🌙2

100 14 8
                                    

Right now

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Right now. Everything is new to me.

-fool for you-

"Sekarang kerjakan nomor satu, dua, tiga, empat, dan tujuh yang terdapat di latihan 1. Saya akan kembali dalam waktu sepuluh menit. Harus sudah selesai," Wanita itu kemudian berlalu keluar kelas untuk memesan kopi di kantin yang menjadi rutinitasnya setiap pagi.

Sialan. Beliau bahkan menjelaskan materinya seperti berkumur-kumur. Untung saja aku sudah mempelajarinya tadi malam.

"Woy, nomor dua gimana?" tanya Hana yang duduk di depanku.

Nomor satu saja belum kutulis.

"Belum,". Sebenarnya, aku sudah tahu jawabannya. Aku sudah mencatat cara penyelesaiannya dari nomor satu sampai sepuluh kemarin di buku khusus. Tidak terlalu rinci, karena rumusnya sendiri ada di halaman sebelumnya. Aku hanya tidak mau terlambat gara-gara menjelaskan kepada Hana sementara aku belum sama sekali menulis nomor satu. Well, egois sedikit tak apalah.

Hana berbalik. Kemudian ia berdiskusi dengan Mikaila mengenai soal-soal yang lain. Aku menulis nomor satu dengan cepat. Bu Shasa tak pernah terlambat kalau urusan seperti ini. Dia bahkan tiba di sekolah lebih awal dibandingkan dengan kami.

"Bul, nomor tiga gimana?". Sekarang Kiki pula bertanya.

"Sama kayak nomor dua," jawabku.

Kami berlima duduk berdekatan. Aku sebangku dengan Rachel. Di depanku, Hana yang sebangku dengan Mikaila. Sedangkan di belakang Rachel, ada Kiki yang duduk sendirian.

Dari awal kelas sepuluh, Kiki memang duduk sendirian. Teman sebangkunya di waktu ospek, Ririn, sebangku dengan Icha. Walaupun begitu, Kiki lebih memilih duduk sendirian daripada mempunyai kawan sebangku. Lebih nyaman katanya.

Sebelum Kiki duduk di belakangku, kelas kami mengalami tiga kali perubahan duduk. Aku duduk di barisan pertama-Bunda yang menyuruhku di hari pertama sekolah-bersama dengan Rachel karena kami berdua memang benar-benar malu-malu anjing saat itu. Sementara Hana dan Mikaila-yang awalnya berpindah-pindah-pun duduk di belakang kami berdua. Sedangkan Kiki, aku sudah mengatakannya tadi. Malang memang.

Kiki menjabat sebagai ketua kelas X MIPA-8. Kelas kami.
Dia pernah berkata padaku, bahwa ia tak kuat lagi untuk memimpin kelas ini. Aku memakluminya. Karena kelas kami mungkin sekarang memegang peringkat kelas terburuk di SMA Harapan.

Siapa yang ingin masuk kelas X MIPA-8? Kursinya masih berbahan kayu. Berbeda dengan kelas sepuluh yang lain. Lantainya tak mengkilau. Karena orang-orang di kelas kami memang rata-rata adalah tipe pemalas. Pintunya agak bengkok. Cat dindingnya sudah sedikit terkelupas. Penuh dengan siswa-siswa troublemaker seperti Daniel dan kroni-kroninya. Hanya satu yang patut dibanggakan di kelas kami. Tak hanya dipenuhi dengan siswa-siswa troublemaker, kelas X MIPA-8 juga dipenuhi siswa-siswi berprestasi. Bukan bermaksud sombong, tapi kami patut berbangga bahwa aku meraih peringkat satu di angkatanku. Sementara Hana, Mikaila, Rachel, dan Kiki meraih peringkat dua hingga lima berturut-turut.

Fool For You [H I A T U S] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang