Hot Chocolate

29 5 51
                                    



Angin dingin musim gugur yang kering menjadi pemandangan latar seorang gadis ayu di dalam rumahnya. Ia sedang menyiapkan perapian sambil membiarkan suara benda kotak bergambar memecah sepi. Kihyun ada urusan di sekolah katanya. Sementara ia tengah menunggu kehadiran seseorang yang sudah berjanji akan datang. Janji adalah hutang, begitu tadi ia memperingatkan pemuda tersebut.

Kilatan matanya seolah sedang beradu pandang dengan gejolak api di depannya. Menghipnotisnya, mengajak untuk mundur ke ingatan lamanya.

"Call?"

"Um?"

"Aku suka bersahabat denganmu"

"Aku juga suka bersahabat denganmu dan Jooheon"

Changkyun tersenyum, mengusap pucuk kepala Callysta yang selalu ditepis gadis itu.

"Aku kan sudah bilang, jangan sentuh poniku!"

Membuat empunya tangan halus itu terbahak. Namun seketika tawanya hilang dan hanya dalam sepersekon detik Callysta sudah masuk dalam dekapannya. Hidung kecilnya disajikan aroma wangi khas lelaki Amerika itu. Telinganya dipaksa mendengar degupan jantung pemuda Im, begitu pula dengan miliknya sendiri. Sedang bola matanya seolah meronta ingin keluar dari rongga mata.

Ddukk...

Ini bukan adegan seperti drama-drama yang biasa Callysta lihat. Ini juga bukan skenario keduanya untuk mendengarkan irama jantung yang tak beraturan. Benar-benar terjadi begitu saja bahkan Callysta masih tidak tahu apa sebabnya.

"What the hell?!" gadis dengan wajah merah memanas itu berteriak begitu mendapatkan kesadarannya. Wajahnya ditekuk sebal.

"Bola"

"Ah, maafkan aku" suara seseorang dari balik punggung Callysta membuatnya menoleh.

"Lain kali kalau main bola pakai matamu juga!" suara Changkyun meninggi seraya melempar bola sepak dengan satu tangannya. Membuat Callysta memahami kejadiannya.

Satu tangan Changkyun itu mendekap pundaknya, sedang yang lain dibuat menangkis bola berwarna hitam-putih yang menyebabkan jadi memerah. Tampak ia kibaskan tangannya ke udara seolah hal itu mampu meredakan sakitnya.

"Sakit?"

Changkyun hanya menggeleng, lalu kembali tersenyum.

"Dasar sok jagoan!"

"Hahaha"

Ah tidak!

Kenapa Callysta harus ingat kejadian itu? Memangnya kalau jantung mendadak berlonjakan itu semua karena cin..

Ah, bodoh!

Setelah perapian dirasa cukup, Callysta bangkit dari duduknya, melenggang ke dapur. Membuat dua cup hot chocolate kesukaannya. Ketika sendok teh berhasil mencampur chocolate dan susu, bel rumahnya berbunyi. Tapi ia sengaja tak beranjak dari titik kakinya berpijak. Sang tamu telah berjalan mendekatinya, memasuki rumah sambil menenteng dua tas plastik berwarna putih ukuran jumbo. Memperlihatkan isinya berupa aneka snack.

"Yash!! Welcome Mr. Lee!"

"Aku tahu kau menyambut camilan-camilan ini, bukan aku" goda lelaki itu sambil tersenyum. Ia beralih ke ruang TV dan meletakkan bawannya di sana.

Gadis blasteran Belanda-Korea itu hanya tertawa renyah seraya mengikuti langkah Jooheon. Dibawanya dua cangkir cokelatnya. Ia letakkan di atas meja depan sofa empuk mengahadap TV.

LOVEPHILETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang