Wedding

10.6K 420 9
                                        

Aku masih terus menerus menatap bayangan diriku yang terpantul didalam cermin. Mengamati wajahku yang dipoles dengan make-up gaun putih selutut yang yang membuatku terlihat anggun. Aku melihat seorang pria datang mendekatiku dan bertanya.

"Are you ready Amira?" Tanyanya.

Aku membalikkan tubuhku menatapnya, "I am" jawabku sambil tersenyum dan kami melangkah keluar ruangan bersama dengan tanganku menggandengnya.

"Ini bunganya Amanda, kau harus menggenggamnya sebelum kita masuk ke altar" ucap kakak ipar perempuanku Diana sambil memberikan rangkaian bunga yang sangat cantik.

Kak Diana menghampiriku dan bertanya "Apa kau gugup Ra? Ini bukan pernikahanku tapi kenapa aku gugup setengah mati" ujar Kak Diana.

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Gugup? Entahlah aku bahkan tak bisa mengartikan debaran dijantungku ini apa artinya. Apakah aku gugup? Apakah aku bahagia? Atau apakah aku bersedih? Aku tak bisa mengartikannya.

"Kau baik baik saja Ra?" Tanya pria yang sedari tadi berdiri disampingku, aku rasa dia melihat kegusaranku.

Aku tersenyum padanya, "tentu aku baik, jangan khawatirkan aku Kak. Kau seharusnya menenangkan istrimu itu" jawabku kepada pria disampingku yang tak lain adalah Kakak pertamaku Evan.

Pintu dibuka, dan kami berjalan perlahan memasuki altar. Jantungku rasanya berhenti berdetak sejenak saat melihat pria tampan yang tengah berdiri dialtar, dialah sang mempelai pria Alvaro. Dia tersenyum begitu tampan membuatku semakin sulit bernafas. Saat langkahku agak goyah, kakakku menggenggam tanganku dan berkata, "tegarkan dirimu Ra."

Aku terkejut mendengar ucapan kak Evan barusan. 'Apa dia tahu? Sejak kapan?' Batinku.

Kami terus berjalan dan semakin dekat dengan altar, aku melihat ayahku tersenyum pada Alvaro dan dia mengulurkan tangannya untuk membantu mempelai wanitanya Amanda untuk naik ke altar.

What?!

Yah hari ini adalah hari pernikahan Kakak perempuanku Amanda Adeline dengan Alvaro Hernanda tunangannya dan dia adalah cinta pertamaku. Itulah mengapa hari ini aku merasakan diriku berada pada situasi dimana aku ingin berteriak membuat pernikahan ini batal karena pasti akan sulit untukku melalui semua ini atau aku harus bahagia karena kakak perempuanku akan menikah?

Sebagai pengiring pengantin wanita aku membantu Kak Amanda menerima bunga yang ia genggam tadi. Saat aku menerima bunga kak Amanda tanpa sengaja aku menatap mata Alvaro dia menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan. Aku tersenyum melihat mereka berdua bergantian dan duduk disamping Kak Evan.

Ini sulit untukku, aku menatap rangkaian bunga yang dititpkan kak Amanda padaku nanar. Aku merutuki nasib dan juga sikap pengecutku yang tak pernah berani menatapnya bahkan sejak kami remaja.

Flashback on

"Rara!" Seorang gadis cantik dengan rambut ikal berteriak sambil memanggil namaku.

"Hey, Ris. Ada apa?" Tanyaku.

"Kau juga akan mendaftar ke SMA Hillary kan?" Tanyanya. "Semua anak kelas kita juga akan mendaftar kesana, dan hampir seluruh alumni sekolah kita pasti masuk kesana. Kau tahu kan Hillary memiliki reputasi yang baik dan kesempatanmu lulus dan masuk ke perguruan tinggi juga besar. Ah kedua kakakmu juga bersekolah di Hillary kan?"

"Entahlah aku belum memikirkannya Ris." Jawabku sambil berjalan menyusuri koridor kelas.

"Ya tuhan Ra, kau pasti tidak serius kan?" Tanyanya dengan wajah tak percaya, "kau tahu seminggu lagi pendahfaran siswa baru bahkan akan ditutup dan kau belum memikirkannya?"

One Shot Life StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang