Jeno sedang asyik berceloteh ria bersama Mark dan Jaemin di perjalanan menuju kantin, saat tiba-tiba saja Mark menghentikan langkahnya, membuat langkah Jeno pun Jaemin turut berhenti.
“Sepertinya itu berasal dari kelas musik. Ayo, lihat!”
Ah, Jeno mengerti sekarang. Baru saja sebuah lagu mengalun lembut, menyapa indra pendengaran dan entah kenapa, terasa menyentuh perasaannya juga. Semakin kakinya melangkah mendekati sumber suara, ketenangan dan kedamaian itu semakin terasa begitu nyata.
Siapa pemilik suara merdu ini? Hatinya bergumam penasaran kini.
“Dia murid baru di kelas kita, bukan?”
Begitu pertanyaan itu Mark lontarkan, kedamaian yang semula menjamah, sirna sudah. Hati Jeno terasa gaduh sekarang. Jelas pandangan penuh antipati ia suguhkan tepat ke arah sosok yang masih anteng bernyanyi di ruangan penuh alat musik sana.
Huang Rejun.
Murid pindahan dari China yang baru dua minggu ini menjadi bagian dari Hamyung Senior High School, sekolahnya. Dan juga bagian dari—-–
“Waktu istirahat hampir habis. Ayo!”
—–-keluarganya.
Mungkin mengakui kalau suara Renjun memang bukan buatan indahnya cukup mudah. Namun, mengakui kalau laki-laki asal China itu adalah keluarganya kini, tentu itu perkara yang sulit. Terlebih, alasan itu menjadi luka yang tergores lebar di sanubari.
Maka dari itu, sebelum kedua sahabatnya berkomentar panjang lebar tentang sosok itu, Lee Jeno buru-buru mengaitkan lengannya di leher kedua sahabat baiknya itu. Lantas, menyeret mereka pergi.
Semakin lama, suara Renjun semakin lindap. Namun, rasanya membekas di ingatan Mark dan juga Jaemin. Karena tiba-tiba saja, Mark nyeletuk seraya menghentikan langkahnya di ambang pintu masuk menuju kantin.
“Bukankah kita memerlukan vokalis untuk band kita? Bagaimana kalau itu dia? Huang Renjun.” Tidak ada grup band di Hamyung. Ide membuat band itu tercetus sejak satu bulan yang lalu. Namun, Jeno terlalu pemilih untuk suara siapa yang cocok dengan suara gitarnya. Selera Jeno lumayan tinggi, omong-omong. Ia mencari suara yang sempurna.
“Aku mendengarnya menyanyikan lagu bahasa China barusan.” Ingatan Jaemin lain lagi.
Mark gemas dan menyentil kening Jaemin cukup keras, sehingga ringisan lolos dari bibir semerah rubi milik sahabatnya itu.
“Tapi, suaranya memang bagus.” Jaemin kembali bersuara sedetik setelah melemparkan deathglare ke arah Mark. “Menurutmu juga seperti itu kan, Jeno? Aku setuju dengan ide Mark untuk menjadikannya vokalis grup band kita.”
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJUN
FanfictionJeno tidak tahu apa yang Renjun miliki sehingga laki-laki itu tampak seperti bintang di angkasa. Berpijar dan bersinar terang. full brothership