Marcell masih berbaring diranjangnya, malam ini rumah terasa begitu sepi tanpa jisoo didalmnya.Memikirkan jisoo membuatnya ingat pada pemberian jisoo, buku bersampul coklat yang ia letakkan di meja tv pagi tadi.
Ia berjalan untuk mengambilnya,setelah dapat ia mendudukkan dirinya di ranjang.
Ia mulai membuka buku itu perlahan.
'Buku ini berisi tentang kelemahanku dan penopangku, tentang kepribadian gandaku dan marcellino seokjin.'
Marcell terseyum ringan mendapati namanya di buku itu.
Marcellpun membalik menuju halaman berikutnya.
'Dia ada di pagi dan malamku,
Di siang dan soreku,
Di setiap tangis dan jeritkuTelapaknya disini,
Di rambutku untuk membelai,
Di pipi untuk mengusap air mata,
Di punggung untung menenangkanDia disisi,
Siapapun aku saat itu,
Bagaimanapun aku bersikap kala ituMarcell terus lanjut membaca. Jujur, tak ada satu lembarpun yang tak membuatnya tersenyum haru.
'Hari ini aku mendapati kamar marcell begitu berantakan, akupun melihat bibi sedang membersihkan serpihan serpihan kaca.
Aku tak bisa melakukan apa apa, aku hanya terus membiarkan dia disana, di ruang penyesalan.
Marcell, jika kutemukan sebuah cara melepaskanmu dari semua rasa bersalah ini, akan kutebus semua pengorbananmu 6 tahun terakhir.'
Tak terasa marcell sudah hampir mencapai halaman akhir.
'Hari ini ayah mengajakku berbicara, katanya ia akan menikahkan ku dengan minhyun, pria yang menyelamatkanku 6 tahun lalu.
Marcell, jika kau baca ini, sesungguhnya aku tak mau, aku hanya mau kau untuk sisa hidupku.
Tapi aku tak bisa terus membebanimu dengan semua rasa khawatir dan penyesalan, sudah kubilang bukan aku akan melepaskanmu?'
Marcell justru merasa kesal sendiri, dengan penuh ragu ia membuka lembar terakhir.
'Marcell, aku mencintaimu, sungguh. Tapi kau harus melanjutkan hidupmu—yang tanpa aku tentunya.
Semoga kau berbahagia selalu, simpan buku ini dengan baik ya
kepribadiangandaku dan marcellino seokjin.
Dengan mereka berdua aku mengambil nafas setiap hari dalam 6 tahun terakhir.
Selamat bahagia, doakan aku juga akan bahagia ya'
Marcell tersenyum, tanpa disadari ada air mata diujung sisi matanya. Ia menyekanya, lalu memeluk buku itu dengan erat.
6 tahun cukup untuknya menebak rasio kedipan jisoo, dan seberapa perbedaan waktu yang dibutuhkannya untuk menghabiskan makanan favorit dan makanan yang ia benci.
Ia berjalan kearah kamar jisoo yang kini sudah kosong tanpa penghuni. Setiap sudut ruangan mengingatkannya pada jisoo.
Ia mendapati fotonya dan jisoo saat ulang tahunnya yang ke 5 masih terpajang apik di dinding. Membawanya kembali ke percakapan terakhirnya bersama jisoo.
"Marcell, jika nanti anakku bertanya apa itu cinta dan tulus, maka dengan bangga akan ku ceritakan segala tentangmu."
Jika ditanya apa marcell mencintai jisoo, mungkin tidak. Sesuatu yang lebih dalam dari sekedar cinta atau penuh rasa sayang dan lebih murni dari sekedar rasa bersalah.
Mensa melsana; kata 'sakit jiwa' dalam bahasa prancis
FinAku gabisa bikin cerita melow yang panjang ga tau kenapa 😅😢😭
Kalo kalian ada lihat work ku yang judulnya religion itu juga pendek 6/7 chapter.
Buat apa juga panjang panjang, entar malah kaya sinetron indo🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Mensa melsana ; seokjin x jisoo
FanfictionTentang kepribadian gandaku, dan marcellino seokjin. [selesai]