Cerita ini bermula ketika aku, sang pohon jati, berusaha melepaskan dedaunan gugur kala itu, ku merasa diriku tak sanggup lagi menahan sendu, namun, memang sudah waktunya.
Jujur, aku mencintainya, namun kurelakan karena, dia sekarang milik angin, dia, daun gugur itu. Musim demi musim berlalu, kumulai menata hidup, waktu demi waktu, kurelakan hujan membasahi, aku senang karena monyet mau hinggapi diriku dan membuat penghidupan, dan kurelakan pula teman-teman jatiku hangus dibakar api dari ego sang penguasa bumi. Aku, pohon yang bertahan, sudah lama ku tak mendengar kabarmu, daun.
Kini, aku kangen. Dan rasa itu terus tumbuh nan selalu membuatku kuat, hingga akhirnya, ia, sang penandai, mengamatiku dari dekat sekoci. Dan aku berharap, ia menaburkan cintanya lewat benih-benih diriku yang baru agar aku hidup dalam naungan cintamu. Daun. Ranting. Alap alap. Penandai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Hutan
PoesíaProsa ini ditulis untuk tiap tiap yang bernyawa agar menjaga indra dengan sebaik-baiknya, dan prosa ini bercerita ttg kehidupan hutan,bagaimana cinta itu hidup, biar kamu ga penasaran, coba buka aja, barangkali hitung hitung bermanfaat