Chap 4 : First Step to Disaster

100 12 4
                                    

Aku hampir dapat merasakan semua yang ada di sekelilingku; merasakan hangatnya tubuh maskulin yang tertidur di samping milikku setelah hari panjang yang melelahkan di studio, merasakan detak jantung yang tenang di bawah telingaku, serta mencium harumnya bunga lilac yang dibawa oleh Harry kemarin malam. Begitu mataku terbuka, aku mengutuk pelan dalam hatiku; tahu dengan jelas bahwa hari ini akan menjadi hari yang melelahkan.

“Harry, baby wake up.. it’s almost 10. Kau harus mengantarkan Darcy ke rumah ibumu hari ini untuk menginap.” Ujarku setelah melirik ke arah jam digital yang menunjukkan pukul 09.20 am.

Gerutuan yang terlepas dari bibir Harry tak kupedulikan ketika aku menarik tubuhku dari rangkulannya yang hangat dan berjalan ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Aku tak tahu bagaimana aku akan dapat melalui jadwal yang begitu padat hari ini dalam waktu yang begitu singkat. Harry harus pergi untuk melanjutkan audisi pentingnya sementara aku dipanggil untuk melakukan beberapa pemotretan serta iklan hari ini. Valen masih di rumah sakit, pikirku sedih sembari menggosok gigi untuk menghilangkan tanda-tanda morning breath. I hate those.

“Baby jika kau tak bangun sekarang, keadaan akan semakin buruk karena kau akan terlambat mengaudisi para gadis yang mengagumimu.” Aku bergumam dengan mulut yang baru saja kubilas bersih. Mengikat rambutku yang lebih mirip seperti sarang burung, aku memutuskan untuk membuat sarapan dan membangunkan Darcy.

“Har –“

“Aku sudah bangun, El. Kau tak perlu memanggilku berulang kali.” Sosok Harry yang berjalan melewatiku ke kamar mandi terlihat kesal, hanya membuatku memutar mata.

“Well kau baru bisa bangun ketika aku menyebutkan gadis-gadis yang begitu mengidolakanmu bukan?” jawabku dengan nada penuh canda. Harry mendengus mendengarku, menutup pintu kamar mandi dengan suara keras. Aku bahkan tak tahu apa yang salah dari jawabanku sehingga ia memutuskan untuk membanting pintu kamar mandi di hadapanku. How rude!

“Dick !” aku berteriak dengan kesal, merapikan tempat tidur yang berantakan dengan berbagai kata-kata sumpahan yang pastinya tak baik untuk Darcy. Oh ya, Darcy. Calm down Gabby, you’re a mother now.

Untungnya begitu aku menatap ke arah pemandangan yang menenangkan di luar jendela dapur, hampir seluruh amarah yang kurasakan lenyap seketika. Tak ada gunanya menggerutu di pagi hari ketika kau bisa menikmati sarapan yang nyaman dengan anak gadismu bukan? Dengan pemikiran itu di kepala, aku menaruh pancake kesukaan Darcy di atas meja, memutuskan sudah saatnya bagi Darcy untuk bangun dan mandi.

“Baby girl?” penglihatanku bertemu dengan sepasang mata hijau yang familiar dengan milik Harry, membuatku tersenyum.

“Mummy !”

“Kau sudah bangun?” rasa terkejut jelas tergambar di wajahku ketika aku menggendong gadis kecil itu dan mencium tubuhnya yang harum oleh sabun strawberry yang baru kubelikan beberapa minggu yang lalu. Darcy sudah cukup besar untuk mandi sendiri, meskipun ia masih harus dibantu jika ingin mencuci rambutnya. Aku dan Harry biasanya bergantian untuk mencuci rambut keriting malaikat kami.

“Yep ! aku ingin ke rumah Grandma, Mummy..” Darcy menjelaskan dengan senyuman lebar, gigi depannya yang seharusnya sedang dalam tahap tanggal menghilang.

“Darcy ! Gigimu hilang !” aku terkesiap, merasakan mataku melebar sebelum melihat ke sekeliling kamar. Aku tahu betapa pentingnya gigi itu untuk Darcy karena itu adalah gigi pertamanya yang akan tanggal.

“What?” mata hijau yang tadi tersenyum kini berlinang airmata, meronta untuk turun dari gendonganku. Aku menghembuskan nafas dengan kerutan di kening, membenci momen-momen dimana aku harus menyaksikan Darcy kesal atau sedih. 2 bulan yang lalu aku bahkan ikut menangis ketika Darcy terjatuh dari counter dapur dan melukai kepalanya. But shh don’t tell anyone that I cried.

I'm His Girl (Trilogy to Nerd Girl and Bad Girl on twitter)Where stories live. Discover now