8. Don't Stay

2K 401 157
                                    

"Wajar kan, Cip?"

Sudah beberapa kali kata itu terngiang di kepalanya. Hawa panas kini mampir di pelupuk mata dan tidak bisa menahan laju air yang akan jatuh sebentar lagi. Keringat dingin juga sudah mengucur deras dari dahinya. Napasnya sesak, dan dia menyembunyikan semuanya dari Joshua.

"H-hah?"

Joshua memiringkan kepalanya. Lalu, melepaskan genggaman tangannya dari tangan Cipa. Laki-laki itu mengernyit pelan. "Gue pacar Seokmin. Kenapa?"

Cipa memundurkan kakinya satu langkah. Menjauhi Joshua yang juga sudah menampilkan wajah segan dan sama sekali tidak mau kekasihnya diganggu terlalu lama.

"Lo udah tau kan kalo sahabat lo itu gay? Kenapa lo harus kaget?"

Sumpah demi Tuhan, ini lebih sakit.

Air mata akhirnya berhasil lolos dari sana. Wajah Cipa yang mulai banjir air mata rupanya tidak menyurutkan Joshua untuk tetap meminta gadis itu segera menjauh dari Seokmin. Tangis sesegukan sudah mengudara dan meninggalkan banyak tanda tanya dari orang yang mendengar, namun tidak bisa melihat yang sebenarnya.

"Kak Joshua pacarnya Seokmin?"

Dia mengangguk. "Hm, udah jalan enam bulan."

Enam bulan bukankah waktu yang sebentar. Dan dalam waktu enam bulan juga Seokmin sudah menutup rapat semua rahasia tentang hubungan percintaannya dari Cipa. Ya, Seokmin berhasil mengelabui Cipa dalam waktu enam bulan terakhir.

Dia merasakan sesak dua kali lipat. Satu, saat ia baru saja mengetahui bahwa sahabatnya sedikit berbeda. Cipa awalnya masih tidak bisa menerima akan perbedaan Seokmin. Perempuan itu tentu saja terkejut dan bahkan memilih untuk menjauhkan diri dari Seokmin. Sekedar untuk belajar menerima apa yang ada di dalam diri sahabatnya sendiri.

Dan yang kedua, saat dimana Cipa menyatakan perasaannya pada Joshua yang Seokmin ketahui. Pantas Seokmin tidak mau mendekatkan mereka berdua, karena Joshua sendiri adalah pacar dari Seokmin!

Gebetan direbut sama sahabat itu udah biasa. Tapi yang luar biasa adalah sahabat lo itu cowok.

Cipa mulai pening ketika menyadari apa yang sudah terjadi. Kepalanya pening dan dia hampir saja kehilangan keseimbangannya jika Joshua kini tidak menahan lengan gadis itu dengan erat.

Mata mereka bertemu. Joshua sedikit iba ketika meminta Cipa untuk menjauhi Seokmin. Gadis itu begitu lugu, dan dia sama sekali tidak tahu apapun tentang hal itu.

"Maaf, Cip. Gue nggak bermaksud minta lo jauhin Seokmin. Maaf, tapi gue emang nggak terlalu suka kalo lo deket sama dia. Gue cemburu."

"T-tapi kak-"

"Lo boleh temenan sama dia. Tapi dengan sedikit jarak nggak apa-apa, kan?"

Kaki Cipa melemas. Dia mulai terisak hebat ketika Joshua mulai membantunya berdiri. "Kak, aku-"

"Gue ngerti lo nggak bisa ngabulin permintaan gue. Maaf kalo gue egois, tapi-"

"Kak, aku suka sama kakak."

Sekarang, giliran Joshua yang diam mematung. Matanya kucingnya bahkan bisa terlihat jelas ketika mendengar ucapan mendadak Cipa seakan mulai menyerangnya.

"Hah?"

"Aku suka sama kakak. Cipa suka sama kak Joshua."

"Lo nggak boleh suka sama gue-"

"Tapi buktinya aku udah suka sama kakak. Dan ketika kakak ngomong kalo kakak itu pacar Seokmin-"

Ucapan itu terputus dengan isakan Cipa yang semakin deras. Dia memukul-mukul dadanya menahan perih, "-kakak ngerti kan gimana sakitnya aku sekarang. Aku terpukul sama kalian berdua."

Gadis itu segera pergi meninggalkan ruang latihan tim basket dengan air mata yang membanjir. Langkahnya kemudian terhenti tidak jauh dari sana ketika melihat sosok yang sudah menghancurkan hatinya dua kali lipat.

Cipa mendekat ke arah Seokmin yang matanya juga mulai memerah. Gadis itu lantas menghapus air matanya, mencoba untuk tegar dan mulai menyiapkan beberapa kata yang akan dia ucapkan di depan sahabatnya itu.

"Tolong dengerin gue, Seok. Karena gue bakal ngomong panjang tanpa pengulangan."

"Cip, gue sama sekali nggak bermaksud-"

"Makasih udah jadiin gue sahabat lo sebelumnya. Makasih dengan semua perhatian yang lo kasih, gue merasa nyaman dan seneng bisa kenal sama lo kayak gini. Kita saling bagi cerita dengan ikatan sedeket ini dari kecil. Tapi, pacar lo nyuruh gue buat nggak deket lagi sama lo mulai sekarang. Ya, sekian. Dari Cipa mantan sahabat lo."

Lengan itu tertahan dengan cepat. Langkah kaki yang sudah Cipa kerahkan langsung terhenti, dan perempuan itu kembali menangis. Dia memberontak, namun tenaga Seokmin lebih besar.

"Maaf udah bohongin lo kayak gini, Cip. Maaf."

"Gue udah maafin lo. Sekarang, mending lo pergi aja. Pacar lo udah nungguin di sana," ujarnya sambil menunjuk ruang olahraga.

"Nggak mau, gue mau nemenin lo di sini."

Cipa tidak bisa menahan semua rasa di dadanya terlalu lama. Dia meminta Seokmin melepaskan genggamannya pada lengan kecil itu. Raut wajah yang begitu memancarkan kekecewaan yang amat dalam. Seokmin pun sama, dia merasa menyesal karena sudah menyembunyikan kebenaran tentang dirinya sendiri selama ini.

"Kalo lo kesel, lo boleh pukul gue, Cip. Pukul gue sepuas lo, sampe hati lo lega juga nggak apa-apa."

Plak!

Sebuah tamparan keras kini sudah Seokmin dapatkan. Pipi Seokmin memerah. Cipa lantas mengangkat tangannya lagi untuk memukul Seokmin kembali. Namun, dia tidak bisa menyakiti tubuh di depannya itu lagi. Dia sama sekali tidak mampu menyakiti Seokmin lebih jauh.

Makasih, Seokmin.

"Makasih udah ngambil gebetan gue, Seokmin. Semoga lo langgeng sama kak Joshua."

Cipa berlari ketika menyadari Seokmin yang sudah mengejarnya di belakang. Tangan gadis itu kembali tertahan.

"Apa lagi, hah? Lo mau pamer kalo lo bisa dapetin kak Joshua sama gue?"

"Cipa, dengerin gue-"

"Gue sakit hati, Seok. Lo tega banget sama gue. Pantes lo nggak mau deketin gue sama dia, karena dia pacar lo sendiri!"

"Zhivanya!"

"Apa? Lo mau apa lagi? Udah cukup kak Joshua aja. Mending lo pergi dan jangan ganggu gue lagi. Gue udah terlalu sakit, gue nyesel pernah cerita tentang perasaan gue yang suka sama kak Shua. Ya, selamat berbahagia."

"Zhivanya Tiara!"

"Pergi, gue nggak mau liat muka lo lagi. Gue benci sama lo, Seokmin."

Pertengkaran hebat itu berakhir dengan datangnya Joshua di tengah-tengah mereka. Laki-laki itu mendekat dan berdiri di belakang Seokmin. Mengusap pundak Seokmin halus yang tentu saja membuat Cipa terbakar emosi.

"Emang bangsat kalian berdua!"

Cipa segera angkat kaki dari sana. Meninggalkan Joshua dan Seokmin yang mematung akibat amarah Cipa yang memuncak barusan. Wajar saja gadis itu marah, dia sudah merasa dikhianati oleh keduanya.

Joshua menghibur Seokmin dengan sebuah usapan halus di kepala si bangir. Seolah ingin membagi energinya atas apa yang sudah terjadi.

"Maaf."

"No problem, kamu nggak salah."

Setidaknya Seokmin masih bisa tersenyum dengan kehadiran Joshua di sisinya. Meninggalkan Cipa yang tengah teriris hatinya begitu dalam.

Gue cuma bisa bilang maaf.

-Ciao Seokmin-





























KALIAN TIM SIAPA DISINI?
TIM SEOKSHUA APA SEOKCIPA?

WKWKWKWKWK APASI ANJIR

Ciao Seokmin [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang