Apa salahku?

55 5 0
                                    

Hari ini Vader pulang dari pekerjaannya. Pekerjaan Vader sebagai pedagang yang berkelana dari satu kota ke kota lainnya, dan Moeder merupakan ibu rumah tangga, penghasilan Vader lah menjadi satu-satunya pemasukan bagi kelurga kami tapi kami bersyukur karna kami berkecukupan. Tinggal di pinggir kota tidak lah mudah tapi justru aku menyukainya karna suasana yang sunyi dan damai serta aroma hutan yang sangat aku suka, 

Orang tuaku memiliki 2 orang anak tapi mengapa aku yang selalu yang dibebankan. Aku dan Lucero tumbuh dan besar dibawah naungan diktaktor orang tua kami, mereka sangat keras terhadap kami, tak ada satu haripun yang diisi oleh ketenangan hanya ada rasa khawatir, takut dan perasaan tidak menyenangkan lainnya. Namun semua berubah saat Lucero memutuskan untuk pergi untuk menempuh pendidikan serta karir di tempat yang jauh, setelah hari kepergian kakak laki-laki ku semua keadaan  mulai berubah.

Moeder yang entah mengapa terkadang berteriak histeris atau melemparkan barang hingga barang tersebut rusak hingga pecah berkeping-keping, hal ini tentu saja menyita perhatiaan Vader bahkan Vader tidak berdagang karena Moeder yang memiliki tinggah laku yang aneh

"PERGI KAMU PERGI" kata Moeder sambil mengambil barang yang berada dalam jangkauannya dan melemparkannya ke sembarang arah 
"PERGI KAMU JANGAN GANGGU SAYA.... SAYA TIDAK BERSALAH" kami pun panik dan berusaha menenangkan Moeder walau tidak berhasil tapi kami memcoba agar Moeder tiadk berteriak ataupun melemparkan barang lagi. Setelah beberapa saat kami mencoba untuk menenangkannya akhirnya Moeder pun tertidur, kurasa Moeder tidur karna lelah setelah berteriak begitu histerisnya. 

Aku dan Vader pun sepakat untuk membawa Moeder ke dokter mungkin karena kelelahan yang membuat Moeder seperti ini. Aku sudah menghubungi Lucero mengenai keadaan Moeder dan Lucero menyarankan agar Lucero bisa kembali untuk merawat Moeder  dan Moeder bisa cepat sembuh tapi aku dan Vader menolak dan menyakinkan Lucero bahwa kami akan baik-baik saja

Namun perasaan ku berkata bahwa semua ini akan menjadi lebih kacau dari yang sebelumnya, entalah perasaan ku mulai aneh akhir-akhir ini tapi aku menepis semua pemikiran aneh yang tidak masuk akal bagi ku, ya seperti suara aneh hingga kejadian Moeder yang menjadi "gila".

Semenjak Lucero pergi semuanya berubah.

§

Plak....
Tiba- tiba sebuah tamparan keras mendarat di pipi ini. Aku hanya bisa memegangi pipi ini, perih, sangat perih, sakit rasanya. Aku tidak mengerti. Sungguh aku tidak mengerti. Aku bertanya salah ku apa?

Plak..

tamparan lainnyapun menyusul, aku tidak mengerti aku sudah mengerjakan semuanya secara teliti dan sempurna tapi mengapa aku di tampar, aku tahu kondisi Moeder seperti apa tapi jujur ini terlalu sakit untuk ku yang tidak mengarti apa-apa. Aku pun berlari ke kamar yang merupakan tempat perlindungan ku satu-satunya 

Hiks... Hiks... Hiks
Hiks... Hiks... Hiks

Apa salahku. Apa?! Apa?!!

Hiks... Hiks... Hiks
Hiks... Hiks... Hiks

"APA SALAHKU?!!" teriakku akhirnya di sela-sela isakkanku
Hiks... Hiks... Hiks
Hiks... Hiks... Hiks

"Kau tak perlu menangis, menangis tidak akan membalaskan rasa sakitmu"

"Siapa itu. Pergi. Pergi. PERGI, jangan ganggu aku. Tinggal aku sendiri" teriakku di sela-sela tangisku

"Biarkan dia merasakan apa yang kau rasakan" suara itu datang lagi. Akhirnya mataku menyapu kamarku untuk mencari sosok selama ini yang membisikkan kata-kata aneh.

Tidak mungkin. Ini tidak mungkin apa aku sudah mulai seperti Moeder yang mengalami halusinasi? aku mulai mempertajam penglihatan ku 

Apakah aku salah lihat?

Kill ThemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang