5. Sorry

324 35 5
                                    

Kadang cinta harus sedikit lebih memaksa agar tumbuh dengan indah.
-Shilla Andara Pratama-

Pagi tadi Panji melakukan rutinitasnya seperti biasa, menjemput Shilla untuk pergi bersama ke sekolah. Namun, ada satu dan lain hal yang membuat Panji naik darah yaitu, menunggu wanita berjam-jam.

Ya, seperti hal nya angin, ia akan melakukan hal yang sama ketika datang. Begitupun dengan Aji, sepanjang jalan ia berdebat kecil yang dengan mudahnya di besar-besarkan, Shilla hanya memutarkan bola matanya malas, dan menganggapnya sebagai 'sarapan' di pagi hari.

"Udah?" Begitu tanya Shilla, ketika Panji berhenti memperdebatkan hal yang terjadi beberapa menit yang lalu.

"Apanya yang udah?" Bingung Panji, "udah sampai?" Tanyanya keheranan, "belum, bentar lagi sayang! kamu lupa jalan ke sekolah?" Cerocos nya.

Bodoh-pikir Shilla dalam hati.

"Ceramahnya udah?" Tanya Shilla dan lagi dengan nada malas.

"Apaan sih kamu gak jelas banget" balas Panji.

"Udah? Pidatonya" kesal Shilla.

Panji mematikan mesin motor dan berhenti di tepian jalan.

"Siapa yang pidato, sih?"

"Kamu!"

"Kok aku" Panji terheran-heran.

"Tau ah" kesal shilla.

"Mau kemana?" Ucap Panji menahan, ketika Shilla berniat meninggalkan Panji.

Shilla diam, dengan hati yang bergemuruh. ini bukan kali pertamanya seperti ini, bisa dibilang hampir setiap pagi mereka selalu seperti ini.

"Dasar cowok" kesal Shilla.

"Emang aku cowok"

"Cowok tapi bawel nya minta ampun, udah kaya cewek tau enggak!"

"Kok, jadi ngatain aku?" Panji masih dengan kesabarannya.

"Mulai besok jangan jemput aku lagi!" Marah Shilla, "lepasin tangan aku"

ತತತತ

"Pagiii, cantik" ucap Aji yang sudah sampai duluan di SMA Negeri Harapan ketimbang ojol yang Shilla tumpangi. Karena kebetulan usai perdebatan tadi shilla memutuskan pergi naik ojol.

Hanya tatapan nanar balasnya, sambil memberikan helm yang dikenakannya.

"Jutek banget sih"

Dan lagi hanya delikkan mata balasannya.

"Shill, udah kali marahnya"

"Ehem, misi, numpang lewat" ucap Shilla ketika melewati Panji yang diam di pinggir pagar.

"Shill, maaf-in aku"

"Iya"

"Beneran? Kamu maafin aku?" Mata Panji berbinar.

"Iya"

"Serius?"

"Hmm"

"Sumpah?" Ucap Panji, yang masih tidak percaya.

The Lost LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang