekat dengannya. "Shit!"

Setiap pagi, jimin bahkan tak pernah lagi mau duduk di meja makan bersama jungkook lagi. Jimin, terlihat menuruni anak tangga dan langsung berlalu menuju halaman. "Hyung!" Jungkook mengenyit bingung. Siapa yang dia panggil hyung? Jungkook yang sedikit penasaran akhirnya diam diam mengikuti jimin ke arah teras. Sungguh tak di sangga orang itu adalah orang yang kemarin telah membuat Jungkook menahan amarah. Dan kini orang itu dengan tidak ada rasa takut nya datang ke rumah untuk menjemput jimin.

Kini jimin duduk bersebalahan dengan pria tampan yang tengah fokus dengan jalanan di depan nya. Sedikit melirik jimin yang tengah memikirkan sesuatu.

"Apa ada masalah jimina?"

"Hm? Aniya hyung. Aku hanya lapar hehe."

Jimin yang mengenakan seragam SHS dengan rambut yang sedikit terbelah poninya. Dan menunjukan senyum manisnya. Oh astaga pagi yang begitu indah.

Jimin itu bukan tipe pria yang mau mengumbar masalah nya. Bahkan sekedar bercerita saja dia enggan. Terkecuali jika dia sudah benar benar tidak sanggup lagi menahan seorang diri. Dua tipe pria yang setia, bahkan ketika di bohongi saja dia masih bia menermianya dengan lapang dada. Mau memafkannya. Meski relung hatinya tak terima namun karena kasih yang tulus dia tak ingin dendam terhadap orang tersebut. Tapi jimin juga bukan tipe orang yang benar benar penyabar. Karena sekali saja dia di sakiti hingga relung paling dalam. Maka jangan harap jimin akan memberi maaf bagi orang tersebut. Itu sangatlah mustahil. Sekuat apa pun usaha orang tersebut memohon pada jimin. Jawaban jimin tetap satu. "TIDAK!" tak akan ada lagi kesempatan kedua baginya.

YOUNGER BROTHER OVER SEXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang