Teruntuk Niall,
Aku tahu, kau mungkin tidak akan membaca ini. Dan aku tahu, surat ini mungkin tak berbeda dari apa yang perempuan-perempuan lain katakan padamu. Tapi ku rasa, menulis surat ini membuatku memiliki teman berbicara.
Aku mencintaimu. Aku suka senyummu, cara kau berbicara, tawamu. Aku suka bagaimana kau selalu menertawakan segala sesuatunya, dan di saat kau tersenyum dengan tulusnya. Itu membuat senyummu berkilau. Aku suka bagaimana kau tidak takut untuk menunjukkan emosimu, tidak takut untuk menangis, atau hanya menertawai segala hal. Aku suka betapa kau begitu manis, baik hati, dan peduli. Aku suka aksen Irlandiamu yang menggemaskan.
Aku menghabiskan berjam-jam, hanya berbaring di atas kasur sambil berharap bahwa aku bisa bertemu denganmu. Tapi, apa yang akan aku katakan padamu? Dengan sifatku, mungkin aku hanya bisa berdiri di depanmu dan membuat diriku terlihat bodoh. Karena aku memang bodoh. Perempuan-perempuan di sekolah bercerita mereka akan mengobrol denganmu jika mereka bertemu denganmu, mungkin ditambah dengan kedipan mata dan mengibaskan rambut mereka ke belakang, lalu kau akan jatuh cinta dengan mereka.
Namun, mereka mengatakan banyak hal.
Kadang, di saat aku sangat sedih, aku akan mendengarkan lagu Stand Up, dan lagu tersebut akan membuatku merasa jauh lebih baik. Terasa aneh, bagaimana sebuah lagu bisa mengubah persaanmu dari sedih menjadi gembira. Itulah apa yang ku suka dari musik. Lagumu membuatku merasa bahagia, lagu-lagumu membuatku merasa... hidup. Bukan, tapi bersyukur karena masih hidup. Aku berharap suatu saat bisa pergi ke salah satu konsermu.
Aku ingin memiliki seseorang untuk pergi bersama.
Aku benar-benar tidak mengerti kenapa aku menulis surat ini, karena kau tidak mungkin akan membacanya, kan? Tapi karena sudah kutulis, mungkin akan kukirim surat ini kepadamu.
Omong-omong, Jade memanggilku ke bawah untuk makan malam. Aku sebaiknya berhenti menulis sekarang.
Mungkin lain kali aku akan kembali menulis surat untukmu. Atau mungkin tidak. Kita lihat saja nanti.
Beribu cinta,
Charlie ♥
Niall menaruh suratnya, bingung, namun tersentuh di saat bersamaan.
Terdapat tanggal berukuran kecil di belakang amplop; 5 Desember 2011. Hampir setahun yang lalu. Aneh, mengapa surat ini datang begitu terlambat? Mengapa surat ini tidak datang bersamaan dengan surat penggemar yang lainnya? Mengapa ada 20 surat lain yang datang bersamaan dengan surat yang baru ia baca dalam paket kiriman? Mengapa paket ini bisa sampai terkirim ke hotel?
Namun setelah membacanya, Niall merasa ada sesuatu yang membuatnya tersentuh. Dia suka mendapat surat penggemar, apalagi yang seperti ini. Dia menatap surat-surat yang lainnya, tiap surat ditulis oleh tulisan tangan yang berantakan, dengan stempel kelas satu yang sama, dan amplop yang serupa. Semua surat memiliki tanggal di belakangnya, dan untungnya ia mengambil surat yang pertama.
"Niall?"
Niall terlonjak, menjatuhkan surat-suratnya secepat kilat. Liam berdiri di pintu hotel, kebingungan menghiasi wajahnya. "Mobilnya sudah tiba. Kau ikut kan?"
Niall dengan cepat mengangguk. "Ya, aku akan menyusul sebentar lagi," ucapnya.
Liam menyengir, memasukkan tangannya ke dalam kantong celana, kemudian melangkah pergi. Melihat dua puluh datu surat yang berserakan di sepanjang karpet putih yang lembut, Niall menghela napas. Mengapa tadi ia terlonjak? Surat-surat ini hanyalah surat penggemar. Tidak ada salahnya untuk membacanya, kan?
Akan tetapi, seiring ia mengumpulkan surat-surat tersebut, dan mengurutkannya menurut tanggal yang lebih dulu, dia menyadari mengapa tadi ia terlonjak. Sepertinya karena Charlie mencurahkan seluruh isi hatinya dalam surat-surat ini. Dan hanya ditujukan untuk Niall satu-satunya.
Oleh karena itu, bukannya meninggalkan surat-surat ini di atas meja di mana seseorang bisa menemukannya, Niall menyembunyikannya di bawah bantalnya. Mudah ditemukan, Niall tahu itu, tapi ia sedang teburu-buru, yang lainnya juga sedang menantinya. Ia tidak sempat untuk memikirkan tempat yang lebih baik untuk menyimpan surat-surat tersebut.
Niall mengambil kunci kamarnya, dan keluar dari ruangan, sambil memikirkan tentang surat-surat dari seorang perempuan yang ia tidak kenal. Namun, surat-surat yang sepertinya telah menyentuh hatinya, surat-surat yang akan ia lanjutkan membacanya saat ia pulang nanti.
Dan Niall sangat menantikannya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Halo! Kembali lagi dengan cerita yang sangat saya suka. Cerita ini aslinya berbahasa inggris, dan ditulis oleh @finnickfan. Ayo follow penulis aslinya jika kamu suka sama cerita ini!
DPSSUN ini cerita yang alurnya sedih, dan endingnya masih belum diketahui, karena ceritanya belum selesai. Saya saja bacanya gregetan hahaha.
Vote&Comment ya!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Puluh Satu Surat untuk Niall
Fiksi Penggemar[Terjemahan dari Twenty One Letters To Niall] Suatu hari di kamar hotelnya, Niall mendapat paket berisi dua puluh satu surat. Dua puluh satu surat dari seorang gadis yang mencurahkan isi hatinya kepada Niall. Seiring dengan Niall yang mulai membaca...