Part 8

9 2 0
                                    


"hehe,  ngga ko bu, tadi Deli ketiduran di kamar, abis cuacanya ngajak mager sih hehe. " Ntah jawabanku selaras dengan pertanyaan ibu atau tidak.  Intinya kali ini aku terpaksa berbohong kepada ibu,  menyembunyikan apa yang seharusnya aku ceritakan.

Yab beginilah aku, lebih suka menyimpan masalah rapat-rapat daripada curhat sana-sini.

"Del, kamu udah bisa kan lupain dia?"
Pertanyaan itu membuat tawaku terhenti secara tiba-tiba. Bagaimana tidak?  Apa yang ia tanyakan sungguh membuatku lupa akan hal yang jenaka.

"hmmm.  Untuk melupakan dia mungkin aku tak akan bisa tapi aku akan coba walau sekedar tidak stalking media sosialnya." aku menghela nafas berat sambil aku memeluk tas ku erat-erat.

"aku tau perasaan lo Del, aku faham!?" azizah memeluku dan menepuk pundaku pelan.

"hmmmn huhhh....   Makasih ya Zah cuma kamu yang tau semua ini aku harap sampai kapan pun kamu menyembunyikan semua ini dan aku harap kamu tetep jadi sahabat aku ya Zah jangan pernah berubah sikap hanya karena waktu yang bosan dengan tangisku." kataku penuh harap.

"iya Deli udah ah apa sii ko jadi melow melow gini?! Udah ah udah eh tapi BTW gimana si reyza?"

"Reyza?" aku langsung membelalakan mata ya gimana ngga orang aku kaget.

"iya Reyza! Waktu itu kamu jadi kasih dia nomor hp kamu kan?"

"iya. Terus?"

"caelah ni anak ya iya sekarang dia gimana?"

"ya ga gimana-gimana dia masih idup aku ketemu tadi di Kantin"

"Innalillahi kamu beneran ga ngerti apa gimana sih!?"

"ihhh emang apa? Yang jelas makannya kalo ngomong hahahha!"

Zahra menarik nafas dan membuangnya berat. "jadi maksud aku tuh gini kamu simak baik-baik kata-kata aku biar kamu ngerti! Jadi maksud aku itu---"

Zahra menggantung kalimat nya (yaelah digantung itu sakit)  dan menatap ke arah belakang ku dengan tanpa berkedip sedikitpun.

"Zah? Zahra?" dia tetap tidak mengalihkan pandangannya.

"Heeeeyyyy!!!" sambil aku mendekatkan telingaku ke telinganya.

Sontak Zahra kaget! "ih ngomo---"

"ngomongnya biasa aja ga usah teriak sayang!?" kata seseorang dari belakang ku. Sambil mendekatkan wajahnya dan berbisik di telingaku dan aku langsung menengok ke arah itu.

"Astagfirullahal'adzim!" reflek aku langsung menjauhkan badanku dan pop ice yang aku pegang aku siramkan ke arah dia.

"Anjiiiing!" katanya.

"eh Astagfirullah maaf maaf aku ga sengaja ihh maafiiiiin." kata ku sambil menyusun jari ku seperti memohon ampun pada Sang Raja.

"Lu ga suka sama gua? Tega bener lu siram gua pake aer kaya gini!"

"Ya ampuun aku reflek maafin aku maaf maaf maaf maaf maaf maaf maaf ma--"

Dia langsung membekap mulutku dengan tangannya. Aku pun langsung berhenti berkata.

"Ga usah alay kaya gitu gua rela ko kalo diginiin sama Lo!"

Mata zahra membulat dan...

"Anjing setan!  Aaahhh shittt!"

Dia langsung membuka dekapan tangannya

"Kenapa lu injek kaki gua onta!!"

"onta?" kali ini zahra tidak meminta maaf namun mengeryitkan kening nya.

"ehh maaf gua emosi! Lagian kenapa elu nginjek kaki gua sih lu tau kan lu pake sepatu pentopel sakit tau!?"

"Yah kamu kenapa ngomong sedekat itu dengan saya secara tiba-tiba dan yang kedua kenapa kamu malah tempelin telapak tangan kamu di mulut saya!?"

"karena gua! Sayang sama lo!"

Zahra terpaku disana.

"Kenapa kamu suka sama dia sih kamu ga tau perasaanku rapuh"

"Del udah yo ke kelas bentar lagi bel masuk pelajaran bapak Ade Kimia!"

Tanpa persetujuan dari Deli, Zahra langsung menarik dan menuntun Deli menjauh dari nya.

"Deliiii gua sayang sama lo!!"

Deli menengok ke arah suara itu namun langkah kaki Zahra yang sangat cepat membuat Deli terseret olehnya.

***
I hope you like it dear 💕
Maaf ya baru update lagi setelah sekian lama. Setelah PAT satu minggu Aku banyak kegiatan sekolah.
Ohiya  sama kalimat paling awal part ini?  Masih inget ga tentang itu?  Masalah apa si yang disembunyiin Deli sampe belum Move on sampe sekarang? Terus siapa cowo yang berani ngomong frontal sayang gitu?

Ikutin terus aja perkembangannya ya...

SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA 😉💓

Antara Titik atau KomaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang