Musuh

366 38 0
                                    

Satu tembakan mengudara. Bunyinya memekakkan keheningan petang. Di bekas gedung tua tak berpenghuni dua langkah saling berkejaran. Satu menghindar dan bersembunyi sedangkan sisanya menyerang. Pistol di tangan dalam mode aktif. Siap memuntahkan peluru sesuai kehendak pemegang. Namun, ada keraguan ketika target tidak menampak dibidikan mata.
"Ck, aku tak menyangka kau sepengecut ini..."
Gema suara membelah ruang tak bercahaya. Langkah menelusuri koridor berdinding retak dan kusam terkelupas. "Keluar Rangga! Kita selesaikan urusan ini secara jantan."

Ah, dia suka sekali sang pemburu menyebut namanya. Terlebih dalam nada rendah berpenekanan ancaman. Rival abadinya ini tak akan berhenti begitu jika dia tak menyerahkan diri suka rela.

Dia bercanda, kan? Mana ada orang dengan senang hati menyodorkan diri pada manusia kebakaran jenggot--dia tengah murka--dan hanya untuk direnteti perak panas yang dalam sekejap akan melubangi jantungnya. Maaf, dia masih ingin bernafas sedikit lebih lama lagi.

Rangga dulu memang berpikir begitu. Ingin binasa dalam butiran abu. Namun, keinginan itu sirna setelah menemukan wajah menawan yang mulai mengravitasi hidupnya ini.

Dilan. Begitulah dia dipanggil. Nama selalu dia gaungkan di kepala seperti oksigen untuk nafasnya. Eksistensi yang memikat hati sejak bola deragem pengibar kebebasan menyorot mati jelaga yang memabukkan.

Entah kenapa, pertemuan pertama dia sudah langsung didapuk sebagai musuh bebuyutan. Apa memang begitu keturunan darah pemburu ketika bersua dengan vampir buruannya?

Rangga pura-pura tak mengerti sajalah. Dua ratus tahun hidup seharusnya terlalu cukup untuk mengetahui watak manusia macam itu. Namun, bolehkan untuk masa ini, dia ingin egois menjadikan lelaki di sana sebagai pasangan?

Letusan senjata api terdengar lagi. Sasaran peluru diarahkan di atap gedung yang gelap pekat. Aah, tahu saja kalau dia bersembunyi di rangka langit-langit. Rangga harus segera menyingkir. Kalau tak ingin geraknya dideteksi oleh insting tajam calon kekasih.

Benar. Dia tak salah sebut kok. Malam ini, dia mau jadikan Dilan sebagai miliknya seorang. Sudah lama Rangga menaruh hasrat yang begitu dalam. Namun, untuk bisa utarakan dia harus selamat dulu dari amukan membabi buta ini. Dilan di sana butuh ditenangkan.

Kembali berpikir demikian dia melompat gesit. Tak kasat mata. Setelah senjata api tak terdengar bunyi, dia mulai turun mendekati sang objek yang berselimut mantel hitam. Ia selinapkan diri pada jarak aman di belakang punggung pemburu remaja.

Sayang, maaf ya... Kamu masih kalah taktik jika dibanding dengan makhluk yang sudah ratusan tahun hidup bersama asam garam kehidupan.

"Pelurumu sedang habis sayang,"

Dilan terkesiap. Refleks, dia balik badan sambil todongkan pistolnya. Dia mundur beberapa langkah untuk masuki zona amannya.

"Ah, ayolah Dilan. Mau sampai kapan kamu merajuk begini? Kamu masih marah?" seringai di bibir Rangga terjaring lensa sang pemuda. Menaikkan level kekesalan.

"Tutup mulutmu makhluk bajingan. Akan kupastikan mulutmu robek detik ini."

Gertakan tersambut tawa geli. Ah, lelaki muda ini begitu ingin dijahilinya lagi. Sungguh hadirnya sudah mengangkat candu yang berlebih.
"Mau pakai apa kamu merobek bibirku yang suka bikin puisi ke kamu ini?"

Rangga keluarkan pisau perak yang dia ambil diam-diam. "Pakai ini, atau... " tangan kanan mengambil benda lain berwarna hitam. "Ini..?"

Ya Tuhan!! Itukan selonsong peluru persediaan Dilan dan pisau yang diselipkan di balik saku mantel--bagaimana dia bisa mendapatkannya.
"Kamuuuu! Dari mana kamu... "
Gigi Dilan bergemeletuk geram. Sialan!! Makhluk ini sudah mempermainkannya sejak awal dia datang.
"Kuamankan ini biar kamu tidak bisa sembarangan menembak Dilan."
Rangga mendekat selangkah, tetapi Dilan malah mundur waspada. Aduh, anak ini bisa tidak diajak damai tanpa manyun begini?
"Oke, Dilan...saya paham kamu tak terima diperlakukan romantis kemarin, jadi--
"Vampir busuk!! Itu bukan romantis, itu peleceh--"
Mendadak sang pemrotes bungkam. Mulutnya keceplosan. Padahal tadi sudah janji tak ungkit masalah itu. Tensi emosi bisa naik dadakan bila diingatkan.

"Iya, Dilan. Saya paham. Untuk itu saya datang mau minta maaf. Saya salah, jadi bisa itu senjata kehabisan peluru disingkirkan dulu? Kita bicara dingin, boleh?"
"Aku nggak akan maafin kamu."
"Terus mau kamu apa?"
"Bunuh kamu, lah?"
"Yakin mau ngelakuin itu, kamu tidak menyesal nanti setelah merajuknya sudah hilang?"

Sang pemburu bungkam. Ketika tingkat marah turun beberapa derajat, barulah ia mau berpikir sejenak. Serius, dia rela kehilangan vampir peliharaan yang sudah mengisi hari-harinya ini?

Ugh...dilema sialan.

"Dilan, jawab saya, jangan?"
"Jangan duplikat kata-kataku!"
Lha, mengapa dia malah refleks menyahut,  ya?
"O-oke, aku turunin senjata. Tapi kamu tetap di sana."

Rangga menarik bibirnya ketika kewaspadaan diturunkan beberap persen. "Jadi, saya harus bagaimana biar marahmu reda?"

"Jelasin maksud kamu apa ngelakuin itu ke aku?"
"Yang mana?"
"Kemarin, lah!"
"Nggak sengaja Dilan. Saya kelepasan."
"Kelepasan tapi kok diterusin?!"
"Karena... Kamu menggoda?"
"Jangan bercanda kamu!"

Ya Allah. Ada linggis tidak?  Dia mau congkel otak vampir ini!

Alasan dibantah tak terima. Siapa yang sudi digagahi makhluk laknat di atas pohon yang di bawahnya banyak manusia berseliweran dan ngobrol keasyikan. Kalau sampai orang-orang dengar mereka bercinta kayak hantu gak bermoral lagi kasmaran gimana? Stop! Jangan diingatkan lagi toloong!!

"Kapan saya bercanda Dilan? Kemarin serius begitu pun sekarang."
"Memangnya kamu sekarang mau apa?"
"Masih sama Dilan, mau bertanya kapan kamu mau saya nikahi secara resmi?"

ARGGH!! RANGGA VAMPIR SIALAN!
Kenapa dia niat sekali mengganti kata musuh dari hubungan mereka sih?

"NGGAK! Aku nggak mau Rangga! Titik."

Rangga menghela nafas lelah. Ini...sudah penolakan yang kedua puluh kali. Aneh memang anak satu ini. Padahal mereka sudah berintim berulang kali--sampai dikatai pelecehan seksual--meski ujung-ujungnya tak memgelak. Di kawin di ranjang mau, tapi di bawa ke dewan nikah kok malah ogah?

Sampai begitu inginnya kah mereka dalam ikatan yang bergelantungan mirip pohon beringin kemarin?
.
.
.
.
.
.
a/n: Hueeew... genre apa yang lu bawa ini mbaaak? Otak super plin plan abis tulis panjang langsung hapus ganti genre yang nikung  banget! #digebuk

Yap, republish  hasil dari main prompt dengan emm... Himawari Kazuki?  *Sebutinnya kok takut salah nih ya? Yah, intinya saya mau terima kasih sama mereka--ada tiga aslinya yang ngajakin main prompt-- udah mau bantu saya berikan ide dan pemikirannya, arigathank kawaan~ :-)

R A D I U STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang