19

4.3K 489 77
                                    

Ingin rasanya Guanlin marah sekarang juga.

Kenapa kalau lagi ada masalah meski bawa-bawa orang tua, walaupun Guanlin tidak tau masalahnya apa. Tetep aja dia ngerasa gagal jadi seorang suami yang bijaksana untuk Jihoon.

Seperti sekarang Guanlin lagi ada dirumah mama nemuin Jihoon yang penampilannya gak bisa dibilang baik.

Jihoon gak ngomong sama sekali, bahkan ngelirik wajah Guanlin aja seperti nya dia enggan.

"Mama keluar dulu ya! Kebetulan bahan masakan mama didapur habis" Jimin memecahkan keheningan yang diciptakan oleh kedua orang dihadapannya.

Jimin ngerti sekarang bukan saatnya dia ikut turun tangan untuk urusan pribadi keluarga anaknya.

Bukan jimin tidak peduli, hanya saja Jimin ingin mengetahui seberapa besar rasa tanggung jawab Guanlin juga kepedulian Jihoon terhadap rumah tangga nya sendiri.

"Jihoon ikut ma!"

Jimin yang hendak melangkah kembali memutar balikan tubuhnya kearah Jihoon, dia tersenyum lembut. Dan melarikan jari-jari panjangnya untuk mengusak rambut Jihoon dengan sayang.

"Selesaikan masalah kalian, mama percaya anak mama bisa menghadapi nya" jimin mencium pipi kiri Jihoon singkat sebelum melangkah kan kakinya meninggalkan rumah.

Jihoon hanya diam, dia tak sedikitpun bergeming. Masih binggung juga sama keadaan yang tengah dia alami sekarang.

Kenapa Jihoon kecewa? Kenapa Jihoon marah? Kenapa juga semua itu harus sama Guanlin? Bukan kah Guanlin tidak bersalah, meskipun hati Jihoon mengatakan sebaliknya tetap saja dia tidak mengerti.

Guanlin tak melepaskan sedikitpun pandangan nya dari Jihoon yang masih melamun entah memikirkan apa, yang jelas saat ini Guanlin benci karena terlalu banyak kerutan yang bermunculan dikening Indah sang istri.

Guanlin melangkah mendekati Jihoon, dia tau Jihoon menolak untuk didekati, tapi Guanlin tidak peduli karena saat ini Guanlin ingin mengerti semua yang hinggap didalam diri Jihoon secara rinci.

"Lo marah sama gue?" Tanya Guanlin lembut yang tak mendapatkan respon apapun dari Jihoon yang malah menjauh.

Bukan kah tidak usah ditanya mengingat sekarang Jihoon tidak bicara sama sekali sama Guanlin, hah. Laki-laki jangkung itu memang kelewat tidak peka yang semakin membuat Jihoon kesel.

"Kita perlu bicara gue mohon sama lo jangan kaya anak kecil" suara Guanlin tertahan mengigat dia juga sama kesal nya karena tak sedikitpun mendapatkan respon dari sang lawan bicara.

Jihoon hanya melirik Guanlin sebentar, lalu pergi meninggalkan nya kedalam kamar yang tentu saja diikuti Guanlin juga.

"Apa ini?" Guanlin binggung ketika Jihoon menyerahkan amplop coklat dari bawah bantal.

"Maksud lo apa sih? Lo sebenarnya kenapa? Ngomong sama gue! Kalau emang gue ada salah sama lo jangan kaya gini. Karena gue gak akan tau Ji. Dan maksud lo ngasih gue ini apa?" Sekuat tenaga Guanlin mengatur nada bicara nya agar tidak membentak Jihoon.

Dia kesal, dia marah karena tidak tau apa yang terjadi sebenarnya.

Dan jika kalian ingin tau apa yang baru saja Jihoon berikan untuk Guanlin itu isi nya adalah uang, uang yang Guanlin juga tidak tau maksudnya untuk apa.

Guanlin mengusap wajah nya frustasi yang melihat Jihoon lagi-lagi tak bergeming di tempat nya.

Cairan bening itu keluar dari manik Jihoon tanpa di sengaja, ini berat untuk Jihoon tapi harus juga dilakukan untuk kepentingan keduanya.

MENIKAH💏-PANWINKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang