Chapter 15: A Space in Between.

827 135 78
                                    




"May the space between where I am and where I want to be is in your arms"
-Her






Setelah kejadian Jennie kemaren Irene ngerasa kalau dia butuh ruang sendiri buat ngerapihin hatinya, Irene ga mau jadi cewek yang gampang banget cemburu ataupun insecure, Irene lebih dari itu.

"Rene kok diem aja?" tanya Mino, mereka lagi di daerah sungai Han sebelum Irene balik ke LA besok pagi.

"Mino" panggil Irene.

"iya Sayang?" jawab Mino sambil ngerangkul Irene

"let's break" ucap Irene, badan Mino menegang.

"maksud kamu?" tanya Mino pelan, sekuat mungkin ga panik atau terdengar marah.

"maksud aku, kita butuh istirahat No, kamu tau kan hubungan kita instan banget, aku butuh ruang buat mastiin kamu di hati aku, biar aku jadi lebih baik dan dewasa soal hubungan ini." Jelas Irene pelan, berat banget sebenernya bagi Irene buat ngambil keputusan ini.

"Rene" desah Mino, doi ga tau mau ngomong apa lagi.

"No, aku tetap pacar kamu, aku tetap sayang sama kamu, aku cuma butuh waktu buat jadi diri sendiri, begitu juga kamu kan? Kamu bakal sibuk tour  di Jepang, ngerjain album baru, comeback, aku ga mau hubungan kita yang kaya gini ngehambat kamu." Irene natap Mino dalam, jangan nangis Ren jangan nangis batinnya

"kamu ga pernah jadi penghambat Ren" tolak Mino.

"tetap aja No, kejadian soal Jennie kemaren contohnya, Cuma karna hal sepele begitu aku jadi drama, berlebihan banget." Jelas Irene. Please No, jangan bikin semuanya makin berat batin Irene lagi, bisa-bisa dia luluh ngeliat muka Mino yang uda diem aja gini.

"jadi kamu maunya gimana?" akhirnya Mino ngalah, karna apa yang Irene bilang ada benernya.

"let's take it slowly, kamu harus fokus sama Comeback kamu, it's one of your biggest dream kan? Aku juga gitu, aku bakal fokus ngerapihin semuanya, you will see a better me, very soon" Mata Irene uda berkaca-kaca.

"baik kalau itu yang kamu mau" jawab Mino lagi sambil narik Irene ke pelukannya "I love you" bisiknya

"I love you too" balas Irene.

"besok aku tetap boleh anter kamu ke bandara kan?" tanya Mino harap-harap cemas.

Irene cuma ngangguk dalem pelukan Mino.

Irene ga bohong waktu bilang keputusan ini berat banget bagi dia, tapi Irene sadar, mereka bukan lagi anak remaja yang bisa cinta-cintaan se suka hati, mereka punya tanggung jawab, mimpi dan apapun itu, belakangan Irene ngerasa dunianya revolves around Mino doang, yang bikin dia jadi selfish soal Mino, begitu juga Mino, meskipun dia berusaha buat professional tetap aja ada hari-hari dimana yang dia pingin lakuin cuma videocall sama Irene, dia ga bisa fokus di studio atau harus stay up all night biar bisa quality time bareng pacarnya itu. Jadi Irene yakin kalau mereka butuh ruang buat memprioritaskan kewajiban mereka terlebih dulu.

***









































































5 weeks later.

Minggu pertama rasanya kaya jungkir balik buat Irene, segala hal soal Mino uda jadi habitual dan sekarang dia harus pelan-pelan adaptasi untuk take it slowly.

HAVANA, Mino-IreneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang