⚠Mature Content Warning; ON!⚠
Seoul, Korea Selatan
March 16, 2018Suara rintik hujan yang mengalir dari utara awal musim panas di luar sana begitu lembut terdengar serta suara dentingan jam dinding yang terus berputar kini menggema menyelimuti keheningan di ruangan kecil yang gelap juga lembab. Song Arin masih menutup matanya di atas ranjang itu dengan selimut yang cukup tebal membalut tubuhnya sampai dada.
Decitan pintu yang bergeser terbuka menggema di ruangan gelap itu, tetapi yang tengah terbaring dengan keadaan cukup parah itu seolah tidak mendengar apa pun, dan terus terlelap enggan membuka kedua matanya. Semua luka yang ada di wajah dan tubuhnya tidak akan mengurangi kecantikan Song Arin. Gadis itu tetap cantik, setidaknya itu menurut Taehyung.
Taehyung berjalan mendekati Arin setelah menutup kembali pintu itu, ia terus berjalan tanpa menyalakan lampuーmembiarkan ruangan itu tetap gelap dan membiarkan gadis itu tetap tertidur tanpa terganggu dengan kehadiran dirinya.
Setelah menunggu selama dua jam lamanya kedua obsidian kesukaan lelaki yang tengah terduduk di sampingnya itu mengerjap berulang kali saat kesadarannya berangsur kembali. Kepala dan badan milik Arin benar-benar nyeri luar biasa. Kali ini Ibunya benar-benar menyiksa tanpa mengenal waktu, jika biasanya Ibu akan mulai berhenti ketika dirinya mulai lelah, berbeda dengan kemarin, ia benar-benar menyiksa anak gadis tirinya itu tanpa kenal lelah, selama tiga hari lamanya.
Semenjak Ayahnya meninggal dunia satu tahun yang lalu, Ibu benar-benar berubah dan selalu menyalahkan Song Arin sebagai pembunuh Ayah, walau pada kenyataanya hubungan gadis itu dengan Ibu tirinya tidaklah baik, tetapi setidaknya saat Ayahnya masih ada, Ibu tidak akan pernah menyiksanya.
Jungkook selalu berada di pihak penengah diantara Arin dan Ibu, dirinya memang tidak pernah ikut menyiksa seperti yang Ibunya lakukan, tetapi satu hal yang gadis itu tahu bahwa Jungkook tidaklah sebaik yang orang lain kira, ia bisa merasakan, karena matanya jauh lebih jujur daripada mulutnya.
Setelah menulusuri ingatan samar yang panjang, perlahan kesadaran gadis itu benar-benar kembali, ia memperhatikan keadaan sekitar ruangan ini. Sebuah kamar kecil. Gelap juga lembab. Namun beraroma khas yang menenangkan. Kedua obsidian gadis itu menangkap presensi Taehyung yang sejak tadi hanya diam memandanginya dengan balutan sweatshirt berwarna hitam juga celana pendek berwarna putih. Taehyung tiba-tiba tersenyum melihat gadisnya yang sedikit kebingungan karena terbangun di tempat asing.
"Sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?" ujarnya seraya bangkit dari duduknya dan mendaratkan bokongnya lagi di ujung ranjang.
Jantung Arin nyaris berhenti berdetak, terkesiap dan menarik mundur tubuhnya sendiri secara relfleksーyang sudah terdudukーsaat Taehyung ikut duduk di sisi ranjangーdi sampingnya.
Gadis itu mendadak mencengkram kuat ujung kaos kebesaran yang saat ini ia pakai. Begitu kembali tersadar, lagi dan lagi otak bodohnya hanya bisa mengutuk dirinya sendiri bersamaan dengan menggigit bibir bawahnya ketika mendapati kenyataan bahwa kaos yang saat ini di pakai bukanlah miliknya.
Apa Taehyung yang mengganti semua pakaian ini saat aku tidak sadar?
Taehyung terkekeh begitu mendapati wajah gadisnya yang bersemu memerah karena baru saja tersadar akan keadaan ini. Arin menatapnya jengkel. Dia membiarkan seorang gadis tersipu dengan tindakannya. Aneh, bisa-bisanya ia tertawa begitu keras saat Song Arin malah semakin merasa jengkel dengan wajahnya yang tertawa begitu tulus layaknya seorang teman yang sedang berbagi lelucon di musim panas.
"Aku dimana, Tae?" tanyanya, mengalihkan dengan suara yang sedikit parau.
Taehyung menaikan sebelah kakinya ke ranjang kemudian tangan kiri miliknya menompang sebagian kepalanya dan mulai menatap gadisnya secara intens. "Apartemen milikku."
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] SLECHT | ✓
Fiksi Penggemar[Completed] [Dark Romance] "We are made of all those who have built and broken us." ©2017