Chapter 7

38 3 0
                                    



Secercah cahaya masuk melalui celah matanya, seorang gadis berambut panjang mencoba menerjapkan matanya berkali - kali untuk membiasakan dengan cahaya terang.

"Brie! Brie! Banguun!!" ucap sebuah suara lembut yang sudah tak asing ditelinganya.

Gadis itu membuka matanya perlahan, kepalanya terasa sangat pusing sehingga semuanya terasa seperti berputar - putar baginya.

"Brie kau baik - baik saja??" tanya suara itu lagi.

Setelah beberapa saat gadis itu baru bisa melihat dengan jelas siapa yang memanggil namanya.
"Va... Vanessa! Apa yang terjadi? Aku dimana??" tanya gadis itu sambil memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Kau ada di rumahku sekarang!!" jawab Vanessa. Orang yang sejak tadi memanggil - manggil nama Brie ialah Vanessa, seorang gadis yang tinggal tak jauh dari tempat tinggal Brie.

Brie mencoba untuk bangun, tapi segera ia hentikan ketika rasa sakit tak tertahankan itu masih menjalar di kepalanya.

"Jangan memaksakan untuk bangun tetaplah berbaring. Luka dikepalamu cukup parah!! Ini... kau minumlah" ucap Vanessa menyodorkan segelas air mineral dan membantunya minum. Setelah itu ia membantu Brie untuk berbaring kembali.

Brie pun hanya diam seribu bahasa, sebab sakit dikepalanya yang membuatnya sulit mengingat apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Lalu setelah itu ia mengalihkan pandangannya pada gadis yang tengah duduk di sampingnya.
"Vanessa, aku ingin pulang. Tolong antarkan aku ke kontrakanku"

"Tapi Brie, kondisimu belum pulih sepenuhnya!! Kau masih sangat lemah!! Sebaiknya kau istirahatlah, siang nanti aku akan mengantarkanmu pulang jika kau sedikit baikan"

"Aku mohon bantulah aku Vanessa. Aku hanya ingin pulang sekarang" pinta Brie dengan menekankan kata 'sekarang'.

Huuft... Vanessa hanya dapat menarik napas dalam dan menghembuskannya kasar. Ia tidak tau harus bagaimana lagi meyakinkan Brie yang terlihat keras kepala.
Sebenarnya ia tidak tega membiarkan gadis berambut panjang itu pulang dengan keadaan yang masih lemah, tetapi gadis itu tetap bersikeras ingin segera pulang entah apa penyebabnya, sehingga Vanessa tidak mempunyai pilihan lain selain mengabulkan keinginannya.

"Ya sudah, kau bangun dulu... aku akan mengantarmu pulang. Kau istirahat saja dikontrakanmu" ucap Vanessa sambil membantu Brie bangkit dari tempat tidurnya.

****

Sesampainya dikontrakan Vanessa segera membantu gadis itu membaringkan tubuhnya ditempat tidur. Setelah itu ia mengambil obat merah yang baru saja dibelinya, bermaksud untuk mengobati luka didahi Brie.

"Em... Brie bisa kau ceritakan padaku. Bagaimana kau bisa pingsan dijalanan??" tanya Vanessa sambil mengobati luka didahi gadis itu.

Ucapan Vanessa barusan sontak membuat Brie teringat kembali peristiwa terakhir yang menimpanya, ternyata dia pingsan semalam.
Dia mengingat seorang pemuda yang diseret oleh beberapa orang pria bertubuh besar dan dirinya sendiri disentakan ke-aspal oleh salah satu pria tersebut hingga membuat dahinya terluka.

Setelah dirinya benar - benar mengingat kejadian itu, ia pun menceritakan semuanya kepada Vanessa. Pemikirannya tertuju pada pemuda yang telah merasuki pikirannya selama berhari - hari itu, bagaimana nasibnya sekarang?

"Ohh... jadi begitu. Mulai sekarang kau harus hati - hati, mereka pasti orang suruhan yang ditugaskan untuk menghabisi pemuda itu. Lebih baik sekarang kau tenang dan jangan sekali - kali kau cari gara - gara dengan orang seperti mereka!! Nanti malah kau yang kena batunya" ucap Vanessa panjang lebar setelah mendengar cerita Brie.

"Tapi aku sangat mengkhawatirkan-Nya!! Bagaimana nasibnya sekarang? Aku takut terjadi sesuatu"

Vanessa memandang gadis itu dengan tatapan yang sulit diartikan, ia benar - benar tidak mengerti dengan jalan pikirannya.
"Brie... belum apa - apa kau sudah seperti ini, bagaimana kalau mereka sampai membunuhmu?!! Dan apa kau kenal dengan pemuda itu??"

Brie menggeleng "Tidak... tapi dia pernah belanja ditoko kaset tempat aku bekerja"

"Huft... sudahlah Brie kau jangan cari masalah. Lebih baik sekarang kau istirahat saja! Tidak usah memikirkan pemuda itu lagi. Kalau kau terus memikirkannya yang ada kepalamu akan bertambah sakit" ucap Vanessa ketika dirinya baru saja selesai mengobati luka didahi gadis itu.

Brie hanya diam mendengar ucapan gadis yang telah berbaik hati merawatnya itu, karena pikirnya perkataan Vanessa ada benarnya juga sebab saat ini tidak ada yang bisa ia lakukan dikarenakan kondisi yang sedang dialaminya. Ia hanya bisa mengangguk tanda bahwa ia setuju dengan nasehat temannya itu.

"Baiklah Vanessa, aku akan mendengarkan semua nasehatmu. Terima kasih kau sudah mau merawatku".

"Sama - sama Brie! Ya sudah, kalau begitu aku permisi dulu. Aku takut nanti ibuku akan mencariku... kau tidak apa - apakan aku tinggal sendirian??"

Brie tersenyum tipis sambil mengangguk "Iya, aku tidak apa - apa kau tenang saja. Sekali lagi terima kasih..."

"Sama - sama" ucap Vanessa lalu bangkit dan keluar dari kontrakan Brie.

Setelah Vanessa meninggalkan kontrakan tersebut, Brie hanya berbaring diatas kasurnya sambil memandangi langit - langit kamar.
Walaupun gadis itu sudah memintanya untuk tidak memikirkan apapun tentang pemuda itu, tapi pikirannya tak bisa berhenti membayangkan wajah panik pemuda itu semalam. Dirinya merasa sangat bersalah karena tak bisa melakukan apapun saat itu.

Brie pun bangkit perlahan dan duduk dipinggir kasur, membuat daftar kecil diotaknya tentang apa saja yang mungkin terjadi pada pemuda tersebut.
'Apa yang terjadi pada pemuda itu ya, semoga dia baik - baik saja' ucapnya dalam hati.

Benturan dikepalanya benar - benar membuatnya tak bisa berlama - lama menegakkan kepala selama beberapa hari. Hal itu membuatnya terpaksa mengambil cuti untuk sementara waktu dari tempatnya bekerja, sampai keadaannya benar - benar pulih.

Bersambung^_^

==============================================

Bonus untuk kalian semua yang ingin tau VANESSA

Bonus untuk kalian semua yang ingin tau VANESSA❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brianna AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang