The Savior

144 15 4
                                    

Udara malam ini sangat dingin. Gadis berambut hitam itu rasanya ingin kembali ke rumah tapi mustahil, dia sudah bertekad untuk meninggalkan tempat yang seharusnya disebut sebagai neraka.

Dia melihat kalung yang melingkar di lehernya, terdapat ukiran namanya di sana.

Helena.

Kalung itu pemberian ibu Helena yang meninggal 8 tahun yang lalu, saat umurnya masih 10 tahun. Kalung indah itu adalah satu-satunya barang peninggalan ibunya. Ah.. ide yang sangat buruk untuk memikirkan hal itu sekarang.

Helena menggigil, ia bersumpah saat ini udara sangat dingin dan sialnya jalanan sangat sepi dan hanya ada sedikit penerangan. Melewati sebuah gang kecil yang diapit dua apartment tua, ia tidak tahu dimana atau jam berapa sekarang. Helena benar-benar hilang arah.

"Hey gadis manis.." seorang lelaki botak bersama temannya menatap Helena dengan tatapan menjijikan. Tidak ada pilihan lain selain terus berjalan, tapi ada tangan yang menariknya masuk ke gang kecil. "Temani kami."

Helena memberontak tapi tenaga mereka lebih kuat dari gadis 18 tahun itu.
Ia berteriak meminta tolong tapi sepertinya sia-sia saja. Lelaki berambut keriting mencengkeram pergelangan tangannya dengan kuat dan dia hanya bisa pasrah dengan apa yang akan mereka lakukan.

"Ibu.. tolong aku.." ucap Helena lirih.

Bakk...

Seorang lelaki muda di belakang pria botak memukulnya  dengan balok kayu, pria itu terjatuh dan pingsan. Sementara pria berambut keriting yang menahan Helena di tembok melepaskan cengkramannya dan berusaha memukul lelaki itu, tapi ternyata dia sedang sangat mabuk dan dengan sekali hantaman dia sudah tepar. Lelaki berambut merah itu meraih tangan Helena dan berjalan menjauh dari dua orang berandalan yang sudah tak berdaya.

"Wanita sepertimu tidak baik keluar malam-malam di tempat seperti ini." Helena hanya bisa terus berjalan dan menatapnya. Rambut merah panjang, mata hazel, kaos abu-abu, dan celana jeans robek, dia pasti seorang berandalan juga. "Kenapa menatapku seperti itu?" Dia kali ini tersenyum, entah mengapa Helena juga ikut tersenyum.

"Uh.. maaf." Helena menjadi kikuk.

Dia manis sekali. Pikir Helena

"Namamu Helena ya? Kalungmu bagus." Gadis itu memegang kalung berharganya.

"Terimakasih untuk pujian dan pertolonganmu tapi sepertinya sampai di sini saja kau menemaniku." Ujar Helena, ada sedikit rasa takut di benaknya saat melihat lelaki itu.

"Kau tinggal di daerah sini? Kenapa aku tidak pernah melihatmu sebelumnya ya?" Helena hanya menggeleng dan berjalan meninggalkannya.

"Aku tahu kau kabur dari rumah, Helena!!" Lelaki itu berteriak di belakang, Helena menghentikan langkahnya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Bagaimana mungkin orang yang baru saja dia temui dapat mengetahuinya?

Si rambut merah berjalan ke arah Helena dan menatapnya. "Biarkan aku memberikanmu bantuan."

"Dengar ya, aku tidak mengenalmu. Kau bisa saja orang yang berbahaya, aku tidak ingin mengambil resiko."

"Pertama, namaku Gerard. Kedua, aku baru saja menyelamatkanmu, apa kau masih menganggapku bahaya? Ketiga, aku dulu juga sama sepertimu. Aku ingin menolongmu." Helena tidak mengerti dengan kalimat terakhirnya. "Kau ingin pergi kemana sekarang? Kau tidak mengenal tempat ini dan tidak punya teman selain aku."

Helena tertawa mendengar ucapan Gerard. "Terimakasih sudah mau menjadi temanku. Bantuan apa yang akan kau berikan?"

"Tempat tinggal? Makanan? Perhatian?" Dia menjulurkan tangannya. "Bagaimana?"

Helena tersenyum dan menggapai tangannya. Mereka berjalan beriringan dan terkadang saling memberikan beberapa pertanyaan.

"Rumahmu disekitar sini?"

"Aku menyewa apartment tua, 100 meter dari sini. Karena, ya.. kau tahu, harganya cukup murah untukku." Jawab Gerard terkekeh.

"Kau tidak tinggal dengan orangtuamu?"

Gerard hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum paksa. Helena menatapnya beberapa saat dan baru sadar jika wajahnya sama sekali tidak seperti berandalan. Dia terlihat baik hanya saja penampilannya yang membuat Gerard berbeda.

Mereka berhenti di depan apartment 6 lantai yang memang terlihat tua. Gerard memutar kenop pintu dan merekapun masuk.

"Kamarku ada di lantai paling atas." Ucapnya.

Gerard mendorong pintu kamarnya dan siapapun yang melihatnya berani bersumpah tempat ini lebih cocok disebut kandang kuda. "Sudah berapa tahun kau tidak merapikan tempat tinggalmu?"

"Maaf, aku akan membersihkannya dulu. Ada dua kamar tidur di dalamnya, kau bisa memakai kamar yang pintunya berwarna hitam itu. Aku belum pernah tidur di sana." Gerard mulai merapikan ruang tamunya, dia terlihat sangat  kewalahan dan Helena mulai membantunya, hitung-hitung sebagai balas budi.

"Kau tinggal dengan siapa disini?"

"Sendirian."

"Kenapa ada dua kamar?"

"Aku juga tidak tahu, yang penting harga sewanya murah."

"Ehm.. Gerard, aku ingin mengatakan sesuatu."

"Besok saja terimakasihnya. Sekarang sudah tengah malam, lebih baik kau tidur."

Hari yang cukup baik untuk saat ini. Batin Helena.


🎶inikah rasanya cinta, cinta pada jumpa pertama🎶

Okay sorry get over it.
Im sO EXCITED FOR THIS FF WOHO0O00!!!1!1!1!1!

Helena || G.WTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang