Satu

584 25 0
                                    

Bel sekolah sudah berbunyi, menandakan jam sudah tepat pukul 2 siang. Siswa-siswi SMA Mutia Persada mulai berhamburan untuk segera pulang.

"mau gue anter pulang?", suara tersebut nyaris membuat gue terlonjak.

"Bry....!lo bikin gue kaget tau, ah!", nada kesal namun bukan marah.

"sorry sorry haha. Yuk gue anterin", tanpa permisi tangan laki-laki tersebut menggandeng tangan Kanaya.

Sepanjang perjalanan pulang, hanya lagu-lagu milik 1D yang diputar, dengan nada tinggi dan anggukan kepala yang dilakukan oleh keduanya seolah mereka adalah penyanyi asli yang sedang konser.

Setengah jam cukup mengantarkan keduanya ke pelataran rumah Kanaya, mobil hitam diparkirkan dihalaman samping rumah bercat peach.

"kok rumah lo sepi banget si, Nay? Pada kemana?"

"Bokap kan kerja, nyokap paling ke rumah Aunty Mila, soalnya seminggu lagi mau ada acara tunangan mbak Rini"

Bryan hanya menjawab dengan "oh" sambil memperlihatkan mulut berbentuk "o". Bryan mengikuti langkah Kanaya menuju ruang tengah dan duduk dikursi hitam depan TV LED yang dipasang tidak terlalu atas juga tidak terlalu bawah. Setelah mengambil beberapa cemilan, Kanaya dan Bryan larut dalam candaan keduanya. Terjadi lempar-lemparan cemilan, membuat ruang tamu berantakan, dan mereka memang selalu seperti itu jika sedang bercanda makanya tak heran kedekatan keduanya terbilang sudah seperti sepasang kekasih. Namun, tidak ada ikatan pasti tetapi tetap nyaman pada garis persahabatannya.

"Nay, lo tau gak?", Bryan menyenggol pelan lengan Kanaya.

"Kan lo belum ngasih tau", Kanaya mengerlingkan mata malas.

"Hahaha, serius nih gue mau cerita penting. Mau denger gak? Gue yakin lo pasti kaget dan gak nyangka", Bryan memasang muka seriusnya kali ini.

"Cerita apaan? Biasanya juga lo langsung cerita, penting banget gak?"

"Penting banget, Nay!"

"Yaudah apa? Buruan deh cerita!"

"Jadi gini Nay....", Bryan sengaja agak memotong kalimatnya untuk membuat Kanaya semakin penasaran.

"Lama ya lo, males deh", Kanaya mulai kesal.

"Iya iya sorry, jadi gini, kemarin kan gue pulang sore tuh abis latihan basket, nah lo tau kan, kalo sore sekolah udah sepi dong. Gue lewat lorong sendiri, si Gio lagi kekamar mandi. Terus gue baru setengah jalan, abis gitu gue ngerasa ada sesuatu dong dibelakang gue, gue deg-degan banget sumpah Nay, mau nengok takut tp kalo gak nengok penasaran. Berenti deh tuh gue, terus gue pelan-pelan nengok, dan lo tau gak Nay pas gue nengok ada apaan?", Bryan kembali menggantung kalimatnya memancing Kanaya untuk bertanya.

"Ada apaan? Gue kepo asli dah, lanjutin buruan. Tapi jangan deh, gue merinding. Tapi gue juga penasaran. Lanjutin deh", Kanaya terpancing dan mulai penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya. Kanaya kembali memasang muka kepo dan serius.

"Nah jadi, pas gue nengok pelan-pelan tuh ya, gue kaget dong Nay! Tiba-tiba ada cewe rambutnya panjang".

"Hah demi apa lo? Terus terus? Pake baju putih?"

"Iya pake baju putih. Kok lu tau sih?"

"Jadi beneran pake baju putih? Mukanya? Kakinya? Tangannya?"

"Iya dia pake baju putih, mukanya cantik, kakinya ada, tangannya ada. Nah adalagi nih yang bikin gue kaget"

"Cantik? Lo goblok ya? Mabok nasi goreng kantin? Eh eh bentar, lo bisa liat kaki sama tangannya?"

"Kalo gue goblok gak mungkin ranking 2 dikelas. Ya bisa lah! Punya mata woy"

"Lo punya indera ke-6?"

"Lo ngomongin apaan sih, Nay? Mana ada indera ke-6 sih. Kayaknya lo deh yang mabok nasi goreng"

"WOY LO LAGI NGOMONGIN APAAN SI?!, Kanaya geram dengan kalimat yang diucapkan sahabatnya barusan.

"Santai dong! Makanya dengerin baik-baik, gue kira daritadi gue ajak ngobrol nyambung taunya kaga. Gue yakin nih, pasti tadi lo mikir gue liat mbak kunti kan? SOTOY! Orang tadi ada adek kelas nyamperin gue bawa bunga. Katanya sih nge fans, dia nungguin gue dari pas gue latihan basket, terus dia ngikutin gue pas selesai buat ngasih bunga. Gitu!". Muka polos tercetak diwajah Bryan, dan tanpa dosa Bryan kembali mengunyah sisa cemilannya.

Tiba-tiba tangan halus Kanaya melayang tepat dikepala Bryan dan kini Bryan merasakan kepalanya sakit akibat terkena jitakan keras dari Kanaya. "HAHAHA LUCU LO SAT!". Kini Kanaya meninggalkan Bryan sendiri dan lekas pergi menuju kamar. "Heh mau kemana? Salah sendiri bukannya nanya yang bener, malah yang aneh-aneh. Sini!", Bryan memang selalu begitu pada Kanaya, dan Kanaya selalu terjebak pada setiap kalimat yang dilontarkan Bryan. Kini Bryan sendiri di ruang tengah, lalu tertidur pulas.

Setelah Kanaya selesai mengganti baju, ia kembali kebawah untuk mengambil minum juga cemilan yang akan ia bawa ke kamarnya. Namun, sebelum ia belok ke dapur, ia melihat sahabatnya tertidur pulas. Kanaya mendekati sahabatnya, Kanaya tidak dapat berbohong bahwa wajah sahabatnya kini sangat terlihat ganteng, meskipun nyebelin. Karena tidak tega, Kanaya kembali ke kemarnya untuk mengambil selimut dan segera dipasangkan diatas badan Bryan. Lalu Kanaya meninggalkan Bryan dengan sedikit bergumam "untung lo sahabat gue, Bry!". Ya, meskipun Bryan selalu membuatnya kesal, namun ia tak bisa lama-lama marah. Ada saja alasan Kanaya untuk tetap ingin berada disamping Bryan, begitupun sebaliknya.

MELEWATKANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang