Ini sudah minggu ketiga dan aku masih belum beruntung ternyata. Tidak apa-apa Nufa kuat kok!. Hari sudah sore sebaiknya aku pulang saja. Namun saat aku berjalan menuju halte busway aku melihat mobil mahal milik bang Pahmi.
Waduh kacau kalau dia liat, bisa-bisa nanti disuruh ikut dia. Dan ini tidak baik untuk kesehatan jantungku. Lagi pula nanti akan canggung bila berduaan saja. Aku harus sembunyi sepertinya. Tapi dimana? Ah! Dibalik pohon saja.
Alhamdulillah akhirnya aku selamat. Aku harus cepat sebelum kemalaman.
Waduh rame banget ini mobil, tidak ada tempat lagi untukku duduk. Ya sudah berdiri juga tak apa sih. Eh.... ini kenapa dari tadi ketemu orang-orang yang tak ingin ku temui sih itu kan Julukan mangga yang galaknya kayak Ibu-ibu. Bahh mesti menjauh.. Semoga saja dia tidak kenal aamiin.
"Mbak sini duduk disini saja biar saya yang berdiri." aku yang sedari tadi berusaha untuk tak menghadap kearahnya terpaksa menghadap kesana dari pada aku harus menghadap bapak tua yang sedikit aneh itu, iya demi membelakangi tuan julukan mangga aku terpaksa menghadap kearah seorang bapak tua yang sedari tadi tersenyum meneliti selutuh tubuhku. Tapi untunglah tuan Julukan mangga ini baik mau nawarin tempat duduknya kepadaku. Kalau dia sadar aku orang yang sama dengan ditaksi dia bakalan baik juga gak ya?.
"Terimakasih mas." Ucapku padanya. Ia sedikit terkejut mendengar suaraku. Astaga aku lupa bukankah suara ku ini memang mudah dikenali. Suara cempreng yang tekadang terkesan manja dan kekananakan.
"Maaf sepertinya kita pernah bertemu bukan?." Tanyanya padaku.
"Emm sepertinya tidak, mungkin anda salah orang." Berbohong demi kebaikan tak apa bukan?. Jujur aku tak siap mendapat serangan darinya. Bisa saja dia nanti membalas yang aneh-aneh. Gak deh aku gak mau.
"Oh yaa kamu benar mungkin saya salah orang.." Ucapnya dengan menyipitkan matanya beserta menggaruk kepalanya yang kuyakini tidak gatal itu.
Alhamdulillah syukurlah ia percaya, aku menyumbat telingaku dengan lantunan ayat suci. Agar aku tak merasa bosan sampai akhirnya aku sampai ditempat tujuanku. Aku turun dan kembali berjalan menuju komplek rumah Adinda setelah tadi mengucap terimakasih dan pamit kepada Pria tinggi julukan mangga itu. Ku akui dia adalah pria tampan yang baik. Dia beekukit sangat putih hidungnya besar dan mancung memiliki dagu yang runcing dan tubuh yang tinggi menjulang percis banget dengan julukan mangga dirumah nenekku. Hahaha
"Hei kamu... Kamu yang pakai baju hijau!." Selama aku berjalan samar-sama aku dapat mendengar suara wanita memanggilku. Berhubung yang jalan kaki aku seorang dan yang memakai baju hijau juga aku lantas aku membalikkan tubuhku. Ada seorang wanita paruh baya dengan rambut cepol pirangnya menghampiri ku.
"Haduhh .... Dek duduk yuk saya mau bicara sama kamu." Ibu paruh baya itu terbatuk-batuk karena kelelahan mengejarku? sepertinya.
"Ada apa ya bu.?" Tanyaku pelan.
"Hei... Jangan panggil ibu dong panggil saya tante Belina." Yahh dimarahin aku.Gak mau dipanggil ibu, maunya tante bok padahal kalau di pandangin lagi lebih cocok di panggil NENEK!!
"Hehe maaf tante Belina. Ada apa ya?."
"Kamu perempuan yang gelondotan di punggung perampok minggu lalu kan?."Ebusettt gelondotan berasa monyet beneran aku, hiyyy.
"Duh kok tante bicara gitu. Tante tau dari mana?."
"Berarti memang kamu orangnya! Siapa namamu nak." Dohh jangan bilang ini tante yang kemaren mau dirampok itu ya?. Si tante nge-betein amat orang nanya A dijawab B.
"Nama saya Nufa. Tante kok percaya aja kalau saya yang tante maksud, bisa jadi salah loh tante."
Tante Belina meniup anak rambutnya yang berterbangan kearah matanya. Ia mendelik padaku dan berkata " Saya inget sepatu kamu terus saya juga nanya-nanya sama orang dilokasi kejadian kemarin dan ciri-cirinya ada di kamu. Eh tau gak kamu saya nyaris saja memutuskan pita suara saya cuman gara-gara kamu! dari dalam bus tadi saya panggil kamu loh. Budek ih kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
CEWEK SONGONG
Fiksi UmumKisah ini menceritakan kesombongan seorang perempuan, buruknya cara pandang dia terhadap seorang pria yang suka bermain didunia malam. Kisah ini juga menjelaskan bahwa tidak ada yang tidak mungkin didunia ini. Nothing impossible. Semua akan berubah...