14. Friends with Benefits

6.4K 758 110
                                    

"Arin, bagaimana kalau kau anggap saja aku sebagai Jimin?"

Sembilan kata yang keluar dari ceruk bibir Taehyung bahkan belum sempurna Arin cerna di dalam otaknya, tetapi lelaki itu—tanpa persetujuan dan sekehendak hati—langsung mendekatkan bibirnya untuk menyentuh permukaan sisi leher milik Arin. Taehyung bahkan memiringkan kepala Arin untuk menghisap lebih leluasa di daerah sana, membuat gadis itu masih stagnan karena ia bahkan baru merasakan sensasi seperti ini. Panas juga menggelitik.

Taehyung melakukannya dengan sangat leluasa seolah memang tidak mempunyai perasaan apa pun pada Arin. Hanya sebuah sentuhan dengan sensasi panas yang menjalar ke setiap inci tubuh untuk memberikan kehangatan biasa untuk gadis yang kesepian. Arin bahkan bingung untuk menganggap Taehyung sebagai Taehyung atau tidak. Pikirannya mendadak kacau karena sentuhan Taehyung yang semakin panas.

Bibir Taehyung mendadak berhenti saat Arin berkata lirih, "Apa aku juga hanya sebagai pasangan pengganti?"

Tentu saja Taehyung stagnan dengan tubuh yang menegang. Arin bisa merasakan kedua manik Taehyung yang semakin menggelap di atasnya sembari enggan untuk menatap gadis itu.

Ini buruk dan ini salah. Arin masih sangat waras untuk menilai bahwa semua tindakan Taehyung ini benar-benar salah. Jadi, pada saat Taehyung mendekat hendak mencium bibir Arin, gadis itu lebih dulu memalingkan wajahnya ke sebelah kanan untuk menolak.

"Aku bahkan tidak bisa membayangkan Jimin, Tae. Hentikan. Ini tidak benar."

Salah satu tangan Taehyung yang menyangga berat tubuhnya, ia bawa untuk menyentuh pipi Arin dan membawanya untuk kembali menatap lelaki itu dengan jarak yang sangat dekat. "Kau egois sekali, Manis."

Embusan napas aroma mint khas Taehyung menguar di indera penciuman Arin, gudang olahraga yang gelap bahkan tidak menutupi kemungkinan untuk Arin melihat dengan jelas paras Kim Taehyung dengan jarak sedekat ini. Kim Taehyung itu sangat tampan dan begitu mudah untuk di sentuh, tetapi sayangnya jantung milik Arin bahkan tidak berdetak seperti saat memberikan botol minuman dan handuk kepada Jimin tempo lalu.

Mau seperti apa pun jadinya, Kim Taehyung bukan Park Jimin.

Lama saling menatap, dan berbicara melalui pandangan mata, Taehyung kemudian kembali berujar, "Tutup matamu."

Arin mendadak bungkam dan berpikir, kalau ia mau pun Taehyung memang benar-benar ingin melakukan hal semacam ini, kenapa tidak mencobanya dulu saja? Sialnya memang kewarasan yang sejak tadi dipertahankan Arin mendadak runtuh ketika ia merasa jantungnya akan benar-benar melompat keluar pada saat dirinya menutup mata dan membayangkan Park Jimin yang tengah menyentuhnya saat ini.

Kelima jari Taehyung perlahan menyentuh permukaan sisi wajah Arin. Membelai begitu lembut dan menyingkirkan beberapa anak rambut di daerah sana.

Kerongkongan Arin terasa tercekat dan tubuhnya bahkan terasa tersengat ratuan volt listrik hingga tidak ada yang bisa lagi dilakukan selain diam. Jari-jari terasa membeku dengan sensasi dingin tetapi tubuh begitu panas. Seluruh jari kaki bahkan melengkung—mengerut karena rasanya semua sentuhan Taehyung benar-benar membuatnya hancur tak tersisa.

Semuanya semakin jauh—Arin terlalu jauh membayangkan bahwa yang saat ini mencium dahi gadis itu adalah Park Jimin. Suara detak jantung bahkan terdengar sangat berisik di ruangan gelap dan sempit ini.

Setelah mencium lembut dahi Arin, lalu Taehyung menjauhkan sedikit wajahnya dari gadis itu dan menatapnya sepersekon kemudian sebelum akhirnya melumat bibir cherry yang lembab milik Arin. Tak lama tetapi mampu membuat tubuh Arin kembali menegang karena rasanya seperti disengat aliran listrik.

[M] SLECHT | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang