Surat Keempat

473 49 0
                                    

Mengapa Charlie berhenti menulis? Tanggal terakhir yang tertulis di surat belum lama.

Dia tidak melupakan suratnya, kan?

Niall menautkan kedua alis matanya, melipat dan menaruh kembali surat yang baru ia baca ke dalam amplopnya. Dia baru saja akan membuka surat selanjutnya ketika Liam memanggilnya untuk makan malam.

Saat makan malam, Niall sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia tidak memperhatikan sekitarnya. Baru kali ini, Niall tidak lapar. Ia hanya memainkan makan malamnya dengan garpunya. Yang lain langsung menyadari sikap Niall yang tidak biasa ini, lalu menanyakannya ada apa gerangan. Niall hanya mengangkat bahu dan pergi kembali ke tempat tidurnya sehingga ia dapat lanjut membaca surat dari Charlie.

"Niall, apakah kau benar-benar baik-baik saja?" tanya Liam yang kemudian duduk di atas tempat tidur di seberang milik Niall.

"Ya," jawab Niall otomatis.

"Lalu, mengapa kau tidak makan?" tanya Liam khawatir.

"Aku.. ehm... hanya sedang mikirin sesuatu saja," jawab Niall.

"Baiklah kalo begitu." Liam tersenyum kemudian pergi meninggalkan Niall.

Niall menghela napas lega, lalu mengeluarkan surat selanjutnya. Sekarang sudah surat yang keempat, masih ada tujuh belas lagi setelah ini. Mungkin Niall akan tahu mengapa Charlie berhenti menulis.

Teruntuk Niall,

Sekarang aku jadi keterusan menulis surat untukmu ini. Aku agak telah menghabiskan seluruh uang sakuku untuk stampel, yang mana menurutku lucu, karena kau tidak pernah akan membaca surat ini. Atau mungkin kau akan membacanya? Mungkin kau sedang membacanya saat ini. Baiklah, aku akui  aku baru saja fangirling membayangkan kau membaca suratku. membayangkan kau menyentuh kertasnya... Ya Tuhan.

Niall tertawa kencang, yang mengakibatkannya ditatap Zayn curiga.

Kau ingat ceritaku tentang Alice? Minggu lalu? Jadi, aku mulai lebih mengenalnya sedikit sekarang. Kami akhirnya berpasangan untuk mengerjakan tugas di kelas Sejarah. Dia lucu, dan hampir selalu membuat lelucon, bahkan paling sering ia lontarkan lelucon buatan dirinya sendiri. Dia juga cukup pintar.

Aku tidak membicarakan kejadian minggu lalu, begitupun Alice. Walaupun aku menyesal tidak menyinggungnya, karena aku benar-benar penasaran bagaimana ia mendapatkan keberanian untuk melakukan sesuatu seperti meninju wajah Fran.

Namun, sepertinya dengan berteman dengan Alice juga berarti Fran dan kroninya akan menjauhiku. Sedikit, sepertinya. Seperti saat kelas Sejarah usai, Alice mengajakku untuk makan siang bersamanya. Aku pun setuju. Kemudian aku sadar bahwa baru pertama kali dalam empat bulanan ini, Fran dan teman-temannya tidak memojokkanku. Aku pun juga tidak perlu bersembunyi di perpustakaan, makan perlahan diam-diam. Alice menertawaiku saat aku bercerita padanya, dan harus kuakui memang caraku bodoh. Tapi aku tidak punya pilihan, kan?

Oh Niall. Aku benar-benar ingin bertemu denganmu. Hanya untuk memberikan pelukan tererat dalam hidupmu,  untuk memberiahumu bawa para Directioner mencintaimu, dan para gadis yang merasa kau tidak pantas berada di band tidak punya hak untuk memanggil diri mereka Directioner. Aku benci melihatmu menangis, apalagi di saat kau merasa dirimu tidak diinginkan.

Dua Puluh Satu Surat untuk NiallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang