Ah, malu

2.5K 509 120
                                    




Mau bilang Taehyung pengecut?



Silahkan.



Tapi, jangan pernah mencap dia sebagai orang cupu. Karena nyatanya, sekalipun dia gak bisa tidur tanpa boneka beruang kesayangan, dia tetaplah laki-laki yang sekalinya nonjok orang, bisa bikin luka lebam.


Sialnya sial, kenapa dia malah sembunyi di balik tembok dekat tikungan kantin cuma karena seorang Park Jimin?


Yang sendirinya sedang berdiri ganteng dekat vending machine untuk membeli minuman. Kedua tangan dimasukan ke dalam saku jaket denim dengan celana katun yang membalut kakinya begitu pas.


Sementara Kim Taehyung lebih memilih merutuk diri sendiri bersamaan dengan jemarinya yang meremat erat lengan seorang berstatus sahabat baik kesayangan.

Sebut saja namanya Jeon Jungkook.




Miris. Hadu.




"Jadi ini intinya lo mau ke kantin atau gak, kak? Kalo gak, gue duluan aja. Soalnya gue lapー"

"Diem bentar, babi."

"Sianjing gue malah dikatain."


Jungkook mendesis kesal. Menepis kasar rematan erat si Kim karena kelewat gusar.

Sadar diri kok, gendut. Pacarnya sendiri memang terlampau sering memanggil dia begitu. Modusnya sih, panggilan sayang. Tapi Jungkook sudah lebih dulu sadar, pacarnya memang suka membuat emosinya di ambang batas.



Tapi, yang bicara begitu kali ini adalah Taehyung.


Kim Taehyung.



Sahabat baik yang usianya memang lebih tua; tapi otak dan kelakuan jelas mengkhianati usia.

Juga, dengan perut yang tidak kalah menonjol seperti karung beras. Hell, Jungkook merasa harga dirinya dilecehkan disini.


"Sadar diri, kak. Perut lo jauh lebih maju dari gue."

"Pipi lo yang ngegas, adek gendut."

"Iya, gak kayak lo."

"Maksudnya?"

"Suka sama orang kok malah sembunyi. Bikin malu anak bangsa, dasar cupu."

"Heh, ngomongnyaー"

"Apa? Bener kan?" Jungkook ngegas, "Bahkan gigi gue lebih gede dari nyali lo, kak."










Sumpah, kalau bukan karena si Jeon yang dengan sigap kabur begitu Kim Taehyung menatapnya tajam dalam maksud niat menguliti hidup-hidup, mungkin fokusnya tidak akan teralih dari si ganteng Park.

Karena yang dimaksud, sudah tidak ada lagi disana. Posisinya sudah digantikan oleh segerombolan manusia ribut lainnya dari jurusan teknik elektro.





"Fuck you, Jeon."


Taehyung menggerit gigi begitu si kelinci buntal mengirimkan gestur mengejek berupa juluran lidah ketika dia sudah berada dalam lingkaran nyaman lengan kekasihnya.

Namanya Hoseok, kalau mau tau.



Maka Taehyung kembali menghela nafas. Kesal mati karena dikhianati sahabat sendiri, juga tambatan hati yang kini meninggalkan dia seorang diri.





"Ey, mencari siapa?"







Fuck.





Damn.





Taehyung menoleh; gerakannya patah-patah begitu mendapati keberadaan seorang lain tepat di belakangnya,



"Halo, jomblo."

"Oh,"


Oh?


"Gitu doang?" Si Park mengernyit dari posisinya yang ikut-ikutan berjongkok di sisinya; sebelah tangan menggenggam sekaleng pepsi, "Mau?"

Taehyung menggeleng terhenyak, "Gak, makasih."

"Ngapain lo jongkok?"

"Suka-suka gue."

"Udah penuh itu."

"Ya, terus?"

"Inget cebok."

"Bangsat."


Dan si Park terkekeh dengan tepukan kepala jahil di pucuk kepala milik Kim Taehyung.


"Aduh lucunya."

"Kalo gue tonjok lo, masih gak lucunya?"

"Masih kok," Jimin mengangguk; rautnya terpampang snobis dengan wajah yang dimajukan, "Tonjok pake bibir aja, silahkan."







Ya Tuhan.




Kok jadi deg-degan?




***

Mau pergi dulu, dadah✋

harinya? ㅡminVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang