"Lo udah gila, ya?" Nida kini menepuk pipi Cipa dengan lumayan keras. Perempuan itu ingin menyadarkan Cipa dari ucapan konyolnya.
Cipa sendiri langsung menjauhkan tangan Nida dari wajahnya. "Lo pikir gua bakal diem aja pas Seokmin nolak gue? Hah, nggak ada kata nyerah di dalam kamus hidup seorang Zhivanya!"
Nida menghela napas pelan. Dia bisa mengingat cerita Cipa pagi tadi. Cerita dimana Cipa dengan nekatnya mengajak Seokmin untuk melakukan hubungan lebih dekat, semata-mata untuk menyadarkan Seokmin untuk kembali menyukai perempuan. Tapi, ajakan Cipa sebelumnya langsung ditolak oleh Seokmin.
"Kalo gue ngeliat lo sebagai cowok, apa lo bakal mutusin dia, Seok?"
Seokmin langsung menelan salivanya kasar. Dia langsung menjauhkan wajah Cipa dari wajahnya sendiri. Dia malah tertawa keras ketika mendengar ucapan konyol sahabatnya.
"Lo ngomong apa, sih?" tanya Seokmin. "Jangan ngaco, gue-"
"Gue serius, Seok. Gue bakal bikin lo jatuh cinta sama gue."
Seokmin langsung terdiam melihat tatapan serius itu. Cipa memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Gadis itu menatap Seokmin dengan mata elangnya, masih meyakinkan laki-laki bangir itu untuk mempercayai semua yang ia bilang.
"Gue sayang sama Joshua. Lo nggak usah jadi pengganggu di hubungan kita."
"Oke, kita liat aja nanti! Gue bahkan bisa bikin lo sama kak Shua jadi suka sama gue."
Dan Cipa benar-benar diluar akal sehatnya saat mengatakan kalimat terakhir. Dia kembali meyakinkan Nida bahwa semua akan baik-baik saja. Nida hanya khawatir jika Cipa tetap nekat melakukan hal ini, perasaannya mungkin akan lebih terluka.
Sore ini, Seokmin tidak membawa sepeda seperti biasanya. Dia mebawa motor kali ini karena ia akan pergi berkencan dengan Joshua sehabis pulang sekolah. Seokmin juga bilang, bahwa ia tidak bisa mengantarkan Cipa pulang. Ya, tentu saja Cipa sudah menyiapkan banyak ide di kepalanya.
Mata elang itu kini bisa menangkap motor Seokmin yang sudah berdiri di depan kelas Joshua. Laki-laki kucing itu bahkan menyambut kedatangan Seokmin dengan senyum manisnya. Orang-orang tentu yang melihat Seokmin dan Joshua hanya sebatas kakak kelas dan adik kelas, bukan sepasang kekasih.
"Lo liat, Nid? Seokmin udah jalan ke kafe deket sekolah kita," tunjuk Cipa ketika motor itu mulai menghilang dari pandangannya. "Gue harus siap-siap!"
"Tau dari mana lo dia mau ke kafe deket sekolah?" tanya Nida penasaran.
Cipa tersenyum amat lebar. "Hah, kepinteran gue emang nggak perlu diraguin lagi, coy!"
Gadis itu langsung mengeratkan tas punggungnya dan berjalan lebih dulu. Ia pamit pada Nida, dan matanya langsung mengarah pada Soonyoung yang membawa sepeda motor ingin mengantarkan Nida pulang.
Ide di otaknya kembali muncul. Dia langsung menghampiri Soonyoung, menepuk pundak laki-laki itu, dan sontak duduk di atas motor yang Soonyoung kendarai. Membuat Nida sontak membelalakkan mata ketika melihat tingkah dari sahabat perempuannya.
"Ikutin motor Seokmin, atau lo bisa ke kafe deket sekolah." Cipa langsung mengambil helm yang seharusnya Nida kenakan. "Gece, nanti gue beliin bensin."
Soonyoung malah langsung menuruti ucapan Cipa tadi dan meninggalkan Nida tanpa mengatakan apapun.
"Cipa, bangsat ya lo! Pacar gue mau dikemanain?" jerit Nida ketika motor Soonyoung sudah mendekati gerbang sekolah.
"GUE PINJEM BENTAR, YA! NANTI DIA BALIK LAGI, KOK!" jerit Cipa yang membuat banyak siswa kini menolehkan pandangannya. Gadis itu benar-benar tidak tahu malu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ciao Seokmin [✔]
Fanfiction[ 3rd Ciao Seventeen Series ] Bersahabat sejak kecil, membuat Zhivanya maupun Seokmin menjadi serba tahu akan pemikiran masing-masing. Seokmin harus terbiasa dengan tingkah Zhivanya yang kekanakan, hyper, bawel, dan beberapa sifat lainnya yang sanga...