Enam

151 34 5
                                    

Tuk..tuk..tuk..!

Ketukan jari Rayyan semakin keras tatkala Mai belum juga membukakan pintu mobilnya. Gadis itu tertidur pulas sambil bersandar dikursi kemudi seperti orang mati.

Rayyan menggeretakkan rahang. Ni anak tidurnya mirip kebo banget sih? Jangan-jangan mati! Rutuknya. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, Dan harusnya mereka sudah berangkat ke bandara.

Kesal diketuknya kaca mobil sekali lagi, kali ini bukan dengan jari, tapi dengan telapak tangannya. Hal konyol yang membuat Mai terkejut dan buru-buru membuka pintu. Naas, sangking kagetnya ia sampai tidak berfikir perbuatannya bisa mengakibatkan Rayyan tertabrak pintu mobil dan jatuh terduduk dijalanan.

Shit!!!
Maki laki-laki itu kesal. Amarahnya sudah sampai diubun-ubun. Dilihatnya gadis menyebalkan dengan wajah tegang itu, tas dan mapnya yang berceceran bergantian. Mimpi apa gue semalem Tuhan??

"Ma.. Maaf mas.. Sini saya bantu." ujar Mai sambil takut-takut meraih tangan Rayyan, tapi Rayyan menepisnya dengan kasar. Maaf..maaf... Bisa nggak sih sekali aja ni anak kerjanya bener?

"Mata lo dimana sih??" bentaknya kemudian buru-buru berdiri dan membersihkan bajunya sendiri. Mai menelan ludah gusar. Mulai merapikan tas dan map Rayyan yang berserakan gugup.

"Disini mas, belum pindah-pindah dari dulu." ucapnya lugu dan tanpa rasa bersalah, membuat Rayyan semakin kesal saja dibuatnya.

"Lo mau mata lo gue pindah?"

Mai menunduk kemudian menggeleng pelan.

"Sana lo, biar gue yang nyetir!" Rayyan membenarkan posisi jasnya, kemudian buru-buru menghidupkan mobil. Mai yang sudah berkali-kali kena semprot selama bekerja untuk tuan Lazuardi sebenarnya sudah mulai terbiasa. Tapi heran saja tiap kali melihat cucu-cucu beliau. Mulutnya nggak ada sopan-sopannya sama sekali. Pedes semua.

"Loh... Meetingnya dibandara mas?" tanya Mai ketika memasuki parkiran bandara.

"Kita keJogja."

"Kita? Saya?"

"Kenapa? Tugas lo ngikutin gue.. Lo bodyguard kan?"

Hasemeleh.... Akhirnya gue naek pesawat juga.... Mimpi apa yak?? Mai nyengir nggak selesai-selesai.

"Nggak usah beli tiket gitu mas? Trus daftarnya gimana? Nanti diperiksa gitu bawaannya?harus pake ktp nggak?" pertanyaaan demi pertanyaan terus keluar dari mulut Mai selama mereka berjalan dari parkiran menuju tempat boarding.

Rayyan menghela nafas kesal. Kemudian berhenti sambil memperhatikan muka nyebelin Mai.

"Lo nih.. Cupu, udik apa keterbelakangan mental sih? Bisa tenang dikit nggak? Gue risih denger lo ngoceh mulu dari tadi!" ucapnya kasar, membuat Mai segera menutup mulutnya rapat-rapat.

"Tiket kita udah diurusin sama pak Las, jadi jangan berisik lagi.. Lo cuma tinggal ikut aja kan?"

"Iya mas.."

"Jangan berisik, dan inget.. Jaga jarak selama jalan sama gue!"

Kampret! Rutuk Mai dalam hati. Tapi tak ayal juga dia senyum-senyum membayangkan sebentar lagi akan naik pesawat.

*******

Rayyan meletakkan tangannya dipinggang sambil menghembuskan nafas kasar saat ia sampai di Bandara Adisutjipto Jogja. Bukan, bukan karena pak Sis supir keluarga Lazuardi di Yogja telat menjemput, tapi karena kehebohan Mai dipesawat yang membuatnya benar-benar malu.

Sepanjang perjalanan gadis itu tak henti-hentinya mengagumi langit dari jendela pesawat. Kemudian sibuk foto selfie dan mencatat entah apa dibuku buluk yang selalu ia bawa kemana-mana didalam tasnya.

i'm not a cinderella  (Update Suka-suka)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang