" Rey, kamu kapan nikah sih sama Adri ? "
Pertanyaan mama masih terngiang-ngiang dalam kepala Reylisa dalam perjalanannya kembali ke kantor. Ia sadar hitungan waktu pacarannya dengan Adrian sudah bungkan dalam angka bulan. Rey bahkan bisa hapal apa yang sedang Adrian lakukan pada jam-jam tertentu, jadi wajar saja kalau mama Rey menanyakan hal yang biasa seperti pernikahan.
" Dan, mama nanyain aku nikah kapan ?"
" Yah...wajar aja sih, udah hampir 10 tahun kamu pacaran sama dia. Yaudah, kamu buru nikah gih sana, umur udah hampir 30 gitu. "
" Masih setengah dekade lebih kali aku 30 Dan. Ngaco banget kamu. Tapi yah...Adri belum ada ngomongin tentang hal ini. Kita selalu menghindari topik seperti ini kalo lagi ketemu."
" Kalian itu udah gede. Kayak anak SMA aja yang ngga mikirin nikah. Buru deh sana omongin sama Adri, siapa tau aja sebenernya dia nunggu kamu buat ngomong duluan."
" Yang bener aja dong Dan, aku cewe, yang ada dia yang ngajak. "
" Terserah deh, tapi kalo ditagih nyokap lagi, ngga tau ya."
Setelah itu Danisa meninggalkan Reylisa yang masih sibuk mengetuk-ngetukkan pulpennya diatas meja kerja. Waktu untuk bicara yang dibutuhkan Rey saat ini, karena dia akan menikah dengan manusia, jadi dia butuh bicara.
***
" Gimana kerja kamu hari ini? Pelanggan masih pada rame yah, padahal udah mau tutup, kamu emang cocok dalam bidang kuliner gini. " Reylisa selalu menghabiskan malamnya untuk mampir di rumah makan milik Adrian. Ya, Adrian adalah seorang pengusaha dalam bidang kuliner. Saat ini restorannya sudah ada di beberapa kota dan akan semakin menjamur.
"Iya, aku bersyukur banget. Usaha selama ini ada hasilnya, walaupun belum semua tercapai. " Adrian tersenyum atas sanjungan pacarnya. Senyum itu, yang selalu membuat Rey tertarik berlama-lama untuk memandang Adrian.
" Hm..ada sesuatu yang mau aku omongin." Rey menghentikan makannya dan memandang Adrian. Bagaimanapun hasilnya nanti, Rey sudah menyiapkan hatinya untuk bisa menerimanya.
" Ada apa ?" Tatapan Adrian intens melihat Rey.
" Tadi pagi, mama nanyain kapan aku mau nikah." Seketika itu wajah Adrian berubah. Ia tegang dan kaku. Rey menatap Adrian perlahan, ia menebak-nebak apa yang sedang Adrian pikirkan saat ini.
" Mama kita kayaknya sudah punya telepati, tempo hari ibu juga nanya hal yang sama." Kali ini Rey yang gantian tegang dan mulai bertanya-tanya kenapa Adrian tetap tidak pernah menyinggung masalah pernikahan setiap mereka bertemu.
" Kenapa kamu ngga cerita ? "
" Well, aku ngga tau gimana cara bilangnya ke kamu Rey."
" Kamu bisa pakai bahasa indonesia kok. Aku pasti paham. "
Adrian tertawa mendengar candaan Rey. Membuat suasana sedikit mencair diantara mereka.
" Yaudah kalo gitu. Kamu mau nikah sama aku ?"
" Kamu lagi ngelamar aku nih Dri ? "
" Aku ngga ngelamar kamu, cuma ngajak kamu nikah. Mending aku nanya sekarang dapat jawaban sekarang daripada nanti aku cari seribu alasan lagi kalo ibu nanya. Jadi gimana ? "
" Ngga ada cincin, ngga pake acara berlutut dan sebagainya ? "
" Rey, ini kan dadakan. Lagian ngga perlu hal yang kayak gitu kan kalo emang kita udah sepakat mau nikah. "
Rey diam saja. Dia senang bahwa pada akhirnya Adrian mengajaknya untuk menikah namun raut wajah Adrian yang terlihat seperti terpaksa membuat Rey hanya bisa tersenyum tipis.
" Yaudah, kalo gitu let's get married." Rey menjawab ala kadarnya, Adrian hanya tersenyum tipis lantas kembali ke makanannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
married maybe
RomanceReylisa sudah ditanya kapan menikah dengan pacarnya Adrian oleh ibunya. Adrian pun ternyata begitu.Tapi apakah mereka akan benar-benar menikah, who knows?