"gak mau mikirin lagi tapi kepikiran"
-SAPra-Setelah kejadian beberapa waktu lalu dirumah Vitha, kini Shilla enggan untuk mengabari Panji, Panji sudah berusaha untuk menghubungi nya duluan tapi Shilla selalu saja menolaknya, selalu me-reject telepon-nya, dan tidak membalas chat nya juga.
Tak ayal, Panji selalu mengunjungi rumah Shilla hanya sekadar untuk menanyakan kabarnya. Ya, walaupun hanya ibu Shilla yang meladeninya.
Sikap Shilla yang seperti ini bukan nya belum dewasa atau tampak kekanak-kanakan, tapi sikapnya ini hanya ingin membuat Aji Jera dengan perlakuannya sendiri.
"Lo liat Shilla?" Tanya Aji, pada salah satu mahasiswa yang satu univ dengan Shilla. Aji dan Shilla tidak satu Universitas, dulu mereka memutuskan untuk berpisah univ karena tidak satu peminatan.
"Shilla? Fakultas apa ya? Soalnya banyak yang namanya Shilla"
"Shilla Andara, fakultas fashion design"
"Setau gue, FD enggak ada kelas deh hari ini"
"Oh, okey! Thanks"
Aji merasa kebingungan benar-benar kebingungan, kemana Shilla-nya pergi, semua tempat yang biasa Shilla kunjungi sudah ia jajah-nya tapi hasil-nya nihil. Jalan satu-satunya ialah menanyakan pada Vitha. Ya, walaupun Vitha tidak akan memberitahunya dengan mudah, tapi jika sudah Panji paksa ia akan dengan legowo membocorkannya.
"Kenapa, Ji? Buruan ngomong deh, ini gue bentar lagi mulai kelas" suara Vitha terdengar dari speaker handphone Aji.
"Lo tau Shilla dimana gak?"
"Enggak-enggak, gue gak tau"
"Gak usah boong!"
"Serius, sumpah, Ji. Mana bisa gue boong-in lo"
"Okey, gue do'ain lo,-" belum sempat Panji meneruskan omongannya tapi Vitha sudah lebih dulu menyerobot perkataannya itu.
"Iya, iyaa. Shilla di Puncak, lagi Photoshoot. Kalo bisa mending lo jangan gangguin Shilla, deh!" Ucap Vitha takut Panji mendo'akan yang aneh-aneh.
"Padahal tadi gue cuman mau doa-in lo panjang umur, banyak rejeki, cepet-cepet dapet pacar"
"Bacot lo, Ji"
"Btw, thanks ya info-nya" balas Panji menang dan tertawa licik sepertinya.
"Anj*ng, lo! Awas jangan gangguin Shilla"
Panji memutuskan sambungannya sepihak.
Hanya membutuhkan waktu 30 menit dari tempatnya menuju Puncak, itupun jika jalanan lancar tanpa macet, berhubung ini hari Jumat dan besoknya weekend pasti jalanan padet sore ini, ditambah lagi ini jam pulang kantor membuat Panji harus segera tancap gas agar tidak terlalu sore menemui Shilla.
"Last shoot!"
"Ganti gaya"
"Lebih ekspresif lagi, Shill!"
"Ya, bagus"
"Cut"
"Good job, kita break dulu" ucapan lelaki parubaya itu menghentikan kegiatan Shilla.
Kata-kata itu yang kira-kira terdengar oleh Aji, dari tempatnya yang tidak jauh dari tempat Shilla shoot.
Kini Panji menghampiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Lost Love
Teen Fiction[REVISI] 17+ Jika hanya berteman lebih nyaman, maka untuk apa meminta lebih -~ Jika berpisah lebih menyenangkan maka untuk apa bertemu lagi -~ Jika waktu boleh berputar kebelakang maka izinkanlah aku untuk tidak mengenal mu -~ ♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡...