Amnesia-2

1K 74 2
                                    

Naruto POV

Hari ini aku kembali terduduk di sebuah taman yang menurutku sangat indah. Suasananya sejuk, dikelilingi bunga-bunga indah, dan kolam kecil yang berada di seberang bangku taman putih yang tengah kududuki. Aku tersenyum kecil saat melihat foto-foto menarik yang tertempel di buku yang entah sejak kapan kupengangi ini. Ada foto-foto saat aku bermain bersama Kaa-san dan Tou-san, ada pula foto ulang tahunku.

Suara kicauan burung mengalihkan perhatianku, aku menengok dan lagi-lagi menemukan seekor merpati putih terbang sambil membawa selembar kertas. Tak lama, merpati itu menjatuhkan kertas tersebut. Aku segera mengambilnya sebelum kertas itu menyentuh tanah.

Aku tersenyum senang saat melihat kertas yang menampakkan fotoku bersama Kaa-san dan Tou-san ketika ulang tahun yang ke-17.

Ah, aku jadi rindu dengan Kaa-san dan Tou-san.

"Kalian jangan khawatir ya," ucapku saat melihat kedua orang tuaku tengah menunggu dengan wajah cemas.

Aku berharap suaraku bisa tersampaikan pada mereka. Aku sedih melihat mereka terus-menerus mengkhawatirkanku, padahal aku sedang terduduk di taman ini.

Ketika aku menempelkan foto itu, aku menyadari kertas di buku itu sudah habis. Seperti buku yang sebelum-sebelumnya, aku menaruhnya hati-hati di dalam kotak merah besar kemudian mengambil satu buku lagi yang berwarna biru tua.

'Apa ya isinya?' tanyaku dalam hati.

Aku membuka halaman sampul buku itu, namun tiba-tiba cahaya terang menutupi pandanganku. Aku menutup mataku yang terasa sakit akibat cahaya yang menyilaukan itu, lalu semuanya menjadi gelap.

Naruto POV OFF

"Mm.."

Kushina yang sedang menjaga Naruto segera berpaling dan melihat Naruto mengerjapkan matanya. Sebuah senyuman lega terlihat di wajahnya yang terlihat  pucat dan lelah.

"Syukurlah kau sudah sadar, Naru. Biar kaa-san panggil dokter," ucap Kushina dengan nada lega terselip dalam suaranya yang terdengar penuh lelah, sebab akhirnya putrinya membuka matanya.

Kushina segera menekan sebuah tombol merah disamping tempat tidur Naruto. Ia juga segera menelepon Minato untuk memberitahu kalau putri mereka sudah sadar.

"Kaa-san?"

"Naru-chan, kau mengingat kaa-san?" tanya Kushina hati-hati.

Naruto mengangguk perlahan, bingung mengapa kaa-san nya menanyakan hal yang sudah pasti jawabannya.

Binar senang terpancar dari mata biru Kushina.

"Syukurlah, kau sama sekali tidak amnesia," ucap Kushina pelan.

Dokter datang tak lama kemudian untuk mengecek kondisi Naruto. Ia lalu menyelesaikan pemeriksaannya dengan hasil yang membuat Kushina dan Minato lega, sebab kondisinya telah berangsur membaik. Namun, ingatan tentang kecelakaan malam itu terhapus dari dalam memori Naruto.

"Aku dimana?" tanya Naruto setelah pengecekan selesai.

"Kau ada di Uzumaki Hospital, Naru-chan. Kau kecelakaan bersama Sasuke sepulang prom night," jelas Minato perlahan pada Naruto.

"Ke-ce-la-ka-an? Sejak kapan? Bukankah aku pulang naik taksi? Lagipula, aku tak mengingat diantar oleh seseorang bernama Sasuke," kata Naruto sedikit kebingungan.

Wajah Kushina dan Minato memucat. Perkiraan dokter benar, putri mereka mengalami amnesia.

Klak!

Pintu terbuka dan menampakkan Mikoto yang baru saja sampai.

"Ah! Syukurlah kau sudah sadar, Naru-chan. Sasuke pasti senang kau baik-baik saja," ucap Mikoto.

"Ano, gomen, Baa-chan. Tapi Baa-chan siapa? Siapa Sasuke? Kenapa kalian menyebutkan nama itu terus?" tanya Naruto dengan ekspresi bingung.

Sama halnya dengan wajah Kushina dan Minato, wajah Mikoto juga ikut pucat, bukan karena lelah, melainkan terkejut.

"Ano, ini maksudnya amnesia?"bisik Mikoto pada Kushina.

Kushina hanya mengangguk pelan, pasrah akan kenyataan yang menimpa, hal terpenting baginya adalah putrinya selamat dan kini semakin membaik.

Tak lama, Sasuke juga ikut bangun dari komanya, namun lagi-lagi kenyataan menghantam mereka.

"Siapa gadis pirang ini?" tanya Sasuke tepat setelah bangun.

Keempat orang tua itu hanya bisa menghela napas pasrah akan hal yang terjadi.

Takdir benar-benar mempermainkan mereka sekarang. Kedua insan yang tak terpisahkan, sekarang saling melupakan. Apakah benang merah masih bisa terajut dengan jarak sejauh ini?

Atau...

Benang merah tak bisa terikat lagi diantara mereka?

Hanya takdir yang tahu, kelanjutan hubungan mereka.

Kembali, atau terpecah layaknya pecahan kaca.

Bisakah mereka melewati

Jurang Amnesia yang dalam?

To Be Continue....
Halo!! Terima kasih sudah membaca FF ini! Mohon kritik dan sarannya ya..

Before Revision: 3 Juni 2018
After Revision: 7 Desember 2020

Amnesia [UNDER-REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang