Juvia Johnson Part 1

4.4K 150 0
                                    

"Berhentilah dari pekerjaanmu Vi. Pulang saja ke Bandung dan kau bisa bekerja di perusahaan kita, atau kita bisa carikan pekerjaan lain yang cocok untukmu ya?" Kata seorang pria paruh baya tampan dihadapanku yang tidak lain adalah ayah tiriku Roni Aviansyah.

Dia pemilik perusahaan yang bergerak dibidang properti Ava Group yang cukup besar di Bandung. Hari ini dia mengunjungi sebuah toko cabang di Jakarta yang kebetulan berada dekat dengan kantorku. Aku bekerja sebagai seorang Account Executive di salah satu perusahaan di Jakarta. Sebenarnya aku tak menyukai pekerjaan ini, namun aku terus bertahan selama hampir tiga tahun ini karena aku belum menemukan pekerjaan lain.

Setahun yang lalu ibuku menikah dengan Roni Avansyah yang memiliki seorang putra bernama Narendra Avansyah berumur 16 tahun yang masih duduk di bangku kelas XI SMA. Setelah menikah ibuku tinggal bersama ayah dan adik tiriku Rendra di Bandung. Kakakku telah menikah dan memiliki seorang putra dan tinggal di Semarang. Dan aku sendiri masih tetap bekerja sebagai AE di Jakarta.

Mereka tahu aku membenci pekerjaanku, dan ini bukan pertama kalinya ayah tiriku membujukku untuk bekerja dengannya, namun aku tipe orang yang tidak suka bergantung ataupun hutang budi dengan orang lain. Itulah alasannya aku tetap tak mau bekerja dengannya sampai saat ini. Namun keadaan saat ini, ibuku yang notabenne sudah berusia hampir 50 tahun saat ini dia tengah mengandung, dan kalian tahu kan wanita berusia setengah abad sangat beresiko tinggi untuk mrlahirkan? Itulah yang aku khawatirkan. Dan itulah sebabnya aku menimang nimang keputusanku untuk berhenti bekerja dan mencari pekerjaan di Bandung agar aku tetap bisa merawat dan menjaga ibuku.

"Pa, aku tahu kau ingin aku menjaga mama karena khawatir padanya. Namun tidak semudah itu untuku keluar dari pekerjaanku sekarang ini. Dan lagi berapa kali Via harus jelaskan pada kalian, Via tidak mau bergantung pada perusahaan kalian. Via akan berusaha untuk mandiri" ujarku

"Papa tahu Via, kamu ingin mandiri. Maka dari itu papa akan coba carikan pekerjaan yang bukan di perusahaan papa. Tapi kamu pulang saja ke Bandung yah? Mama kamu butuh kamu juga." Ucapnya kemudian.

"Iya pa, Via akan pertimbangkan" ucapku kemudian

***
3 bulan kemudian

Bandung

"Seharusnya kakak mengabariku sebelumnya," protes Rendra terhadapku yang tiba-tiba saja muncul didepan rumah. "Aku bisa menjemputmu ke stasiun, atau paling tidak hubungi kami kalau kakak akan pulang" lanjutnya sambil membawakan koperku ke kamarku di lantai dua.

"Baiklah aku minta maaf," ucapku sambil menangkup bibirnya yang sedang cemberut karena kesal, "aku hanya ingin memberikan kejutan pada kalian"  lanjutku sambil mengekornya.

"Aku sudah menghubungi Papa dan Mama, mereka akan segera kembali" ucapnya kemudian sambil membuka pintu kamarku dan meletakan koperku di dekat lemari, "kakak akan menetap disini kan?" Tanyanya.

Aku tersenyum kemudian merebahkan badanku diatas ranjang, "hmmm"

"Hmmm?" Dia melotot kesal sambil ikut membaringkan badannya disebelahku, "kakak tidak akan kembali ke Jakarta lagi kan?" Tanyanya lagi.

"Tidak, aku akan menetap disini. Aku mendapat pekerjaan sebagai penerjemah di SS Media, kau tahu perusahaan yang bergerak di bidan publishing yang akhir-akhir ini sedang terkenal itu?" Jawabku

"Iya, aku pernah mendengarnya. Tapi kenapa kakak tidak bekerja dikantor papa saja?" Tanyanya.

"Aku hanya ingin mandiri dan tak ingin bergantung pada ayahmu" jawabku kemudian menutup mataku karena lelah, "aku mau tidur, keluarlah".

One Shot Life StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang