; eavesdropper?

46 8 17
                                    

Aku berjalan menuju perpustakaan yang terlihat sepi. Sepertinya tempat ini memang menjadi tempat keramat untuk anak Airlangga. Terbukti dengan hanya terlihat dua-tiga murid yang setia sedang duduk membaca buku. Hell, aku datang ke tempat ini juga bukan tanpa alasan, aku diutus oleh bu Elena mengambil beberapa referensi buku biologi untuk uji praktek lab nanti.

"Gue ga bisa. Bahkan kalau bisa, gue tetep ga bisa. Maaf"

Samar-samar aku mendengar suara cowok yang terasa familiar ditelingaku beserta iringan rintihan seorang cewek dibalik jajaran rak buku belakang.

"Ja-jadii lo nyuruh gue kesini cuma ma-mau bilang i-itu? Hiks. Lo ja...hat jen hikss hiksss"

Jeno katanya?

Aku pun mengintip dari sela rak buku untuk mengetahui lebih jelasnya. Dan yang benar saja, dua insan itu memang teman sekelasku, Jeno dan Arin. Pantas saja suara Jeno terdengar sangat familiar. Tapi kenapa Arin menangis? Apa yang Jeno lakukan sehingga cewek itu menangis?

"Gue ngerti perasaan lo"

"--tapi tolong ngertiin gue balik, Rin." lagi-lagi Jeno bersuara

"Apa sih Jen? Apa la.. hiksss apa lagi yang harus gue ngertiin? Lo jadiin gue selingan lo.. gue ikhlas! Hiksss"

Selingan? Oh Gosh, ini pasti akan menjadi hot topic seantero sekolah jika tersebar. Tapi kenapa mereka merahasiakan hubungan mereka? Apa karena Jeno sudah mempunyai pacar di Bali? Ah, aku merasa iba dengan Arin.

"--lo larang gue announce ke anak-anak kita udah official dari sebulan lalu juga gue turutin, gue diem. Kurang apa lagi ha?!" Arin menyeka air mata dipipinya dan berusaha terlihat tidak rapuh didepan Jeno.

"Bukan git--"

"Gue pertaruhin nama baik gue cuma buat demi nutupin hubungan kita. It's not enough? Told you, cewek mana sih yang ga malu ada di posisi gue?" kalimat Jeno terhenti oleh Arin "Gue, Jen. Gue yang di kira nembak lo tapi di tolak, gue juga yang di cap pho, dan gue yang di cacimaki se-airlangga.. itu semua kurang buat lo?"

"Hey, i told--"

"Even i sincerely become your second choice..."

"--and lose my pride." kali ini aku sangat prihatin mendengar kalimat-kalimat yang di lontarkan Arin. Sebagai seorang wanita, aku tahu jelas bagaimana perasaannya saat ini. Iya, pasti sesakit itu...

"Rin.."

"Thank you for all the happiness and sadness that you have given me. Thank you for everything that happened to us. I'll let you go.."

"--please be happy before me. Thank you... Jen" detik itu juga Arin berlari menjauhi Jeno setelah mengakhiri kalimatnya. Meninggalkan Jeno yang masih bungkam tanpa kata. Sangat jelas terlihat sebuah penyesalan dari tatapan matanya yang sendu. Yeah, just eat your regrets, Jen.


"Ehem." Sontak aku berbalik setelah mendengar suara deheman cowok dari arah belakang.

Astaga--


Dia...


Mark......

Tuhan... kenapa harus dia lagi?

"E-eh, Mark." sapaku canggung

"Ck. I already told you, don't interfere in other business"

"No.. i'm not"

"But what we called..orang yang suka nguping pembicaraan orang lain?" ucapnya sambil memegang dagu "--eavesdropper?" lanjutnya. Sungguh ini memuakkan. Mark, kamu memuakkan.

"It's all up to you--

"And.. even if i am an eavesdropper, it's not your business" aku pun pergi meninggalkan Mark yang mungkin masih berada pada posisinya. Demi apapun, aku benci manusia itu. Heran, kenapa dia selalu mencari masalah denganku? Sejak aku bersekolah disini, dia tidak pernah bersikap baik padaku, sama sekali tidak. Dia terlihat selalu menganggap aku ini seperti musuhnya. Tapi... apa salahku? Ah, you are fucking sucks, Mark.

"Eh, kuman!" Ran beserta clique-nya menghentikan langkahku dengan tiba-tiba.

'Ya Tuhan, apa lagi ini?' batinku.

"Kamu manggil aku?"

"Jijik. Ga usah basa-basi bisa?" ucap Ran berdecak sebal

"Siapa lagi sih kuman selain lo disini?" Chesa bersuara

"Langsung ke point out aja bisa?" balasku merasa risih melihat clique-an ini

"Ngelunjak ya lo!" ucap Ran naik pitam

"Eh, btw Ran. Gue ngantin dulu ya, dipanggil ayang uwu nih hehe" ucap Chesa yang terdengar sangat... yucky?

"Najis banget anjing ayang uwu" Lisa ikut berkomentar sambil bergedik bahu

"Yeu, lo mah kalo iri bilang aja" bela Chesa "Udah ah ntar ayang gue marah princess-nya telat" lanjutnya lalu pergi meninggalkan kami

"Bisa lepasin tangan aku ga?" Iya, sedari tadi Ran mencengkram tanganku sangat kuat. Sepertinya dia akan melontarkan beberapa makian untukku. Oh c'mon Dine, itu sudah jelas.

"Udah merasa pantes ya lo?" gotcha! tanyanya dengan smirk. Aku tahu ini sebuah sindiran

"What are you talking 'bout?"

"Gadir lo dasar!" ucap Lisa melakukan hal yang mempropokasi

"Muka lo setembok apa sih? Bisa seberani itu bicara berdua dengan Mark?" Ran menatapku dengan tatapan yang mengerikan "Mental baja ya lo?" lanjutnya. Aku benar-benar muak dengan semua hal yang berkaitan dengan seorang Mark Lee, itu semua secara tidak langsung seakan-akan menjadi kesialan tersendiri bagiku.

"Urusannya sama kamu apa?" tantangku tidak ingin terlihat lemah

"Ya, balik lagi ke lo sendiri. Urusan lo sama Mark apa?!"

"It's not your business, minggir." ucapku lalu melangkah, namun di cegat oleh Ran

"Gue bilang apa ya apa?!" Ran kembali mencengkram tanganku. Ini benar-benar menyakitkan. Tapi aku tidak boleh terlihat lemah, jika tidak ingin lebih ditindas

"Just go ask the cold boy" jawabku setenang mungkin

"Cold boy?"

"Yas. Panggilan kesayangan aku buat Mark. Hope you don't follow it" aku menginjak kaki Ran agar terbebas dari cengkramannya setelah mengakhiri kalimatku. Tanpa menoleh, aku berlari menjauh dari mereka. Dapat kudengar suara erangan kesakitan dari Ran dan beberapa protes Lisa dari kejauhan.


For God's sake, kadar kebencian mereka padaku pasti sangat meningkat. Lmao.

4GIVE US ; MKL x KHBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang