Chapter 11

25 3 0
                                    

Gedung itu sama sekali tidak ada yang menjaga ataupun tanda - tanda ada orang yang pernah kesana. Hampir disetiap permukaan dinding bagian luar penuh dengan coretan cat pilox dan arang. Kondisi gedung itu juga tak memungkinkan jika ada yang tinggal disana.

Keduanya berhenti didepan gedung tersebut sambil melihat situasi disekitarnya.
"Sepi sekali! Sepertinya tidak ada orang..." ucap Brie.

"Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan... karena, kita tidak tau apa yang tersembunyi didalam sana!!" ucap Kendrick mengingatkan.

Brie mengangguk, lalu membetulkan posisi tasnya dan melangkah perlahan memasuki gedung yang pintunya sudah tidak jelas seperti apa bentuknya. Mereka berdua melewati pintu tersebut tanpa mengeluarkan suara, lantai didalamnya dipenuhi oleh dedaunan kering yang terbawa angin dari depan gedung. Suasana didalam gedung tersebut sedikit mencekam, kondisi diruang pertama dan kedua masih sama tak ada tanda - tanda ada orang disana.

"Diruangan ini mataku ditutup dan aku diseret tidak tau kearah mana..." ucap Kendrick ketika mereka memasuki ruang ketiga.

Brie berhenti sejenak memperhatikan disekitarnya. Ruangan ketiga tersebut  terlihat biasa saja, masih dengan sampah dedaunan kering yang berserakan dilantai, tetapi tidak sebanyak yang ada di ruangan sebelumnya. Ketika sedang memperhatikan sekitar, netra gadis itu menangkap sesuatu yang terselip diantara tumpukan dedaunan, dengan hati - hati dirinya menghampiri dan menyibak dedaunan itu. Dia menemukan sebuah ponsel berwarna hitam dengan sedikit goresan dipinggirnya.

"Itu... ponselku!" seru Kendrick.

"Ponselmu mati..." ucap Brie sambil memperhatikan ponsel ditangannya.

"Benar... aku selalu mematikannya ketika ingin berkendara agar tidak mengganggu saat aku sedang menyetir. Dan sepertinya itu sebuah kesalahan, andai saja aku membiarkannya tetap menyala saat orang - orang itu datang" jelas Kendrick dengan wajah menunduk.
"Mungkin ponselku jatuh saat orang - orang itu menyeretku disini..."

"Sudahlah... Ini bukan sepenuhnya salahmu! Sebab, kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi dalam hidup kita".

Kendrick mengangkat wajahnya, lalu tersenyum kearah gadis itu. Perkataan Brie ada benarnya juga, pikir Kendrick.

Entah kenapa, Brie merasa pipinya memanas setelah melihat senyuman Kendrick tadi. Padahal dirinya sudah berkali - kali melihat Kendrick tersenyum, tetapi baru kali ini dia merasakan hal itu. Dalam hati ia bertanya - tanya apa yang terjadi pada dirinya?.

"Brie..." panggil Kendrick.

"Ah... iya, a...ada apa?" tanya Brie grogi.

"Wajahmu memerah!! apa kau sakit?"

"Ah, t...tidak! Hanya saja udara didalam sini l...lumayan panas...." ucap Brie sambil mengibaskan wajahnya dengan tangan.

Kendrick memperhatikan gadis itu dari rambut sampai ujung kaki, dirinya merasa ada keanehan dengan tingkah Brie. Udara didalam gedung memang terasa panas dan juga pengap, tapi kenapa pipinya sampai memerah persis kepiting rebus dan kenapa juga ia terlihat grogi saat berbicara.

'Sepertinya ada yang aneh!!' batin Kendrick.

Keduanya sibuk dengan pikiran masing - masing, sehingga tak menyadari seseorang telah memasuki gedung itu dan mendapati keduanya yang ada diruang ketiga.

"Hei!!!" seru orang tersebut.

Brie tersentak dan langsung memandang kebelakang, dia terkejut melihat seorang pria bertubuh besar sedang berdiri dipintu masuk.

"Lari!!!" teriak Kendrick panik.

Brie segera berlari kedalam gedung untuk menghindari pria tadi.

"Hei!! Jangan lari..." pria tadi segera mengejar Brie.

Gadis itu berlari sekencang mungkin, masuk keruangan satu dan lainnya. Dalam hati ia berharap tidak ada pria besar lainnya didalam gedung tersebut. Sungguh! Dirinya sangat panik.

"Brie! Dibalik kardus - kardus itu!!" seru Kendrick sambil menunjukan tumpukan kardus disudut ruangan.

Gadis itu tak sanggup lagi berlari, ia mengikuti saran Kendrick dan bersembunyi dibalik kardus itu dengan napas terengah - engah. Dia duduk dibelakang tumpukan kardus itu sambil mengatur napas dan memasang pendengarannya dengan baik.

"Dia kearah sini! Jangan bersuara!" ucap Kendrick dari pintu masuk ruangan itu.

Brie langsung menahan dirinya agar tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Tak lama, terdengar suara langkah berat memasuki ruangan itu. Jantung Brie berdegup kencang, dirinya benar - benar panik. Gadis itu menutup mulutnya dengan tangan dan memejamkan matanya. Setelah itu, suasana hening sejenak lalu terdengar langkah berat itu mendekati tempatnya bersembunyi.

Namun, tiba - tiba terdengar suara musik yang ternyata berasal dari ponsel milik pria tadi, membuat Brie hampir saja berteriak karna terkejut.

Pria itu segera mengangkat panggilan masuk yang ada diponselnya.
"Hallo boss..."

"............."

"Tenang boss, tidak ada yang tau tentang anak itu!!"

"............."

"Tenang, anak itu masih berada didalam lubang itu. Bila waktunya tepat, akan segera kami pindahkan ke tebing didekat gedung ini..."

"............."

"Iya... Lapor boss, ada penyusup digedung ini. Tapi, akan segera saya bereskan!"

"............."

"Baik!" Pembicaraan itu selesai dan terdengar langkah berat itu menjauh pergi.

"Dia sudah pergi..." ucap Kendrick tak lama kemudian.

Brie menghela napas lega sambil mengurut dadanya. Dia bangkit perlahan sambil memperhatikan sekitar dan memang sudah tidak ada pria besar tadi.

"Kita harus segera pergi dari sini!" ucapnya pelan.

Kendrick mengangguk, "Baiklah... ayo!".

Brianna AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang