Dua

295 14 0
                                    

Minggu pagi, cuaca memang sedang dingin, menjadi alasan kuat untuk Kanaya berlama-lama berada dikasurnya. Katanya sih, magnet kasur terlalu kuat. Ah, itu cuma alasan. Memang Kanaya yang malas untuk menghindar dari tempat tidurnya, sesekali matanya melihat sinar matahari yang lolos dari jendela membuat matanya berkedip-kedip. Jam pada ponselnya sudah menunjukkan pukul 09.25 waktu Indonesia bagian Barat. Karena ingat hari ini Kanaya tidak memiliki jadwal untuk pergi, maka ia tetap memutuskan untuk berlama-lama dikasur, sesekali menggeliat, dan kembali memeluk guling.

Benda keras tiba-tiba menimpa badan Kanaya hingga dirinya merasakan sedikit sakit dan kesal. "Aduh!"

"Babon! Berat ih apaan sih", karena kesal, Naya bangun dan memukulkan guling pada seseorang.

"Bangun. Lo liat udah jam berapa itu? Jam segini masih aja molor".

"Bawel! Lo ngapain sih kesini?".

"Temenin gue yuk ah, cepet mandi".

"Hah? Kemana? Mager ah gue, ajakin Gio aja sana. Lagian lo gak kabarin gue dulu". Naya kembali menggeliat dikasur.

"Gak. Gue takut dikira doyan cowok kalo jalan sama Gio. Cepet mandi, gue tunggu dibawah. Awas kalo lama!".

"Iya iya. Udah minta anter, maksa, marah-marah lagi". Meskipun kesal karena Bryan mengganggunya, ia tetap melakukan apa yang diperintahkan sahabatnya yaitu mandi dan siap-siap.

Sudah satu jam muter-muter mall, Bryan tetap belum mendapatkan apa yang ia cari. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu, karena tahu salah satu perut mereka sudah minta diisi. Ichitan Sushi, tempat makan sushi favorite Kanaya, dengan memesan dua varian sushi, rice bowl dan milo ice. Keduanya lahap saat menghabiskan makanan-makanan itu.

"Abis ini mau cari kemana lagi?"

"Kemana ya enaknya. Gue tuh mau sepatu xans yang woody, tapi kenapa susah banget sih. Ini mall terkenal se-Jakarta tapi gak ada yang jual sepatu xans woody".

"Kan tadi masnya bilang, model woody emang limited edition. Masih ada 2 toko sepatu yang belum kita datengin. Sabar. Abis makan, kita cari lagi".

Bryan mengangguk patuh meskipun ia sedikit kesal. Sepatu xans woody memang salah satu list barang yang harus ia beli dalam bucket listnya. Setelah keduanya melahap habis makanannya, Bryan meminta bill pada seorang waiter, lalu membayar pesanannya.
Bryan dan Kanaya kembali mencari sepatu woody yang diinginkan Bryan. Mereka kembali memasuki satu toko sepatu dan melihat seseorang sedang membayar sepatu xans woody. Bryan segera mencari salah satu pegawai dan bertanya apakah stock sepatu xans woody masih ada atau tidak, dan pegawai tersebut dengan kecewa berkata bahwa itu adalah stock terakhirnya. Bryanpun ikut kecewa. Mereka keluar dari toko tersebut. Bryan sudah hampir putus asa, karena masih ada satu toko yang belum didatangi, Kanaya memberi semangat pada sahabatnya dan segera masuk pada toko sepatu yang berikutnya. Setelah mengobrol dengan salah satu pegawai, Kanaya menanyakan ukuran sepatu Bryan. "Ukuran sepatu lo berapa?", "40". Salah satu pegawai meninggalkan keduanya dan kembali dengan membawa kotak sepatu xans, dan ketika dikeluarkan sepatu xans dengan gambar woody disekelilingnya membuat Bryan merasa senang. Tidak sia-sia perjuangannya hari ini mencari barang tersebut. Lalu segera ia membayarnya karena tidak ingin sepatunya diambil oranglain.

Sebelum pulang, Kanaya meminta untuk membeli milktea bubble pada Bryan, dan Bryan menyetujuinya. Mereka memesan 2 milktea bubble dan dibawa pulang. Sepanjang perjalanan. Kanaya hanya mendengar ocehan bahagia sahabatnya karena berhasil memberi tanda centang pada salah satu tulisan dalam bucket listnya. Bryan memang menuliskan beberapa barang yang harus ia beli dalam daftar bucket listnya. Kanaya tersenyum karena melihat Bryan tidak lagi pasang muka cemberut.

Melihat hal tersebut, tidak hanya laki-laki yang bahagia ketika melihat wanitanya berhasil mendapatkan apa yang diinginkan, sisi lain, wanita juga memiliki perasaan yang sama ketika melihat lelakinya mendapatkan apa yang diinginkan.

Mobil hitam kembali terparkir dirumah Kanaya, keduanya turun dan menuju ruang tengah. Kembali mengobrol, namun kali ini lebih didominasi oleh kebahagiaan Bryan, dan Kanaya hanya memperhatikannya dengan tersenyum. Andai lo juga sebahagia ini kalo lagi sama gue. Kanaya kembali berkutik dengan ponselnya, sesekali ia men-scroll timeline instagramnya. "Anjrit!". Bryan terlonjak saat Kanaya tidak sengaja membuatnya terkejut. Hal tersebut terjadi karena Kanaya tidak sengaja memberi love pada postingan seorang lelaki bersama perempuan, yang tidak lain adalah Andri, mantannya yang kini sudah memiliki pacar. Bukan, Kanaya bukan belum move on, justru ia sudah malas jika melihat wajah lelaki tersebut apalagi dengan pacarnya. Bukan, bukan lagi tentang cemburu, namun karena lelaki tersebut terlalu cepat mengambil keputusan, keputusan putus dengan Kanaya juga keputusan untuk kencan dengan Sabira. Sabira adalah adik kelas yang memang menggilai Andri karena ia cukup dikenal sebagai kapten futsal.

Hal tersebut membuatnya sangat kecewa.

MELEWATKANMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang