Ch 9. Sebuah petunjuk

1.4K 263 11
                                    


Happy Reading
.
.
.

Kamu tampak sedang berpikir sambil melihat laptopmu yang sedang ada di meja ruangan yang biasanya dipakai bersama oleh penghuni rumah ini, kamu terus menatap laptop yang sedari tadi layarnya dalam keadaan gelap, alias mati. Menatap dan menatap layar laptop tersebut terus menerus, seolah-olah dalam layar itu akan keluar sesuatu.

Ranpo yang sedari tadi menonton televisi hanya melihatmu dengan pandangan malasnya.

"Apa yang kau lakukan?" Dan akhirnya Ranpo bertanya kepadamu.

"Sedang memastikan, siapa tau ada portal di laptopku," Kamu masih memandang lurus kearah laptopmu, tapi tiba-tiba kamu mendengar suara tawa dari arah pintu menuju ke ruanganmu saat ini.

"[Yourname]-chan kamu itu terlalu sering nonton yang aneh-aneh, makanya kamu berpikir seperti itu, mana mungkin di laptopmu ada portal," ternyata yang menertawakanmu yaitu Hikari.

Kamu cemberut karena di bilang menonton yang aneh.

"Tapi Hikari-obasan, bisa sajakan itu terjadi, Ranpo saja bisa keluar dari La--hmphh" ucapanmu terhenti dikarenakan Ranpo sudah membekap mulutmu dengan tangan supaya tidak melanjutkan apa yang ingin kamu bicarakan, kamu baru ingat bahwa Hikari tidak tau soal ini.

"Keluar dari apa?" Hikari menatap Kamu yang masih di bekap oleh tangan Ranpo, kamu kemudian melepas tangan Ranpo dengan paksa.

"Dari lantai atas maksudnya oba-san," kamu tersenyum canggung karena mendapati Hikari yang menatapmu dengan pandangan aneh.

Lalu kemudian Hikari mengganti topik.

"Tidak kuliah hari ini [Yourname]-chan?"

"Aku kuliah jam 10," kamu melihat jam di dinding yang menunjukan angka setengah 10, kamu langsung melotot kaget.

"Yaampun aku telat," Kamu segera beranjak pergi dari sana untuk segera bersiap-siap ke kampus, untungnya kamu sudah mandi tadi.
Hikari yang melihat itu hanya tersenyum maklum, lalu kemudian pandangannya beralih kearah Ranpo yang sedang menatapnya.

"Ada apa Ranpo?" Hikari bertanya dan Ranpo hanya menggeleng, lalu dia kembali menatap layar televisi.
Beberapa detik Hikari menatap Ranpo dengan pandangan yang sulit diartikan, lalu kemudian dia melanjutkan kegiatannya untuk mempersiapkan membuka toko.

.
.
.

Author Pov
.
.
.

"Ranpo, bibi pergi dulu, cemilan sudah ada di lemari, jangan di habiskan semua ya," Hikari melihat Ranpo yang tampak mengangguk dengan patuh, Hikari hanya tersenyum lalu kemudian dia pergi keluar untuk mempersiapkan jualannya, Toko Hikari tidak begitu jauh dari rumahnya, hanya berjarak beberapa meter saja, jadi Hikari bisa berjalan kaki menuju tokonya.

Setelah Hikari pergi, Ranpo yang semula duduk bersantai di ruang Televisi akhirnya bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar, tapi bukan kamar dia ataupun kamar [Yourname] melainkan sebuah kamar yang menjadi pemilik rumah ini, siapa lagi kalau bukan Hikari.

Setelah Ranpo memasuki kamar itu, dia lalu meneliti kamar itu dengan teliti, mungkin memang tidak sopan memasuki kamar orang lain, akan tetapi sepertinya Ranpo tidak peduli.
Pandangannya tampak meneliti, dia tidak ingin mempergunakan dedukasinya, karena Ranpo ingin memastikan sesuatu.

Setelah mencari dan mencari, hasilnya nihil, Ranpo tidak menemukan apapun, hanya saja dia belum memeriksa sebuah laci yang tidak bisa di buka olehnya, tidak menyerah Ranpo mengambil sebuah kawat yang memang sudah di persiapkan olehnya, dia menonton acara di televisi tentang detektif, mungkin dia akan meniru salah satu adegannya, tapi tentu saja Ranpo tidak ingin di cap plagiat, Ranpo adalah detektif yang beda dari yang lain, itulah kira-kira isi kepalanya.

Setelah mencoba beberapa kali, akhirnya laci itu terbuka, dengan gerakan tidak sabar, Ranpo membuka isi tersebut, dan kemudian Ranpo tersenyum lebih tepatnya terlihat senang dengan apa yang dia temukan.

.
.
.

"Tadaima," Kamu meletakkan sepatumu pada tempatnya, sekarang pukul 5 sore, seharusnya Hikari sudah pulang.

"Okaeri," tiba-tiba suara dari belakang terdengar olehmu dan ternyata itu suara Hikari.

"Hikari-obasan baru pulang?" Hikari tersenyum dan mengangguk.

"Ya, bibi sekalian membeli bahan makanan yang kurang untuk kita makan malam nanti," Ucap Hikari dan itu membuatmu tersenyum juga.

"Aku bantu," kamu membawa kantung belanjaan Hikari menuju ke dapur.

.
.
.

"Terimakasih atas makanannya," Kamu berucap lalu kemudian kamu ingin membereskan peralatan makan yang kamu pakai tadi, tapi tiba-tiba Ranpo bersuara.

"Hikari-obasan" Hikari yang juga sudah menyelesaikan makanannya menatap Ranpo yang terlihat berbeda dari biasanya

"Ada apa Ranpo?" Tanya Hikari, kamu yang merasa bahwa perbincangan itu tidak ada hubungannya denganmu memutuskan untuk melanjutkan membereskan peralatan makanmu.

"Bisakah kau tidak usah pura-pura lagi?"

Kamu terhenti mendengar ucapan Ranpo, kamu menatap Ranpo.

"Hei, jaga ucapanmu"

Ranpo hanya menatapmu sekilas lalu pandangannya menatap Hikari dengan serius.

"Apa maksudmu Ranpo?" Hikari bertanya bingung. Ranpo hanya menatap datar. Lalu kemudian Ranpo mengatakan sesuatu yang membuatmu terkejut.



"Kau bisa mengatakan sekarang bagaimana caranya aku bisa kembali"

.
.
.

To be continued
.
.
.

Hallo.. aku kembali, maaf pendek semoga suka ya. Mungkin next chap panjang, Jangan lupa kasih vote dan komen sebagai penyemangat. Maafkan aku yang slow update.
See you next chap

I can't forget youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang