CHAPTER 2

808 88 7
                                    

Semilir angin yang menerpa membuat Melody mengerjapkan kedua matanya. Cahaya kemerahan di ufuk barat menyambutnya saat kedua bola mata berwarna abu-abu itu terbuka. Gerakan kecil  yang dilakukan membuat dirinya mengerang kesakitan. Ia merasa seluruh tulang di tubuhnya patah.
Perlahan gadis itu mulai duduk dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Keningnya berkerut saat melihat keadaan sekitar. Ya ia berada di pinggir Danau Hitam, namun keadaan di sekitar terlihat damai dan tentram. Tidak terlihat tanda-tanda bekas peperangan hebat yang terjadi di Hogwart dan sekitarnya. Kastil masih berdiri tegak di depan sana, tidak ada kerusakan sedikit pun.

Dengan sedikit terseok Melody memaksakan diri untuk berdiri dan berjalan menuju ke dalam kastil. Keningnya semakin berkerut saat melihat kondisi di dalam kastil yang baik-baik saja. Erangan kecil kerap keluar dari bibir gadis itu. Hingga ia bertabrakan dengan seseorang yang semakin membuatnya mengerang kesakitan karena luka-lukanya.

"Kau tidak apa-apa?" Sebuah suara maskulin masuk ke dalam indera pendengaran Melody. Pria itu membantu Melody berdiri dan mulai mengamati gadis yang ada di hadapannya. Penampilannya benar-benar kacau, rambut panjangnya yang berwarna hitam berantakan. Terdapat luka goresan  kecil di pipi kanannya. Belum lagi jubah dan kemejanya yang sobek.

Sedangkan Melody yang menyadari siapa orang yang membantunya langsung terdiam kaku. Tom Riddle. Nama itulah yang langsung terlintas di dalam kepalanya. Bagaimana bisa ia berada di jaman Voldemort muda? Astaga, kepala gadis itu terasa berputar saat mengetahuinya.

"Kau bukan siswa sekolah ini, kan?" Suara maskulin itu menyadarkan Melody dari lamunannya. Namun Melody hanya terdiam sambil memandangi pemuda yang ada dihadapannya kini.

"Aku... bisakah kau mengantarkan aku ke ruangan Prof. Dumbledore?"

"Hah... apa? Oh baiklah." Tom nama pemuda itu tersadar dari keterpukauannya saat melihat keindahan yang berada di hadapannya itu. Gadis dengan surai hitam legam namun memiliki bola mata berwarna abu-abu dengan warna biru es di sekitarnya itu terlihat begitu indah dan unik. Baru kali ini Tom melihat perpaduan yang indah seperti itu.

"Jadi bisakah kau mengantarku?" Suara datar gadis dihadapannya itu membuat Tom tersadar.

"Ah, baiklah. Ikuti aku." Ucap Tom setelah mendapatkan kembali kontrol dirinya yang tadi sempat kacau.

Mereka berjalan beriringan, namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari keduanya. Baik Tom maupun Melody sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Hingga akhirnya Tom mengeluarkan suaranya tidak tahan melihat kondisi gadis cantik yanh baru di temuinya itu.

"Apa yang terjadi denganmu?"

"Apa yang terjadi denganku bukan urusanmu." Sikap dingin dan tidak bersahabat yang ditunjukan oleh gadis itu membuat Tom bingung.

"Ah, baiklah kalau kau tidak ingin mengatakannya. Lalu apa hubunganmu dengan Prof. Dumbledore?"

"Sudah kubilang bukan urusanmu, aku hanya minta tolong untuk mengantarkan ke ruangan Prof. Dumbledore saja. Jika kau keberatan aku akan mencarinya sendiri." Melody berkata tanpa melihat pemuda di sampingnya itu sedikit pun. Bahkam kini Melody berjalan mendahului.

Tom mengepalkan kedua tangannya. Perasaan amarah dalam dirinya mulai terbangun membuat sihir dalam tubuhnya menguar liar. Namun gadis yang tengah berjalan dengan terpincang di hadapannya tidak terpengaruh sedikit pun. Padahal para pengikutnya bisa merasakan kekuatan sihir yang keluar jika ia marah.

Setelah mendapatkan kembali ketenangannya Tom segera menyusul gadis misterius yang sialannya begitu cantik itu. Saat mengetahui Tom berhasil mengejarnya gadis itu hanya melirik dengan tatapan datar dan memusatkan kembali pandangannya lurus ke depan.
Tom menggeram rendah. Lagi-lagi gadis itu mengacuhkannya dan bahkan menganggapnya tidak ada. Di saat seluruh anak perempuan di Hogwart berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatiannya tapi gadis ini menunjukkan sikap yang sebaliknya. Bahkan Tom sempat melihat kilatan api kemarahan dan kebencian di mata gadis itu saat menatapnya.

BEAUTIFUL MISTAKES (Time Travel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang