Setelah bel pulang sekolah berdering, aku dan Sesil langsung pergi menuju ruang OSIS. Disana sudah ada Imanuel, Raka, Yoda, Ares, Adis, Dams, Bram, dan juga Deona.
Oh ya, btw, ngomongin soal temen- temen OSIS, kita ber sepuluh itu anggota OSIS yang masih setia dalam organisasi. Entah kenapa anggota yang lain seakan tidak peduli akan tanggung jawab mereka, padahal mereka semua telah di sumpah saat pelantikan OSIS. Tapi yaudah lah ya, kita udah ga ngurusin mereka. Mau mereka gimana terserah mereka aja, kita juga udah ga bisa mentingin mereka. Mending ngurus tugas yang sebentar lagi akan musnah di telan bumi ini.
"Hai Sha, hai Sesil." sapa Deona dan Adis. Kita serempak menjawab, " Hai De, Dis, hai semua.".
Semua sibuk dengan urusannya sendiri- Yoda, Bram, dan Dams sibuk dengan Moba mereka. Ares dan Raka, mereka sibuk dengan channel youtube mereka. Hanya satu suara yang ku dengar yaitu suara Imanuel. "Hai Sha, Sil .". 'Tumben, biasanya Imanuel cuek, tapi kenapa sekarang jadi berubah gini ya?' Gumamku dalam hati.
"Iiiih, kalian ini nyebelin banget sih, gue sapa ga ada yang bales." geram ku sambil berjalan menuju tempat Imanuel duduk. "Udah lah Sha, ga ada gunanya kamu marah- marah gitu, kaya ga tau mereka aja.". "Eheh, iya Man. Kamu lagi ngapain?"
'Kok pake aku kamu an sih?!? Begooo!! Skakmat dah gue'."Ini, aku lagi ngerjain laporan buat besok." kata Imanuel dengan balasan aku kamu an. Aku merasa sedang terjadi gempa bumi berskala 8,9 SR di hatiku. Aku suka pada Imanuel sejak kita satu organisasi, tapi aku tak bisa menebak isi hati Imanuel. Sangat sulit untuk ditebak, karena itulah aku masih mempertahankan perasaanku padanya.
Aku tahu, dulu dia dikabarkan dekat dengan salah satu anggota OSIS, namanya Gita. Tapi kini Imanuel tak lagi dikabarkan dekat dengan Gita. Konon katanya, Gita dekat dengan banyak pria. Hal itu lah yang membuat Imanuel menyerah untuk mempertahankan Gita. Hal itu pula yang membuat diriku semakin yakin bahwa aku bisa memilikinya.
"Ada yang bisa ku bantu, Man?" Tanyaku pada Imanuel. "Hmm, tidak perlu Sha, laporannya hampir selesai. Tinggal di print aja." ucapnya lega.
"Yaudah kalo gitu, aku ngurusin yang di sana dulu ya." ucapku untuk mengalihkan pembicaraan. "Iyaa. Eh iya Sha, kamu udah makan belum? Makan bakwan malang bareng yuk, yang lain udah pada makan siang tuh, tega banget sama aku." Hah!! Imanuel ngajakin makan bareng!! OMG!! Demi ikan mermaid di laut apa demi ikan teri di kali ini. 'Ko jadi deg- degan gini yaa, apa ini yang di namakan cinn..'.Lamunan ku terpecah mendengar suara Deona, "Cieeee makan bakwan malang berdua nih yeee, uhuk uhuk, aduh Dis, Sil, kayanya gue keselek Candi Borobudur deh, minum mana minum.". "Kalian apaan sih." jawabku dengan muka merona. "Tuh kan yang pipinya merah kaya udang rebus, wkwkwk." kini giliran Adis dan Sesil yang unjuk suara. "Ssssttt.. lo pada nih, bikin gue skakmat ajaa!!". "Udah lah Sha, mereka sukanya gitu. Udah yuk, perutku udah konser 17 lagu nih." Ucap Imanuel membujukku. Sambil tertawa kecil, aku meng iya kan ajakan Imanuel.
****
Saat berjalan di koridor sekolah, Imanuel menyuara, "Sha, aku mau bilang sama kamu."What the head, apa yang mau di omongin sama Imanuel yaa, aduh, kok gue kaya orang kesurupan gini ya, panas dingin ga jelas anjiirrrr.
"Emmhh, i..ya mau bi..lang a..pa, Man?"
Hayoooo Imanuel mau bilang apa ya ke Shahara, penasaran ga nih,
Vote sama comment dong yang penasaran🙌
Anda penasaran, sama saya juga..
Tunggu next part yaa, saya suren, mau tidur dulu😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Waiting
Non-FictionPenantian seolah tak berarti bagimu. Yang telah rela meluangkan seluruh waktunya untukmu, kau sia-siakan begitu saja. Tak paham arti setiap detik nya.