11.Kecewa

506 35 14
                                    

"Salsha kenapa? Gue liat tadi dia nangis, lo apain? " ujar bastian tegas

"Kepo lo" Elak alvaro

"Lo ya ro, Bukannya terima kasih sama salsha udah mao ngejengukin orang yang ngga tau diri ini, Heran gue ro sama lo, salsha kurang apa coba" bastian tidak habis pikir, apa jalan pikiran temannya inih.

"Siapa yang nyuruh dia kesini, nggak ada kan" Yang di tanya malah balik nanya.

"Setidaknya, dia rela pulang dari sekolah kesini, cuma pengen liat kondisi lo doang, tapi ini balasan lo ro, lo malah ngusir dia, bener bener nggak waras lo ro"

"Lo ngmong apaansi? Mending lo pergi dari kamar gue, Gue cape denger ocehan lo yang tidak bermanfaat itu"

"Oke, kalo lo ngusir gue, gue pengen tau seberapa besar Ego lo itu mengesuai diri lo itu, dan satu lagi jangan cari cari gue kalo lo ada apa apa, Gue pengen liat seberapa penyesalan lo itu terhadap salsha" Tegas bastian, lalu meninggalkan alvaro yang senang merenungkan pikirannya.

Alvaro yang mendengar ucapan bastian, ia merasa gagal menjadi seorang sahabat, padahal ia sudah dari kecil hidup bersama bastian terus, orang tua yang super sibuk itu, yang menemani pasti bastian, yang memperbikan support pasti dia, Alvaro merasa bersalah terhadap sahabatnya ini, ia tidak mengontrol emosinya, menjadi nya sahabatnya inih marah kepadanya, entar Juga pasti akan baikan kembali

Bastian merasa kesal terhadap sahabatnya itu, padahal sudah jelas jelas adik kelasnya itu menyukainya. Tetapi tidak di hiraukan dengan sahabatnya, ya sahabatnya, walaupun ia sempet adu mulut, tetapi tidak pernah saling bermusuhan, ohh tidak untuk bermusuhan aja tidak bisa, ia sama alvaro itu kemana mana selalu berdua dari kecil hingga sekarang.

"Lo kenapa bas?' tanya iqbaal yang melihat bastian menggerutu sepanjang jalan

"Bilangin noh sama sahabat lo hatinya terbuat dari batu ya" kata penekanan pada kata sahabat sambil tersenyum mengejek

"Siapa alvaro" tanyanya

"Siapa lagi penghuni rumah ini"

"berarti lo juga dong"

"Sialan, bukan gue lah, masa gua ngmongin diri gue sendiri, ya kai setres kali bal gue"

"iyaah gua paham babas ku"ujarnya sambil merangkul temannya itu, iqbaal merasa gemas sekali dengan sahabatnya satunya inih, kenapa mudah sekali tersinggung, padahal ia sudah paham yang di omongkan oleh sahabatnya itu

"jijix gue" bastian melepaskan rangkulan temannya itu, dan langsung menuju pintu rumah

"Mao kemana lu" tanya iqbaal, ia melihat bastian ke arah keluar pintu

"BALIK, PENGHUNI RUMAHNYA GALAK" teriak bastian, iqbaal terkekeh dengan ucapan sahabatnya itu.

*****

"Lo kenapa hey" Ujar Keisya, ia merasa geram melihat sahabatnya itu murung dari tadi, semenjak temannya itu masuk ke kelas, tidak berbicara seperti biasanya, keisya merasa heran kenapa temannya itu diem terus.

"Hey sal denger gue" keisya menggoyang goyangkan bahunya salsha, Salsha tidak merasa ganggu dengan goyangan temannya pikirannya melayang entah kemanaa.

Dila dan Nadya yang melihat salsha seperti itu, menghentikan kegiatan mereka, memusatkan kepada sahabatnya itu, yang sedang merenung, entah merenung apa

"Sal lo kenapa? " tanya Nadya, salsha masih diam dan menghiraukan ucapan teman temannya itu.

"Lo kenapa? " tanya dila, dila tahu betul temannya ini sedang ada pikiran, entah apa yang di pikirkannya, secara tiba tiba salsha langsung memeluk dila secara mendadak, dan menangis sesegukkan di penukan dila, dila yang merasa di peluk mendadak meringis, karna badannya lebih kecil dari salsha.

Only One  {Alsha}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang