.MYG.

16.6K 941 43
                                    

Dua hari belakangan Yoongi berpikir, tidak bukan berpikir. Tepatnya, Yoongi berharap. Berharap jika esok hari dia terbangun tidak lagi dikediaman Jimin yang menyesakkan, tidak dengan berita kematian Taehyung yang membuatnya setengah mati tidak berdaya. Yoongi ingin terbangun diflat kecilnya dengan Taehyung. Hanya dengan Taehyung, tidak ada Namjoon, Joonmyeon atau bahkan Park Jimin. Hanya ada dirinya dan Taehyung. Yoongi ingin semuanya kembali seperti dahulu.

Tetapi, begitu mendapati dirinya masih terbangun dengan keadaan tubuh kacau luar biasa, membuatnya kembali tersadar jikalau waktu tidak akan pernah mundur sekalipun dia sangat menginginkannya. Masa lalunya kini hanya sebatas kenangan. Yoongi hanya bisa mengenangnya, disimpan dengan baik-baik agar tidak ada satu titikpun kebahagiaan miliknya terhapus dari memorinya yang mulai goyah.

Yoongi memilih untuk tidak lagi membenci Jimin. Dia menyerah, sudah lelah menanggung benci yang tidak tahu seberapa besarnya pada Park Jimin. Membiarkan semuanya berjalan seperti maunya pemuda itu. Tidak lagi melawan. Yoongi hanya perlu mengikuti kemauannya.

Dia tidak lagi memiliki tempat untuk pulang.

Hingga pada akhirnya, malam itu Jimin memberinya satu permintaan memikat. Yoongi tidak mau menolaknya, dia memanfaatkannya dengan baik. Tidak tahu jika perkataannya menohok hati pemuda Park.

Pagi itu, Yoongi terbangun. Jimin ada disampingnya, sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Hanya dengan keadaan yang lebih baik. Sebab Jimin hanya memeluknya sepanjang malam tanpa melakukan apapun, Jimin tidak memaksanya lagi untuk bersetubuh.

"Apa dihatimu tidak ada setitikpun ruang untukku?"

Malam itu Yoongi mendapati Jimin bergumam. Saat itu Yoongi berpura-pura tidur, sebetulnya sudah akan tidur, belaian Jimin diwajahnya membuatnya mengantuk, terlalu lembut. Dan lagi, Jimin memiliki tubuh yang hangat. Yoongi tidak akan menyangkal jika Jimin itu hangat. Yoongi sepenuhnya tidak mengerti, hanya diam dalam kebisuan. Hingga pada akhirnya kantuk benar-benar mengambil alih kesadarannya.

"Aku akan mengantarmu, jangan menolak. Ini yang terakhir."

Maka dari itu, Yoongi membiarkan Jimin mengantarkan kepulangannya.

"Apa aku benar-benar harus menghilang dari kehidupanmu?"

Bahkan dalam jangka kurang dari satu haripun Yoongi berhasil dibuat tidak mengerti dengan semua yang dikatakan Jimin. "Lalu apa mau mu?"

"Tidak bisakah aku tetap menemuimu?"

Yoongi tidak keberatan jika Jimin menemuinya suatu hari, atau bahkan satu hari setelah dia dipulangkanpun dia tidak masalah. Hanya masih bisakah dia menahan bencinya agar tidak semakin besar?

"Kau sudah berjanji akan melepaskanku bukan?"

Pada akhirnya Jimin diam, masih berbaring diatas ranjang dengan Yoongi yang tak kunjung dia lepas. Yoongi tidak peduli. Dirinya memberi Jimin kebebasan. Hingga dua jam kemudian, Jimin bangkit.

"Mandilah, kau harus bersiap."

Yoongi hanya mengangguk sekilas. Lalu beranjak meninggalkan Jimin seorang diri.

Tanpa memikirkan jika banyak hal yang tengah dipikirkan pemuda itu. Setidaknya, dia bisa bernafas lega mulai sekarang. Jimin melepaskannya, meski harus menanggung sakit mengetahui jika tidak ada lagi Taehyung yang akan menemaninya.

.....
.....

Dan bahkan Yoongi tidak bisa berpikir lagi sekarang, perihal Jimin memulangkannya saja sudah menjadi kejutan besar. Dan ini? Yoongi pikir jika tuhantengah mempermainkan perasaannya sekarang.

Tawa tipis, menyesakkannya mengalun. Tidak tahu harus bagaimana begitu air matanya mengalir deras. Entah bahagia atau apa, Yoongi tidak tahu. Mobil hitam metalik Jimin sudah hilang dari pandangannya sekitar lima menit yang lalu. Melihat mobil Jimin menjauh membuat sesak yang entah apa maksudnya merengsek memasuki relung hati. Sakit sekali melihat Jimin yang memilih melepaskannya. Tidak tahu mengapa.

Dan kini dirinya menangis seorang diri. Merengkuh tubuh sendiri tepat didepan kediaman Joonmyeon yang hening. Sesak sekali.

"Hyung." Dan. Tidak tahu 'dan' yang keberapa kali lagi, yang dia ucapkan pagi ini. Yoongi tidak tahu, otaknya serasa semakin buntu begitu mendengar deep voice yang hampir satu bulan ini dia rindukan. Apa dia harus berhalusinasi disaat sesak tidak menentu seperti ini.

"Jangan menangis hyung."

"Hiks Tae bagaimana ini hiks Jimin tidak akan lagi menemuiku lalu kau juga hiks kenapa kau pergi."

"Aku tidak pergi hyung, aku tidak pergi kemanapun. Jangan menangis."

"Kau meninggalkanku hiks."

"Tidak hyung, aku disini jangan menangis."

Taehyung benar-benar ada, Taehyung memeluknya, erat. Sangat erat. Yoongi merindukan pelukan hangatnya. "Hiks lalu siapa?"

"Bukan aku, jangan menangis. Peluk aku hyung."

Yoongi tahu, jika sedari dulu tempatnya untuk pulang ada bersama Taehyung.


















-Tbc-

Apa kabar ada yang rindu sama aku? Ini flashback dimana Yoongi dipulangkan. work ini work penyelesaian 深刻な. Biar tidak gantung😂pendek dulu buat pemanasan.

終わり || KV.MY || ✅ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang