; new school is sucks 3

51 11 16
                                    

"Hai?" aku meberanikan diri menyapa si 'cowo flat' didepanku. Karena sedari tadi aku masih terganggu dengan sikap sinisnya. Cukup bodoh. Tapi aku hanya ingin meminta sedikit penjelasan kenapa dia terlihat setidak suka itu padaku? Atau memang pembawaannya sama seperti itu kesemua orang?

"Hei. aku nyapa kamu loh, Mark" ucapku lagi karena tidak ada balasan darinya, melirik saja tidak. Smh. "nama kamu Mark, kan?"

"Weird." ucapnya tanpa melirik sedikit pun

Aku memalingkan mataku melihat situasi disini. Apa yang dilihat cowo ini sehingga berkata seperti itu? Tapi hasilnya nihil. Theres's no one, just us. Ini jam istirahat dan anak kelas lain sedang berkuciran diluar kelas. Jadi apa kata-kata itu tertuju padaku? Aku aneh? Really? Aku menundukkan kepalaku. Benar-benar memalukan, bukankah harusnya aku sadar kalau aku ini terlalu tidak sepantaran untuk menyapa orang seperti dia? Ganteng. Cool. Most wanted, almost Perfect. Aduh, rasanya aku pengen menghilang saja deh. Bumi, telan aku sekarang.

"Hm." dia berdehem pelan "So, ngapain masih belum pergi?" tanyanya

"P-peergi?" tanyaku penasaran

"Iya. Dari bumi"

What the.... did he read my mind? Apakah dia titisan Roy Kiyoshi?

Aku menggeleng karena kuanggap itu hanya sebuah gurauan. "B-boleh kenalan?" ucapku agak ragu

"Penting?" Nada suaranya terdengar sangat serius. Sumpah.

"Pergi." ucapnya datar tapi cukup menusuk hati. Aku tahu ini sebuah penolakan. Mau tidak mau, aku pun mengangkat kepala dan melangkah pergi. Aku tidak marah atau sesakit hati itu, karena aku sudah terbiasa dengan hal ini. Mungkin karena aku berbeda dengannya jadi dia ogah berteman denganku. Ck Mark, kamu benar-benar pemilih. Itu tidak baik.

"dINEEEEE" itu suara Vio, dia melangkah menuju bangkuku. Dia teman pertamaku dikelas. Dia sama dengan Claudya teman pertamaku, supple.

"--kok lo ga ke kantin sih? emang ga laper ya?"

"aku bawa bekal, Vi. Nih, kamu mau?" jawabku sembari menyodorkan kotak makan bergambar Doraemon

"pffttttt-- kek anak taun kapan aja lo bekal-bekalan" ucapnya sembari menahan tawa. Aku mendengus kesal dibuatnya. Apa salahnya membawa bekal? Bukankah lebih bagus, belajar hemat.

"eh ngomong-ngoming Vi, Mar-"

Belum sempat aku melanjutkan perkataanku, kedatangan Ran beserta clique-nya memotong pembicaraanku "bisa minggat dari sini ga?" ucapnya datar. Aku membalasnya hanya dengan ekspresi heran. Aku? Yang di suruh minggat itu aku? Tapi ini kan bangkuku?

"Iya. Lo, bego. Minggat cepetan!"

"Maksud kamu apa? Kan bangku kamu yang ini." jawabku sambil menunjuk bangku disebelahku

"Bala banget sih lo. Kita bilang pindah ya pindah, kampung." ucap salah satu clique, yaitu Lisa.

"Lo sadar diri aja napa sih, lo ga pantes ada diarea kita" Chesa bersuara "barisan ini tuh lingkaran bermuda, area kita-kita. Udah merasa pantes lo?" lanjutnya sambil menunjuk dua baris bangku didepannya

"Pergi sebelum lo berurusan dengan yang punya bangku ini" ucap Lisa. Yang dia maksud itu Arin, karena sebelumnya dia yang menempati bangku ini. Entahlah, aku tidak tahu bagaimana pebawaan Arin. Kenapa juga aku harus takut berurusan dengannya? Apa dia spesies carnifora? Lucu.

"Cukup deh lo drama-drama queen. Apa kuasa lo ngusir-ngusir Dine, hah?!" tanya Vio ketus

"Heran gue ama lo Vi. Mau aja temenan ama kuman, ew." jawab Ran tak kalah ketus

"Dia disini juga karena pertukaran pelajar kali, kalo jalur reguler mah mana mampu masuk sini" lanjut Chesa. SMA NEGERI AIRLANGGA memang sekolah negeri pada umumnya. Namun, sedikit berbeda karena mayoritas anak yang bersekolah disini merupakan anak-anak high level. Sebenarnya aku tidak seperti yang Chesa bilang, aku mampu masuk disini dengan budget sebesar mereka. Aku juga sama seperti mereka, termasuk orang yang berlebih dalam hal materi. Mamaku merupakan dosen di salah satu perguruan ternama Indonesia, dan Papaku seorang dokter specialis. Tapi tentu saja aku tidak sesombong mereka yang suka secara tidak langsung memamerkan harta orangtua mereka. Hehe.

"Vi, lo tau kan Arin ama Jeno sekarang se-awkward apa?" ucap Lisa

"Iya Vi, lo yang kek gatau aja" sambung Chesa "sejak insiden Arin nembak Jeno tapi ditolak kan muka tuh anak didepan Jeno udah ilang--pffttt" lanjutnya tahan tawa

"Ga ada urusan goblok." ucap Vio kembali ketus

"Ah whatever, pokoknya kuman harus pergi, right now!"

"Heh, lo kuman cepetan pergi! gatau diri ya lo udah diusir juga" usir Chesa. Ok. Aku sudah muak dengan ini. Mereka benar-benar gadis monster ibu kota

"Iya aku pindah." kilmaksku.

"But excuse me, who the fuck are you calling kuman? The girl who got scholarship offer to Oxford? Isn't it?" lanjutku sambil menyeringai. Setengah menyombongkan diri. Iya, aku mendapat tawaran beasiswa ke Oxford tanpa jalur tes. Jalur seleksi nilai tepatnya. Aku terlalu muak sehingga pamer seperti tadi. Tapi tidak apa-apa, sekali-kali biar lawan kicep.


"SAVAGE!!!!" teriak Vio girang karena merasa menang.



Aku berjalan menuju bangku kosong disebelah Shafa. Belum sedetik aku berjalan, pandanganku teralihkan pada Mark yang berada dibaris depan. Ah, aku lupa daritadi dia ada disini. Sudah pasti dia mendengar perdebatan kami barusan. Terlebih aksi pamerku tadi? Oh, Gosh. Dia pasti ilfeel denganku.

'Cewe menjijikan yang berusaha terlihat sombong tapi tidak pantas.' Cih, pasti itu sudah terekam jelas diotaknya. Benar-benar memalukan. Tapi apa peduliku? Bukan suatu kewajiban juga harus berteman dengan cowo seperti dia.



"Ah get out of it." gumamku.

4GIVE US ; MKL x KHBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang