9. Kegundahan hati

473 32 7
                                    

Disinalah alvaro berdiri, di tempat dimana keluarganya sering berkumpul dahulu, ia merasa kesepian, Orang yang ia sayang satu satu mengilang secara perlahan, pengen hidup seperti dahulu bareng bareng sama keluarga, ngabisin waktu bersama, setiap Weekend jalan jalan entah kemana? Ia rindu suasana rumah yang hangat, Omelan mamanya yang super duper bawel, papa yang seorang tegas dalam mengambil kesimpulan, ia rindu semua perhatiannya, sekarang? Cuma ada kesunyian di hatinya itu, ia harus menurutkan permintaan papanya itu entah dari segi apapun, ia harus menurut

Alvaro merasakan ada seseorang yang menepuk pundaknya itu, ia mengok ke arah seseorang itu.

"Gue tau kok lo pasti kesinih kalo merasa jengah sama situasi rumah" ucap seorang pria tampan

"Gua cape ki begini terus, Semua seakan bokap gue ngatur, Gua kangen suasana rumah yang dulu" ucapnya sambil mendudukkan dirinya dan melipatkan tangannya di atas dengkulnya itu.

"Gue paham jadi lo, kita inih sama ro, cuma lu kehilangan nyokap, sedangkan gue kehilangan bokap" ucap seseorang bernama ki itu.

"Sorry gua ganggu lu nih, soalnya anak anak pada gempor nyariin lo, Untung gue inget tempat yang sering lo datengin kalo lo lagi kangen sama nyokap lo" Tambahnya

"Kalo punya masalah cerita ro, Walaupun gue kenal lo pas sd, gue tau sikap lo kaya gimana ro, lo itu bukan alvaro yang gue kenal" Kata kiki itu.

"Gua cape ki, begini mulu" lirihnya

"Jangan menyerah di, semua kejadian yang lu alami pasti ada hikmahnya, Nikmatin dan jalanin aja, semua akan Indah pada waktunya" Ucap kiki sambil menepokkan tangannya ke pundak Alvaro

"Gua duluan ya ro, gue cuma mastiin lo nggak putus harapan aja, gue kan nggak mao entar melihat badan lo berlunjur kaku di pantai itu" ujar kiki sambil terkekeh, ya tempat favorit alvaro dan family pantai.

"Sialan lo, Emang lo kata gua mao bunuh diri" timbah aldi

"Bagus deh, kalo pikiran lo nggak kesana gue duluan ya di, Cepet balik deh lo, bastian sama iqbaal gempor nyariin lo" ucapnya sambil meninggalkan alvaro itu

*Flasback on*

"Eh... Ada om arya" kata bastian, ia habis dari membangunkan temannya itu, eh turun ke bawah ketemu bokapnya aldy

"Hmz... Aldynya sudah bangun bas" ucap pria paruh baya itu.

"Itu baru aja bastian bangunin om, mungkin sebentar lagi turun kebawah" ujar bastian, memang bener temannya itu sedang mandy di karnakan ia merecokinya pas tidurnya, lagi temannya itu sangat kebe sekali.

Bastian ke arah belakang, ia juga tidak tahan dengan sikap bokapnya aldy itu, Ia mengumpat di dapur, takut ada apa apa dengan temannya itu setelah tahu ayahnya dirumah.

Setelah beberapa menit kemudian alvaro menuju ke lantai dasar, mencari temannya itu yang sudah menggangu tidurnya itu.

"Kamu mao kemana?" tanya pria paruh baya itu. Yang melihat anaknya sudah rapi dengan pakaian santainya

"Tidak perlu khawatir sama saya, saya bisa jaga diri" ucapnya berjalan saja melewati ayahnya itu

"Papa lagi bicara sama kamu? Tolong hargain papa" kata papanya itu

"Saya aturan yang harus berbicara seperti itu kepada anda, anda menghargai seorang saya sebagai anak anda apa cuma jadi seseorang yang harus menerima perintah dari anda tanpa harus di bantah" ujarnya

"Papa berbicara seperti itu karna untuk kebahagianmu kedepan nanti" Kata papa

"Kebahagian, anda liat sekarang saya bahagia dengan keluarga seperti ini, jawabannya tidak. Yang menentukan saya bahagia atau tidak diri saya sendiri, jadynya anda tidak harus ikut alih semua diri saya" Ucap alvaro dengan penekanan.

Only One  {Alsha}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang