"Niall!"
Niall tersentak di kursi plastiknya, sadar dari lamunannya. Baru ia sadari bahwa Liam sedang menatapnya dengan tatapan jahil, Zayn dengan tatapan kebingungan, sementara Harry dan Louis menampar paha mereka sendiri, sambil terbahak-bahak. Pewawancara dengan rambut pirang yang sangat panjang hanya tersenyum, melihat interaksi mereka. "Apa?" Niall bertanya dengan nada bingung yang sangat kentara. Apa yang lucu?
Louis dan Harry malah tertawa lebih kencang, menyeringai satu sama lain dan mebuat gestur dalam bahasa mereka sendiri yang tidak ada yang mengerti kecuali mereka. "Kami sudah lima menit berusaha untuk berbicara denganmu," jawab Liam.
Niall mengedip. Lima menit. Tentu, ia sudah larut dalam pikirannya sebentar, tapi lima menit? Tidak mungkin selama itu. Sekali lagi, ia mengedip lalu menggelengkan kepalanya. "Beneran?" tanyanya.
"Yep," balas Liam, menatap dua laki-laki di hapadannya yang hampir menangis karena saking terbahak dengan tatapan aneh. Pewawancara masih dengan senyumannya yang tertahan, menggigit bibirnya dengan cara yang membuat Niall yakin bahwa gadis ini benar-benar penggemar Larry Stylinson. Dan Louis juga Harry tidak membantu sama sekali.
Menggelengkan kepala, Niall menertawakan dirinya sendiri. Apa yang salah dengan dirinya? "Ah, man. Maaf tentang itu. Apa yang tadi kau bilang?" Ia bertanya kepada gadis itu dengan sopan.
Gadis tersebut berkedip, sadar dari lamunan Larry-nya yang mengingatkan Niall akan kecerobohannya sebelumnya. "Oh, Aku-- Erm, kurasa.. aku tidak ingat." Pipi gadis itu berubah menjadi semerah tomat karena melupakan pertanyaannya.
"Sesuatu tentang mengatasi ketenaran?" pancing Liam, membantu gadis itu.
Gadis itu berkata dengan ceria, "Ya, itu dia! Bagaimana kau mengatasi ketenaran, Niall? apakah semua ini mulai mengacaukan pikiranmu?' Rambut pirang pucatnya membuat tirai di wajahnya sebelum gadis itu menyisirnya ke belakang dengan jari.
Tersenyum, Niall mulai mengerluarkan pidato yang sudah ia siapkan sebelumnya, "Tidak, tidak terlalu. Kau semacam akan terbiasa pada akhirnya. Terkadang, kau akan melihat semua gadis yang berteriak histeris itu dan berpikir, 'wow, mereka semua di sini untukku'. Terkadang, aku masih berpikiran bahwa hanya ada empat laki-laki dalam One Direction yang sedang hit, karena aku selalu melupakan diriku sendiri untuk dihitung."
Penonton bereaksi dengan tertawa, dan Zayn mengulurkan tangannya lalu memberantakkan rambut Niall. "Tapi tidak. Semua ini tidak mengacaukan pikiran kami. Kuarasa kami semua sudah terbiasa, dan tidak banyak yang dapat memengaruhi kami sekarang ini." tuntas Niall.
Namun meskipun mengatakan semua kata-kata tersebut, Niall meragukannya. Apakah tidak ada sesuatu yang benar-benar memengaruhi mereka? Bagaima dengan surat-surat Charlie? Karena surat-surat itu sudah pasti memengaruhi Niall, bahkan dengan cara yang tidak bisa Niall mengerti. Ia terkadang akan menemukan dirinya selalu memikirkan tentang surat-surat tersebut , bertanya-tanya tentang Charlie dan di mana keberadaannya sekarang, juga apa yang sedang dia lakukan.
Ini mengejutkan Niall, betapa pedulinya ia dengan gadis ini. Ia bahkan belum pernah sekali pun bertatap muka dengan Charlie. Namun tetap, ia sangat ingin untuk selesai membaca surat-surat Charlie secepat mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Puluh Satu Surat untuk Niall
Fanfiction[Terjemahan dari Twenty One Letters To Niall] Suatu hari di kamar hotelnya, Niall mendapat paket berisi dua puluh satu surat. Dua puluh satu surat dari seorang gadis yang mencurahkan isi hatinya kepada Niall. Seiring dengan Niall yang mulai membaca...