8. Detrimental

6.7K 876 71
                                    

Song Arin adalah rembulan yang memiliki sisi gelap. Sangat cantik jika dipandang tetapi begitu rapuh dan hancur dalam sekali sentuhan. Sebabm sisi gelap itu yang perlahan menghancurkannya karena terobsesi begitu kuat akan cairan merah pekat yang mengalir akibat pisau lipat kesayangannya.

Semua orang tentu memiliki sisi buruknya masing-masing, hanya saja awalnya sisi buruk Arin tidak pernah ada yang mengetahuinya. Tidak—sampai ia bertemu dengan Kim Taehyung. Lelaki tampan sekaligus sinting yang membuka paksa pintu nerakanya. Hal baik atau malah hal buruk, Arin tidak pernah tahu. Yang jelas, dunia tanpa Taehyung, ia merasa selalu terancam. Ia membutuhkan Taehyung.

Pagi menanjak siang hari di pertengahan musim panas dengan udara yang kelewat panas membuat kulit menjadi kering dan kaku. Tak pernah ada pendingin di ruangannya, hanya ada hembusan angin yang terus berhembus masuk lewat jendela yang terbuka dengan tirai-tirai yang terus menari-nari.

Seseorang di dalam balutan selimut tebal sampai pangkal dada itu perlahan bergerak—merasa panas—untuk terbangun.

"Kak, sudah bangun?"

Suaranya lembut, tetapi sedikit berat dan serak yang perlahan merangsek masuk ke dalam rungu sampai akhirnya menghantam kesadaran. Arin perlahan terbangun—mencoba untuk terduduk yang dibantu oleh Jungkook yang sepertinya sedari tadi diam di ujung ranjang miliknya untuk menjaganya.

"Jung, aku di rumah?" tanyanya sambil memijat kepalanya yang sedikit pusing.

Jungkook hanya menggerakan kepalanya ke atas dan ke bawah secara bergantian. "Iya, kemarin malam ada seseorang yang mengantarmu. Katanya kau mabuk, kakak minum?"

"Eh,"—Kepalanya langsung berbalik dan menatap Jungkook—"Siapa yang mengantar? Apa itu Taehyung, Jung?"

Lelaki yang lebih muda dua tahun darinya itu hanya mengangkat sebelah alisnya sambil menatap wajah kakaknya. Sebenarnya ia juga bingung, bukannya kakaknya itu selama ini tinggal bersama Taehyung demi menghindari siksaan ibunya? Tetapi, kenapa kemarin malam malah diantar dengan lelaki yang berbeda—dalam keadaan mabuk?

"Aku rasa bukan," ia menjeda sebentar sembari mengingat-ingat bagaimana sosok lelaki yang tadi malam mengantar kakaknya. "Aku belum pernah melihatnya, tetapi katanya dia temanmu, kak."

Saat ini giliran Arin yang menatap Jungkook dengan bingung. Selama bersekolah—bahkan dengan singkat waktu—ia tidak pernah berteman dengan siapa pun. Mungkin hanya Taehyung dan Jimin yang bersikap baik terhadapnya, walaupun ia masih ragu dengan kedua lelaki itu saat ini setelah apa yang dialaminya.

Isi kepalanya mendadak terasa abnormal, terlebih saat ia kembali mengingat Kang Sora yang terus-menerus mengganggunya. Masalahnya hanya satu, presensi Song Arin di kelas maupun di sekolah yang membuatnya tidak suka—merasa terancam ketika satu persatu lelaki yang menyandang status penting dan tinggi di sekolah tidak lagi berada di sisinya dan berakhir mendekat pada Arin.

Namun, persetan dengan semua itu. Sora hanya tidak akan pernah tahu bahwa berada di sekitar orang-orang seperti Namjoon, Jimin atau bahkan Taehyung bukanlah hal yang menyenangkan. Lebih tepatnya Arin saat ini terjebak.

Namjoon hanya akan terus memaksanya untuk melakukan hal yang buruk—yang bahkan Arin sama sekali tidak ada niatan untuk lebih dalam bergaul dengan lelaki berlesung pipi itu. Sedang Jimin—Arin masih ragu, tetapi yang jelas ia adalah bagian masa lalunya yang ia lupakan. Dan alasan itu cukup untuk membiarkan Jimin berada di sisinya —sementara. Sampai Arin benar-benar yakin dengan lelaki bermarga Park itu.

Dan Taehyung—mungkin bukanlah ide yang baik atau bahkan terasa buruk, tetapi berada di sisinya, Arin selalu merasa melihat pantulan dirinya. Tak perlu menjelaskan berulang kali bahwa presensi Taehyung saat ini yang ia butuhkan. Ia merindukan goresan itu—ia merindukan Taehyung.

[M] SLECHT | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang