Sudah dua minggu aku masih terlunta-lunta kesana kemari mencari pekerjaan. Pergi pagi dan pulang dimalam hari ya ampun aku sudah sepert seorang ayah yang sedang membanting tulang mencari uang. Fiuhh sayangnya disini aku juga sedang membanting tulang mencari ke pekerjaan untuk menghidupi cacing di perutku yang selalu saja kelaparan.Tenang yaa sahabat setubuhku kalian akan bahagia dengan berbagai macam makanan bila aku sudah bekerja nanti. *Elus-elus perut bucit.
Ini hari minggu aku sudah membantu membereskan rumah dan menyiapkan sarapan untuk orang rumah dan siang ini aku sedang berleha-leha memperhatikan tv yang gedenya minta ampun ini. Oh ya dirumah besar ini hanya berisi 6 orang. Yakni Ayah Adinda Abangnya Adinda, Adinda dan 3 orang ART. Tapi sekarang sudah menjadi tujuh kan ada aku haha.
Ayah Adinda itu baik sekali, ia seorang pengusaha emas dari Arab dan jarang ada dirumah. Abangnya Adinda juga sangat baik dan sopan. Bahkan aku saja jadi segan dengannya. Dirumah ini yang bukan muslim hanya Adinda. Karena Adinda ini anak dari teman ayahnya yang sudah berpulang 10 tahun yang lalu. Adinda memeluk Agama Kristen khatolik dia keturunan asli manado tapi herannya dia ada sedikit wajah arab nya. Dengar-dengar sih dapet keturunan dari kakeknya kakek buyut dia ahh ribet deh. Jauh amat itu gen turun buahahha.
Om Fathan Ayah angkat Adinda ini seorang duda, anaknya ya Abangnya Adinda Bang Pahmi Al-Farokh. Dari cerita ART disini sih keluarga ini tidak pernah memaksa Adinda untuk berpindah kepercayaan loh. Mereka sangat toleransi, adem deh pokoknya. Abang Pahmi juga sayang banget sama Adinda begitu juga Om Fathan.
Tiba-tiba saja hp murah sehidup sematiku berkelip-kelip. Kulirik ternyata ada panggilan dari Adinda. Lah kenapa ni orang? Katanya dia lagi banyak urusan kok nelpon?.
"Halo selamat pagi bersama Nufa Haifafa disini....." Sapaku. Namun yang kudengar adalah deru nafas yang kencang diiringin lengkingan Adinda yang memekakakn telinga.
"NUFAAAAAA CEPET KESINI BANTUIN AKU..... huaaaa aku nyenggol pedagang baskom anti pecah. Gimana nih aku bingung." Astagfirullahallazim... (Ala-ala ibu kasidahan iklan ramaya.**)
"Ya ya kamu dimana din?." tanya ku lagi.
"Au dah gua dimana. Gua share location aja yak!." Dih gak jelas juga nih cewek. Mari beraksi! Aku berlarian keluar rumah dan tak lupa menyambar cadar tali yang tercantel dijendela dekat pintu utama. Hahha emang sengaja aku taruh situ biar kalau ada keadaan genting tinggal sambar.
Huha....huha... Ngomong-ngomong mau pakek apa aku susul Adinda? Ini jalanan juga sepi. Padahal aku sudah lari ke tengah jalan besar loh?. Haduh koo aku mendadak bego sih? Kan dirumah ada mobil bisa pinjem dulu. Arrghhh.
Aku berjalan dengan cepat ketempat ramai mencari taksi, abang ojol atau apalah. Ini kan darurat jadi yaa gak apa-apa deh.
"OI OI TAKSI.... " adoe ya gak bakal berhenti lah.
Sampai akhirnya mataku menatap sebuah taksi yang baru saja berhenti dan ada seorang pria yang berjalan cepat menuju taksinya idih kayak emak-emak ngejar sale di mall aja itu jalannya. Eh emak-emak ngejar sale mah terbang gak pake jalan lagi kali yak.
Set...set.... Dengan kekuatan seribu gentayangan ciri khas mbak kuntilanak. Aku memepet taksi itu dengan cepat dan tak sengaja menyenggol pria itu hingga pria itu bergeser. Ya allah maafkan Nufa, ini keadaan mendadak.
"Pak tolong saya!! Cepat pak... Ini darurat."
"Loh mbak maaf taksi ini sudah dipesan dengan ibu-ibu."Lah... Ibu-ibu? Bukannya Pria tiang listrik julukan mangga itu yang mau naek ni mobil yak?.
Dor....dor...
Sayup-sayup kudengar suara tidak jelas dari pria julukan mangga itu yang mengetuk kaca jendela taksi ini. Aku pura-pura budek saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK SONGONG
Ficção GeralKisah ini menceritakan kesombongan seorang perempuan, buruknya cara pandang dia terhadap seorang pria yang suka bermain didunia malam. Kisah ini juga menjelaskan bahwa tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Nothing impossible. Semua akan berubah...