Bimbang. Renjun tampaknya tengah berada dalam pilihan dilematis kini. Di satu sisi ia ingin membantu sosok itu. Namun di sisi lain, ancaman Jeno kembali berdengung di telinganya.
Kurasa ini tidak akan mengundang perhatian orang lain, pikir Renjun. Ia menatap seragam olahraga di tangannya sebelum melempar pandang ke arah kiri, tepat di mana sosok yang ia kenal sebagai teman sekelasnya itu berdiri mematung.
"Kenapa?" Renjun bertanya, kendati ia sudah tahu apa yang sedang terjadi saat ini. Tadi pagi, saat ia hendak menyimpan seragam miliknya, seseorang sengaja menggunting seragam milik anak laki-laki berwajah imut itu.
"Haechan melakukannya lagi." Chenle. Anak laki-laki itu kemudian membentangkan seragamnya di hadapan Renjun. "Aku akan berakhir hari ini juga," keluhnya sedih. Robek parah di bagian depan seragam itu jelas tidak bisa ditutupi.
"Kau bisa memakai seragamku." Tak tahan melihat raut kelam di balik wajah Chenle, Renjun lantas menghadapkan seragam miliknya.
"Tapi, bagaimana denganmu? Guru Ahn bisa saja menghukummu." Chenle bertanya ragu.
Renjun bukan tidak tahu bagaimana kejamnya Guru Ahn. Justru karena ia sudah tahu, ia tidak ingin Chenle dihukum. Lagi pula, barangkali saja alasan sebagai siswa baru bisa membuatnya bebas dari hukuman.
"Yang penting kan aku dan dirimu tidak berakhir hari ini."
Nyatanya, tidak seperti itu. Alasan sebagai siswa baru tak lantas diterima begitu saja oleh Guru Ahn. Pasalnya, Renjun sudah dua minggu lebih menjadi bagian dari Hamyung. Alhasil, tentu saja guru olahraga se-killer zombie dalam film Train to Busan itu menjatuhi vonis hukuman mengelilingi lapangan dua puluh kali putaran.
Renjun tahu keberuntungan dalam hidupnya tak selalu bagus. Terlebih ketika tiba-tiba saja Chenle menghampirinya dan ...
"Renjun-ah, maaf. Gara-gara kau meminjamkan seragammu, kau mendapat hukuman seperti ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
RENJUN
FanfictionJeno tidak tahu apa yang Renjun miliki sehingga laki-laki itu tampak seperti bintang di angkasa. Berpijar dan bersinar terang. full brothership