Jimin termenung seorang diri, pandangannya kosong. Dia sudah seperti itu sejak keputusannya memulangkan Yoongi. Tidak ada lagi kehidupan yang terpancar dari manik monolidnya. Dia tidak lagi berada diappartement mewah miliknya. Jimin memutuskan untuk kembali pada kehidupan monotonnya bersama dengan keluarga yang bahkan tidak begitu peduli pada kepulangannya.
"Tuan anda harus makan, nyonya Park akan marah jika hari ini anda tidak kunjung makan juga."
Jimin terkekeh dalam hati, dia tidak butuh makan. Bukan makan yang dia butuhkan. "Katakan padanya, aku hanya akan makan jika dia sendiri yang menyuruhku makan."
"Tapi tuan-"
"Apa sulit untuk mengatakan hal sesepele itu pada ibuku?"
"Saya akan menyampaikannya, mohon undur diri." Pelayan wanita itu melangkah keluar, meninggalkan Jimin yang kembali tenggelam dalam hening. Sebetulnya Jimin tidak begitu berharap perihal ibunya. Dia tahu jika itu hal mustahil membuat ibunya itu benar-benar datang untuk sekedar memintanya makan. Bagi ibunya uang diatas segalanya, waktunya adalah uangnya. Tidak ada waktu untuknya sekedar berbasa-basi dengan anak semata wayangnya. Jimin sudah terbiasa dengan itu. Kehidupannya sudah seperti itu sedari dulu.
Jimin menyukai sepi, menyukai hening yang terbentuk karenanya, dia selalu menikmati waktu dimana hening menyapanya. Hanya untuk kali ini, dia tidak menyukainya. Sangat tidak menyukainya. Jimin mendapati dirinya tidak lagi menyukai kesendirian.
Dia menyadarinya jika kedatangan Yoongi membuatnya tidak lagi menyukai hal-hal yang membuatnya sendiri. Adanya Yoongi diappartementnya beberapa waktu lalu menyadarkannya jika dia tidak lagi menyukai kesendirian.
"Siapa kau hingga membuatku seperti ini."
Jimin terkadang menangis jika mengingat Yoongi. Tubuhnya selalu bereaksi berlebih ketika mengingat Yoongi. Itu menyakitkan hingga membuatnya sesak, sakit dan kosong. Yoongi merenggut seluruh jiwanya, membawanya pergi menjauh dari raga miliknya. Dia ingin berhenti, Jimin ingin berhenti mengenang bayang-bayang Yoongi yang selalu menari-nari didalam benaknya. Dia ingin berhenti, dirinya tidak lagi kuat menahan sesak yang selalu merengsek masuk begitu Yoongi terbayang begitu nyata dalam benaknya. Kenyataannya begitu sulit untuk melupakan Yoongi begitu saja. Sangat sulit hingga membuatnya terus merasa sesak.
"Kau pulang hanya ingin membuat ibumu khawatir begitu."
Jimin mendongak menatap ibunya yang membuka pintu kamarnya dengan kasar. Wajah cantiknya bersungut-sungut menahan emosi. "Aku tidak tahu jika itu membuatmu khawatir."
"Kenapa juga denganmu, sulit sekali hanya untuk memasukan sesuap nasi kedalam perutmu."
Jimin menatap ibunya. "Tidak tahu, aku terlalu sibuk hingga lupa makan."
Park Kyeong tertawa, apa-apaan dengan anaknya itu. "Kau hanya berdiam diri didalam kamar dan kau bilang kau sibuk."
"Itu kesibukanku, aku berbeda denganmu."
Wanita berkepala empat itu mulai jengah dengan Jimin yang seolah-olah sedang mempermainkannya. Maka dibentaknya Jimin. "Aku ini ibumu, jangan bersikap seolah aku dan kau itu seumuran."
Jimin terkekeh mendengar suara ibunya yang menggelegar memenuhi penjuru kamarnya. "Aku bahkan lupa jika aku mempunyai seorang ibu."
"Apa yang kau bicarakan! Cepat turun dan makan makananmu, aku tidak punya waktu untuk sekedar berbasa-basi denganmu."
"Apa uangmu lebih penting dari pada anakmu sendiri? Tidakkah kau mau meluangkan waktumu barang sebentar, aku ingat ini pertemuan pertama kita setelah satu tahun tidak bertemu."
Kyeong terdiam, betul sekali. Ini adalah pertemuan pertamanya dengan Jimin setelah hampir satu tahun berlalu. Jimin selalu pulang, tetapi dirinya tidak pernah sekalipun bersitatap dengan Jimin barang sedetikpun. Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. "Makanlah kau tampak buruk."
KAMU SEDANG MEMBACA
終わり || KV.MY || ✅ ||
FanficAkhir dari segalanya, kisah yang akhirnya terhenti. Ending dari alur yang dibuat tidak beraturan. Akan seperti apa jika benar-benar berada di akhir? Sequel dari 深刻な 《KookV》 《Minyoon》 《Yaoi》