Bab I :: Pengumuman Mengesalkan

58 12 8
                                    

15 hari di pesanten selama Ramadhan.

Aku hanya bisa menghela napas setelah mendengarkan satu kalimat itu. Lagi-lagi harus terjebak di sini selama Ramadhan. Bukannya aku tak mau, aku hanya terlalu bosan. Ingin pulang, bertemu sahabatku, keluargaku dan yang paling penting, calon jodohku.

Mengingat kini aku harus lebih lama mendekam di sini, lagi-lagi membuatku menghela napas. Tidak cukupkah tiga tahun aku selalu berada di sini? Pulang hanya dua kali dalam setahun. Aku mulai merasa kesal.

Kekesalan itu sampai membuatku lupa mengenalkan diriku. Maaf. Namaku Laila, kalian bisa memanggilku begitu. Umur 15 tahun, dan ya aku dijodohkan di umurku yang masih segitu. Sudah tiga tahun lebih mendalami ilmu di pondok pesantren Salafiyah 2, Bangil. Punya suara cempreng yang sok diimutkan. Haha.

15 hari selama Ramadhan, aku harus tertahan di sini. Paling-paling kegiatannya hanya belajar, musyawarah, mengaji dan lain-lain.

Hari mulai beranjak semakin malam. Setelah musyawarah selesai, kami harus segera kembali ke asrama. Aku membereskan buku, Quran serta mukenahku perlahan. Terlihat tidak bersemangat sama sekali. Bukan aku yang biasa.

Lagi-lagi, aku melangkah secara perlahan. Terlihat sangat jika aku lesu. Kutatap gedung asrama bertingkat tiga di depanku ini. Huft. Letak kamarku di ujung lantai tiga. Melelahkan jika harus bolak-balik ke atas ke bawah.

"Mbak Laila?" Kutolehkan kepala saat seseorang memanggil. Memaksakan senyum ketika melihat Diana, menghampiriku.

"Iya?"

"Ih, mbak Laila kenapa? Kok lesu?"

"Enggak apa. Aku duluan ya."

Tak biasanya aku mengangguri Diana seperti itu. Aku lelah. Ingin segera sampai kamar, lalu tidur. Berharap esok hari perasaanku membaik.

Ah, aku kembali teringat Diana. Kutolehkan kepala ke bawah, menatap Diana yang masih setia di tempat tadi. Mungkin ia bingung mengapa aku seperti ini. Maafkan aku Diana.

Bicara tentang Diana, dia adik kelasku. Mengaku mengagumiku. Tidak, dia bukan lesbi. Dia hanya mengagumi sifatku yang periang. Diana sudah kuanggap adikku sendiri. Sering kali dia mengirimi sebuah pesan singkat di atas kertas. Tulisannya selalu begini, "Ganbatte mbak Laila." Aku hanya tersenyum ketika membacanya.

Aku menghela napas lagi, sebelum melanjutkan langkah. Beginilah resiko menjadi anak pesantren. Jarang bertemu keluarga, sekalinya ada waktu kadang masih harus tertahan di sini. Tapi tak apa, demi ilmu aku relakan semuanya.

Aku terdiam sesampainya di depan kamar asramaku. Bukannya malah masuk, aku hanya diam di depan. Agaknya di dalam ramai, entah karena apa. Aku malas sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, di dalam adalah kamarku, tempatku berlindung selama ini.

"Laila..." Seseorang memanggil ketika aku membuka pintu. Aku hanya tersenyum membalas sapaan itu.

Lihat sekarang, betapa ramainya kamarku. Memang hampir setiap hari begini. Tapi agaknya malam ini malam teramai dari sebelumnya. Bayangkan saja jika kamu harus satu kamar bersama 42 orang yang tak kamu kenal.

Entah apa yang mereka bahas, aku tak mau tau. Moodku terlanjur rusak gara-gara pengumuman tadi. Kulangkahkan kaki menuju lokerku, menyimpan semua barang pribadiku lalu berjalan menuju tempat tidur. Meski di sini tidak disediakan ranjang, setidaknya aku tidur dengan sehelai kasur tipis.

Baru beberapa menit kupejamkan mata, seseorang membangunkanku. Ck, padahal baru saja aku menghayal bertemu calon jodohku.

Kupaksakan mataku untuk membuka, kupaksakan juga tubuhku untuk bangkit. Lalu menatap malas orang itu. Dia Linda. Cewek crewet yang baru saja mengacaukan khayalan indahku.

"Kenapa?"

"Kamu tau enggak? Hari terakhir kita di sini nanti, akan ada bazar. Katanya sih, bazarnya lebih besar dari tahun kemaren." Dia terus saja berceloteh ria. Dan aku baru menyadari satu hal. Bazar. Tempat di mana aku bisa sepuasnya berbelanja tanpa memikirkan uang saku yang mulai menipis.

Mengingat bazar, membuatku tersenyum. Entah kenapa ada rasa semangat yang muncul tiba-tiba. Ah, Lindaku sayang. Terima kasih.

Tbc...

Halo...

Sampai jumpa di kisah Laila yang amat sangat pendek ini. Haha

Kisah singkat ini memang terinspirasi dari kisah nyata. Meski adegan di dalamnya hanyalah fiksi. Tapi Laila, Linda, Diana dll. Itu nyata. Mereka ada. Terinspirasi dari kisah sahabatku sehari-hari sebagai anak pesantren. Wkwk.

Project pertama theorions

07-06-2018

The Story Of Ramadhan #TheOrion's_projectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang